Mood Naka benar-benar hancur sekarang. Ini semua gara-gara obrolan di rooftop tadi pagi. Gia sialan! Kenapa juga Naka harus membela Gia tadi. Biar saja Rey mempermainkan Gia atau kalau perlu menidurinya, Naka tidak peduli. Tapi bodohnya Naka malah membela Gia di depan teman-temannya.
"Berengsek!" maki Naka tanpa sadar.
Mendengar itu, teman-temannya di arena balap langsung menatap Naka takut. Ya, dia sekarang sedang berada di arena balap dan di jam selarut ini. Dia sudah lama tidak balapan. Dan Naka pikir dengan balapan dia bisa sedikit menghilangkan nama Gia di dalam otaknya. Naka yakin dia membenci gadis itu. Tapi kenapa sekarang dia malah tidak bisa berhenti memikirkannya. Otaknya terus terbayang ucapan Rey yang akan mendekati Gia. Persetan! Naka tidak peduli!
Langsung saja dia melajukan motornya dengan kencang. Kalau kalian pikir arena balap yang dimaksud Naka adalah sirkuit, kalian salah. Arena balap yang dimaksud Naka disini adalah jalanan sepi. Ini adalah balap liar. Sebenarnya memang berbahaya tapi Naka tidak terlalu peduli. Hadiah taruhannya sangat besar, sayang sekali kalau dilewatkan.
Akhirnya Naka berhasil melewati garis finish. Sudah tidak mengherankan melihat Naka memenangkan taruhan kali ini. Naka memang rajanya di jalanan. Bahkan yang memperkenalkan Leon, Radit, dan Rey dengan balap liar adalah Naka. Ngomong-ngomong soal Rey, Naka tidak melihatnya dari tadi. Sepertinya dia masih marah tentang kejadian di rooftop tadi. Tapi siapa yang peduli, terserah Rey mau marah padanya atau bagaimana. Naka adalah orang yang pantang untuk meminta maaf.
*****
"Mami, Gia udah ngantuk."
"Eh, bentar dong sayang. Habis ini selesai kok, temenin Mami sebentar lagi ya?" bujuk Desi pada anaknya.
"Kita lanjut nontonnya besok aja deh, mata Gia udah tinggal lima watt nih."
Gia dan Maminya kini memang sedang menonton drama bersama—lebih tepatnya hanya Maminya yang menonton. Dari tadi Gia malah sibuk menahan kantuknya, dia bahkan sudah tidak tau bagaimana jalan cerita drama yang dia tonton tadi.
"Gia ke kamar ya Mi," kata Gia sembari berjalan menuju kamarnya.
"Kamu nggak asik nih!" ujar Desi sambil mengomel sendiri.
Maminya memang suka begitu—tidak suka menonton drama sendirian. Karena hari ini Papinya sedang keluar kota, jadi mau tidak mau Gia yang menemani Maminya. Sekarang kalian tau kan sifat manja Gia berasal dari siapa?
Sesampainya di kamar Gia langsung merebahkan diri. Matanya sudah benar-benar terasa berat. Tapi tiba-tiba Gia teringat kalau dia belum membuka ponselnya seharian ini. Segera saja dia mengambil ponsel di dalam ransel kuningnya dan kemudian mulai mengaktifkannya. Dia memang menonaktifkan ponselnya seharian tadi. Itu semua dia lakukan karena ingin menghindari panggilan dari Rey.
Eh, apa ini? Naka mengiriminya pesan?
From: Kanaka
Jauhi Rey.
20.14
Ini Naka? Kenapa dia mengirimi Gia pesan seperti ini? Mungkinkah Naka mengkhawatirkan Gia gara-gara kejadian kemarin di parkiran? Ah, mana mungkin. Ini pasti karena Rey itu teman Naka. Naka pasti nggak mau temannya dekat-dekat dengan Gia. Naka kan benci dia!
To: Kanaka
Kami memang nggak dekat.
23.32
Setelah membalas pesan dari Naka, Gia segera meletakkan ponselnya di nakas samping tempat tidurnya dan kemudian bersiap-siap untuk tidur. Dia harus tidur sekarang, jangan sampai dia kesiangan seperti tadi pagi.
*****
"Eh Gi, lo udah tau gosip hari ini belum?" tanya Nasya dengan semangat.
Gia baru saja duduk dan Nasya sudah mengajaknya bergosip sepagi ini? Nasya benar-benar luar biasa.
"Gosip apa?"
"Katanya Naka jadian sama Clara, hot news banget nggak tuh?" ujar Nasya sambil bertepuk tangan heboh.
Naka jadian dengan Clara? Clara yang ketua cheers itu?
"Gila nggak sih, gue aja masih nggak percaya sampe sekarang. Tapi oke sih mereka, sama-sama ganteng sama can,-"
"Eh, Sorry Gi! Sumpah gue nggak maksud gimana-gimana," kata Nasya panik. Dia terlalu excited dengan berita pagi ini sampai-sampai dia lupa kalau temannya ini dulu pernah menyukai Naka. Aduh Nasya, mulutmu ini bener-bener nggak bisa dijaga!
"Nggak papa kok, lagian terserah Naka juga mau jadian sama siapa."
Memang benar begitu kan? Gia kan bukan siapa-siapa Naka, buat apa dia marah. Lagipula Gia juga sudah move on dari Naka.
"Oh iya, btw lo jadi pilih ekskul apa? tadi Si Dani udah teriak-teriak di depan kelas, dia nyuruh buat ngumpulin formulir ekstrakurikuler ke dia secepetnya," ujar Nasya mencoba mengganti topik pembicaraan.
"Belum mikir mau ikut apa," jawab Gia lesu. Dia benar-benar bingung akan ikut apa. Sebenarnya dia mau ikut ekskul yang sama dengan Nasya. Tapi Nasya bilang akan ikut basket. Dia tidak mungkin ikut basket juga kan?
"Kenapa nggak ikut PMR lagi aja kayak tahun lalu?" tanya Nasya tanpa sadar.
Mendengar kata PMR membuat Gia terdiam. Dia tidak mungkin ikut PMR. Tidak bisa dan tidak mau.
Seakan tersadar dengan ucapannya Nasya pun langsung menambahkan, "S-sorry Gi. Gue lupa kalo lo,-"
"Udah nggak papa, nggak usah dibahas lagi."
Karena ucapan Nasya barusan, kini keduanya malah jadi canggung. Gia menjadi lebih pendiam, dan Nasya juga tidak berani mengajak Gia bicara lagi.
Udah Gi jangan dipikirin lagi, semuanya udah berlalu. Kamu nggak perlu takut.
-Tbc-
Hmm kira-kira Gia kenapa ya?
With love, nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Teen FictionGia suka Naka. Tapi itu dulu, sebelum Naka menyakitinya sampai seperti ini. Kalian harus tau Naka itu selalu ketus, irit bicara, dan omongannya juga selalu pedas. Dia tidak pernah memikirkan perasaan Gia, selalu berlaku semaunya. Jadi Gia sudah memb...