Di kelas Naka sekarang sedang ramai sekali. Mereka tengah membicarakan tentang gosip Naka yang berpacaran dengan Clara. Bagaimana mereka tidak heboh, Naka itu terkenal dengan sifat ketusnya. Dia terlihat seperti tidak tertarik terlibat hubungan dengan gadis manapun. Tapi sekarang dia malah digosipkan pacaran dengan Clara, Si primadona sekolah.
"Lo beneran jadian sama Clara?!" tanya Leon heboh.
"Nggak," jawab Naka datar.
"Serius dong Ka! Anak satu sekolah sekarang lagi heboh ngegosipin lo sama Clara. Jadi beneran nggak nih?"
"Ck, kan gue udah bilang enggak."
"Terus mereka dapet gosip kayak gitu darimana?" tanya Leon heran.
"Gue denger gosipnya muncul gara-gara kemarin ada yang liat Naka jalan sama Clara," jawab Radit.
"Lo jalan sama Clara?" tanya Leon kepada Naka.
"Eh, sialan lo Ka! Kemarin nyuruh gue jauhin Gia tapi sekarang lo malah sama Clara. Ga nyangka ternyata lo lebih berengsek dari gue," cerocos Rey yang baru saja datang. Ya, dia dan Naka memang sudah berbaikan. Bukan berbaikan yang saling meminta maaf atau bagaimana, mereka cuma menganggap apa yang terjadi kemarin tidak pernah ada. Persahabatan antar laki-laki terkadang memang se-simple itu.
"Berisik lo!" semprot Naka. Dia benar-benar pusing sekarang. Gosip tentangnya beredar semakin luas. Padahal gosip itu sama sekali tidak benar.
"Jadi gimana Ka? Lo beneran jalan sama Clara kemarin?" tuntut Leon.
Ini lagi!
"Gue mau ngantin!" ujarnya sembari keluar dari kelas. Daripada pusing meladeni pertanyaan ketiga temannya lebih baik dia ke kantin saja. Lagipula masih ada waktu lima belas menit lagi sebelum pelajaran dimulai.
Sesampainya di kantin matanya malah menangkap sosok Gia. Melihat Gia dia jadi teringat pesan balasan dari gadis itu semalam.
'Kami memang nggak dekat.'
Nggak dekat dia bilang? Kalau memang nggak dekat kenapa menjanjikan jalan dengan Rey? Dia pikir Naka bodoh!
Naka pun duduk di salah satu kursi di meja kantin. Karena sebentar lagi kelas akan dimulai jadi kantin terlihat cukup sepi.
Dilihatnya Gia tengah membeli sesuatu di koperasi yang tidak jauh dari tempat Naka duduk. Gia terlihat mulai ikut berdesak-desakkan dengan siswa lainnya. Koperasi pagi ini memang terlihat ramai, berbeda dengan kantin yang kini Naka tempati.
Kini Gia mulai didesak oleh segerombolan siswa laki-laki. Gia pun sebisa mungkin menghindar dan mencoba menjauh dari kerumunan. Terlihat satu siswa justru semakin mendekat ke arah Gia dan malah semakin mendesaknya hingga ke pojok koperasi. Gia terlihat terjebak.
Laki-laki itu sengaja!
Ya, Naka sangat yakin dengan pemikirannya. Segera saja Naka bangkit dari duduknya dan menghampiri Gia yang terjebak di antara siswa laki-laki di sana.
*****
Gia benar-benar takut sekarang. Siswa itu mendesaknya sampai ke dinding koperasi. Dia ingin keluar, tapi tidak bisa. Gia hanya bisa mengkerut di tempatnya, apalagi dia tau kalau laki-laki di depannya ini senior kelas dua belas. Sepertinya dia harus menunggu sampai laki-laki itu selesai membeli, baru dia bisa keluar.
Namun tiba-tiba saja Naka datang dan menarik tangannya untuk menjauh dari kerumunan. Dia membawa Gia menuju meja kantin yang cukup sepi.
"Duduk," perintahnya setelah melepaskan tangan Gia.
Gia pun menurut dan duduk diam di tempatnya yang kemudian diikuti oleh Naka.
"Udah tau dipepet gitu malah diem aja!" sembur Naka
Eh, Naka tau? Apa dari tadi Naka memperhatikannya?
"Gia udah coba buat ngehindar tapi gabisa," cicit Gia. Posisi Gia tadi memang cukup bahaya, wajar saja kalau Naka sampai memarahinya.
"Ehm—tapi makasih tadi udah bantu. Besok-besok Gia janji nggak bakal ngerepotin kamu lagi," lanjut Gia.
"Gausah janji-janji kalo gabisa nepatin!" jawab Naka ketus sembari pergi meninggalkan Gia.
Kenapa ucapan Naka seperti menyindirnya ya? Apa Naka tau tentang janji Gia ke Rey?
*****
Di jam istirahat kali ini, kelas Gia disibukkan dengan pengumpulan formulir ektrakurikuler. Terlihat Dani, selaku ketua kelas mulai mengambil satu per satu formulir dari teman-temannya.
"Gi, lo jadi ikut apa?" tanya Nasya penasaran.
"Mau ikut jurnalistik."
"Seriusan? Bakal cari-cari gosip gitu dong lo." Nasya itu memang jagonya gosip, dia paling suka dengan sesuatu yang berbau gosip.
"Jurnalistik itu buat majalah sekolah bukan lambe turah!" semprot Gia. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan Nasya, yang ada dipikirannya selalu saja gosip.
"Nggak asik lo," kata Nasya sambil cemberut.
"Eh, tapi Gi katanya anak jurnalistik tuh cakep-cakep."
Ya tuhan, apa lagi sekarang?
"Terus kenapa?" tanya Gia malas.
"Ya kali aja ada yang nyantol sama lo gitu. Jangan mau kalah sama Naka dong, katanya mau move on."
"Ih, udah dong Sya jangan bahas Naka terus!" Gia kesal sekali dengan Nasya karena seharian ini terus saja membahas Naka, telinga Gia sampai panas rasanya.
-Tbc-
Hai aku mau promosi cerita barukuuu. Boleh dicek ya gaess!
Blurb:
Yasmine terpaksa menerima perjodohan yang sudah dirancang oleh kedua orangtuanya. Dia terpaksa melakukan pernikahan ini karena kegagalan hubungannya dengan Ben. Apakah pernikahan ini mampu menyembuhkan luka hatinya atau justru akan menjadikannya lebih parah?
update setiap hari Sabtu & Minggu
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Novela JuvenilGia suka Naka. Tapi itu dulu, sebelum Naka menyakitinya sampai seperti ini. Kalian harus tau Naka itu selalu ketus, irit bicara, dan omongannya juga selalu pedas. Dia tidak pernah memikirkan perasaan Gia, selalu berlaku semaunya. Jadi Gia sudah memb...