"Sayang, Mami mau ngomong sebentar. Sini duduk sebelah Mami," ucap Desi sambil menuntun Gia untuk duduk di sofa sebelahnya. Hal itu membuat Gia mengerutkan dahi seketika, dia agak heran dengan tingkah aneh Maminya.
"Kenapa Mi?" Melihat senyum Desi, Gia jadi semakin curiga ada yang tidak beres.
"Kamu masih inget Naka nggak?" tanya Desi sambil terus memasang senyum termanisnya.
Mendengar nama itu terucap membuat jantung Gia berulah tidak karuan. Kenapa Maminya harus mengingatkan dia dengan nama itu lagi padahal Gia sudah mati-matian melupakannya. Sekarang dia memang satu SMA dengan Naka, tapi dia sudah tidak pernah berhubungan dengan Naka. Bahkan mereka seperti orang yang tidak saling kenal.
"Naka siapa ya mi?" jawab Gia pura-pura bodoh.
"Masa kamu lupa sih? Ituloh anak Tante Ratna yang dulu sering main sama kamu. Padahal waktu kecil kamu sering banget ngikutin Naka, makan sama Naka, tidur sama Naka, bahkan mandi aja,-"
Segera saja Gia memotong ucapan Maminya itu, "Iya-iya Gia inget, udah jangan diterusin Gia kan malu."
Itu kan kenangan yang memalukan kenapa sih harus dibahas lagi, Gia benar-benar sebal dengan Maminya. Sementara itu Maminya malah tertawa melihat wajah Gia yang kini semerah tomat. Maminya itu memang suka sekali menggodanya.
"Jadi Mami pengen ngejodohin kamu sama Naka, Mama Papanya Naka juga udah setuju. Jadi kamu mau kan sayang?" bujuk Desi yang tentu saja langsung ditolak Gia mentah-mentah.
"Enggak Mami, Gia gak mau. Lagian kenapa sih pake jodoh-jodohan segala. Gia yakin ini pasti idenya Mami kan?"
Bukan tanpa sebab Gia menuduh Maminya seperti itu. Gia tau Mami nya sangat ingin berbesanan dengan Tante Ratna. Jadi Maminya dan Tante Ratna itu teman sejak SMP, karena itu Maminya selalu saja mencoba mendekatkan Gia dengan Naka sejak kecil. Padahal jelas-jelas Naka membencinya. Eh, sebenarnya Gia juga kurang tau sih Naka benci dia atau tidak. Tapi dilihat dari sikap Naka dulu rasanya tidak salah kalau Gia menyimpulkan seperti itu. Pokoknya Gia nggak mau Naka kembali ke hidupnya!
*****
"Eh Gi, Naka tuh. Ganteng banget ya temen kecil lo itu, pantes dulu lo tergila-gila banget sama dia," ucap Nasya sambil menahan tawa.
Temannya ini memang sangat menyebalkan. Dia memang tau rahasia Gia karena mereka teman satu SMP dan dengan Naka juga tentunya. Gia memang selalu satu sekolah dengan Naka, sepertinya itu juga salah satu ulah Maminya.
"Sst— Syaa diem! nanti ada yang denger."
Dengan telunjuk yang masih berada di depan bibirnya Gia menoleh ke segala arah memastikan tidak ada yang mendengar ucapan Nasya barusan. Tapi ucapan Nasya memang benar, Gia memang sempat tergila-gila dengan Naka. Tapi itu dulu, dan bahkan sampai sekarang Gia masih menyesalinya. Kenapa dulu dia sangat bodoh mengejar laki-laki yang jelas-jelas membencinya.
"Naka, nanti jadi kan main ke rumah Gia?" ucap Gia kala itu. Saat itu mereka masih berada di sekolah dasar.
"Enggak. Aku mau main sama temen yang lain." Terlihat jelas wajah jengah Naka saat itu.
"Kalo gitu aku ikut juga ya. Aku juga mau main sama yang lain," ujar Gia sembari menampilkan senyum termanisnya kepada Naka. Sebenarnya Gia ini termasuk gadis yang manis, dia juga tidak nakal. Tapi karena kejadian waktu di sungai dulu, Naka menjadi membencinya sampai seperti ini.
"Enggak! Sana main sendiri," usir Naka dengan mendorong bahu Gia hingga ia terjatuh di tengah lapangan sekolah.
Disana ia menjadi tontonan satu sekolah dan bahkan ditertawakan. Gia kecil cuma bisa menangis terisak-isak, bukan hanya karena malu tapi juga sakit di siku dan lututnya. Naka mendorongnya begitu keras hingga menimbulkan lecet-lecet di bagian tubuhnya.
Gia menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba mengusir kenangan itu. Dia tidak boleh mengingat hal itu lagi. Lagipula itu kan sudah lama sekali.
Dan kalau dipikir-pikir lagi wajar saja jika saat itu Naka sangat membencinya. Itu semua gara-gara tragedi Gia yang tenggelam di sungai. Gia memang salah karena menjadikan Naka sebagai kambing hitam. Tapi saat itu Gia terpaksa, dia takut dimarahi Maminya jadi mau tidak mau dia berbohong. Dan seminggu setelahnya Gia juga sudah meminta maaf dan bahkan mengaku ke orang tua nya dan orang tua Naka kalau ia yang salah. Waktu itu Naka juga ikut melihat, tapi entah kenapa Naka masih saja membencinya.
Di tengah acara melamunnya, tiba-tiba sebuah bola basket menggelinding mengenai kakinya. Dia dan Nasya memang berada di lapangan basket, tepatnya di tribun paling bawah. Sebenarnya dia disini karena dipaksa Nasya. Pacar Nasya itu anggota tim basket dan juga teman Naka. Jadi wajar saja kalau tadi Nasya melihat Naka karena ini memang jadwalnya anak basket latihan.
"Lempar sini." Itu Naka. Dia memang tidak suka berbicara terlalu panjang, bahkan mengucapkan kata tolong saja rasanya susah sekali. Dasar arogan!
Note: flashback akan ditulis dalam bentuk miring.
--Tbc--
Halooo!
Akhirnya aku update hari ini! nggak bisa banget nahan diri haha. Untuk hari Senin bakal tetep update juga kokk, nanti kita cuss ke bab 2 yaa! minta tolong buat vote dan komennya.
Thankyou!
with love, nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Love Me?
Teen FictionGia suka Naka. Tapi itu dulu, sebelum Naka menyakitinya sampai seperti ini. Kalian harus tau Naka itu selalu ketus, irit bicara, dan omongannya juga selalu pedas. Dia tidak pernah memikirkan perasaan Gia, selalu berlaku semaunya. Jadi Gia sudah memb...