Hari ini suasana hati Gia benar-benar sedang buruk. Ternyata benar dugaannya kemarin, tamu bulanannya datang. Pantas saja dari kemarin rasanya sensitive sekali.
Gia masih menelungkupkan kepalanya di atas meja. Dia sedang malas bicara, jadi lebih baik pura-pura tidur saja. Untung Nasya sedang sibuk menyalin PR miliknya, jadi setidaknya tidak ada yang mangganggu Gia sekarang. Tiba-tiba terdengar sayup-sayup suara gaduh di depan kelas.
"Ikut gue."
Hah! Ternyata ini biang onarnya.
Siapa lagi kalau bukan Naka. Orang yang selalu membuat hidupnya suram. Lagi-lagi dia sudah mencengkram dan menarik tangannya untuk keluar. Tapi kali ini tidak terlalu keras. Baguslah, karena jujur saja yang kemarin saja masih sakit!
"Apa?" Kini mereka telah sampai di lorong yang sepi dan Naka juga sudah melepaskan tangannya. Hari ini akan Gia ladeni saja, biar cepat selesai.
"Kemarin Tante Desi nelfon gue, katanya lo mau batalin perjodohan itu. Lo gak tau nyokap gue baru keluar dari rumah sakit? Bisa-bisa jantungnya kumat lagi gara-gara permintaan lo!" Lagi-lagi Gia diteriaki seperti ini. Tapi benarkah Tante Ratna sakit jantung? Gia benar-benar tidak tau. Kemarin Maminya belum sempat memberitahunya.
Kasihan sekali orang sebaik Tante Ratna harus menderita sakit seperti itu.
"Lo dengerin gue nggak sih?" tanya Naka dengan kesal. Wajar saja dia kesal, dia sudah bicara panjang lebar tapi Gia malah melamun. Kali ini Gia melamun disaat yang benar-benar tidak tepat. Aduh, bodoh kamu Gia!
"Ma-maaf Gia nggak tau kalo Mama kamu sakit. Tapi kan kemarin kamu yang minta batalin, kenapa sekarang marah-marah?" Lama-lama Gia kesal juga, maunya apa sih Naka ini.
"Gue gak inget pernah nyuruh lo buat batalin perjodohan itu. Kemarin gue marah karena lo sembarangan minta perjodohan itu. Dan sekarang perjodohan itu udah terjadi dan lo seenaknya mau batalin?" Gia rasa hari ini Naka bicara sangat panjang sekali. Apa karena terlalu marah ya? Gia jadi sedikit takut.
"Y-ya terus sekarang Naka mau nya gimana?" Sekarang Gia mulai takut, wajah Naka benar-benar menyeramkan. Dia mencoba melihat ke sembarang arah, asal tidak di wajah Naka apalagi di matanya.
Karena sibuk memperhatikan ke arah lain, Gia jadi tidak sadar kalau sedari tadi Naka sudah maju mendekati dirinya. Bahkan sekarang bibir Naka sudah mendekati telinganya.
"Jangan bertindak ceroboh lagi," bisik Naka.
Dengan segera Gia mendorong Naka untuk menjauh, dan untungnya Naka langsung menurut. Perlakuan Naka barusan membuat Gia merinding. Belum pernah ada laki-laki yang memperlakukannya seintim ini. Dan menurut Gia perlakuan Naka barusan benar-benar tidak sopan. Apalagi sekarang mereka masih di area sekolah, orang yang melihat posisi Naka tadi pasti akan berpikir yang tidak-tidak.
"Jangan lakuin sesuatu tanpa persetujuan gue. Ngerti?"
Gia hanya bisa mengangguk seperti orang bodoh. Dia masih merinding karena perlakuan Naka.
*****
Naka memasuki kantin menyusul teman-temannya. Gara-gara Gia, makan siangnya harus tertunda.
"Dari mana lo? Kita cariin juga." Itu Leon, salah satu teman Naka. Kalau kalian pikir Naka akan berkumpul dengan teman-teman basketnya, kalian salah. Naka lebih suka berkumpul dengan teman satu gengnya yaitu Leon, Radit, dan Rey. Geng yang dimaksud Naka disini adalah geng motor yang sering melakukan balap liar ketika malam hari.
Bagi Naka basket itu cuma hobi, sedangkan balapan sudah seperti hidupnya. Lagipula dia juga tidak terlalu akrab dengan teman satu tim nya itu. Dulu dia pernah ditunjuk menjadi kapten basket di sekolahnya, tapi dia menolak. Memegang jabatan seperti itu pasti akan membuatnya repot. Naka tidak suka. Dan seperti yang dibilang Naka barusan, basket itu hanyalah hobinya. Tidak lebih.
"Kalian nggak ada rokok?" tanya Naka dengan wajah kusut. Ya begitulah Naka. Dia memang pintar, tapi bukan anak teladan. Bisa dibilang Naka ini berandalan sekolah. Hobinya membolos, berkelahi, bahkan tawuran. Oh dan satu lagi, balap liar.
"Emang rokok lo kemana?" tanya Radit sembari melempar sekotak rokok ke arah Naka.
"Kena razia di depan tadi." Naka pun menyalakan rokoknya dan menghisapnya perlahan. Entah sejak kapan dia mulai kecanduan dengan nikotin ini, tapi yang jelas nikotin selalu bisa membuatnya lebih tenang.
"Gila lo Ka, jangan ngerokok disinilah ntar ketahuan Pak Bondan bisa abis kita! lo juga Dit kenapa dikasih di sini?" tanya Leon khawatir sembari melihat ke sekitarnya. Baru saja kemarin orang tua mereka dipanggil gara-gara masalah tawuran. Kalau sekarang mereka membuat masalah lagi kemungkinan mereka akan di-skors. Mereka sudah kelas 11 dan Leon tidak mau terus mencari masalah seperti ini.
"Kita di pojokan. Gak bakal keliatan, tenang aja," sahut Radit. Ya untungnya mereka memang berada di pojokan kantin sehingga tidak terlalu terlihat.
Naka masih asik dengan rokoknya dan sama sekali tidak mempedulikan sekitarnya. Kini dia tengah memikirkan seseorang. Dan seseorang itu baru saja memasuki kantin bersama temannya. Orang itu Gia. Teman masa kecil Naka yang selalu membuatnya kesal.
-Tbc-
Enjoyyyy!
with love, nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Novela JuvenilGia suka Naka. Tapi itu dulu, sebelum Naka menyakitinya sampai seperti ini. Kalian harus tau Naka itu selalu ketus, irit bicara, dan omongannya juga selalu pedas. Dia tidak pernah memikirkan perasaan Gia, selalu berlaku semaunya. Jadi Gia sudah memb...