Selamat membaca cerita amburadul kuh___
.
.
.
.
.
"jangan takut, aku tidak akan berbicara tentang hubungan kalian berdua, tapi kuharap kalian bisa menyelesaikan urusan kalian, jangan sampai publik tau sebelum kalian menyelesaikan semuanya"
Lisa terdiam mendengar penuturan demian, pria itu memang tidak menghakiminya tapi pria itu tau rahasianya.
Setelah berhasil mengusir mars beberapa jam yang lalu dengan dalih urusan kesehatan akhirnya keduanya berada di apartemen Lisa, dan ya demian menjelaskan semuanya tentang bagaimana dia bisa mengenali Lisa, tentang hubungannya dengan Jevan juga tentang kehamilan wanita itu bukan hanya itu, Demian juga menjelaskan keadaan Jevan yang tidak begitu parah dan meminta Lisa untuk tidak khawatir.
"Terima kasih..."ungkap Lisa tulus.
"Untuk?"
"Tidak menghakimiku...."sahut Lisa tanpa sadar bulir air mata mulai mengalir membasahi pipinya.
Gadis yang malang pikir Demian dia memang bukan dokter psikologi tapi dia cukup peka dengan keadaan orang lain jadi dia mulai memahami bahwa wanita itu sedang tertekan.
"It's ok..."kata demian pelan meletakan tangannya dengan hati-hati pada kepala tertunduk milik wanita itu, demian tidak bohong jika dia tidak merasa iba, dia benar-benar tak kuat melihat seorang wanita menangis.
Lisa berusaha menangis tanpa suara namun suara isakannya sulit ditahan, ia hanya bisa tertunduk dalam tanpa berani menatap pria didepannya.
Tangisan lisa terdengar semakin memilukan suara isakannya mengingatkan demian pada sosok sang ibu yang sudah meninggal.
Tanpa sadar tangan kekarnya menarik wanita itu dalam pelukan erat, tubuh wanita itu bergetar hebat.
Apa yang harus lisa lakukan, wanita itu kebingungan sedangkan dia diharuskan untuk memilih dimana kedua pilihan tetap membuatnya terluka.
Beberapa jam setelah puas menangis lisa tertidur dalam pelukan demian wanita itu mungkin sangat lelah dengan beban hidup yang telah menimpanya.
Demian pria itu juga tidak berniat membangunkannya, dia memilih membopong tubuh lemah itu dan membawanya kedalam ruangan yang demian yakini kamar lisa, setelah meletakkannya demian memilih untuk menginap ia tidur di sofa, meski tanpa ijin. mungkin karena hatinya memiliki firasat buruk jika meninggalkan wanita itu sendirian sebab itulah ia memilih tinggal.
Demian berbaring disofa dan pria yang memang sangat menyukai kegelapan itu termenung sejenak setelah mematikan semua lampu, seisi rumah dibuat gelap gulita olehnya.
Demian tidak ingin pikiranya ikut terbebani akhirnya dia memilih memejamkan mata dan bersiap terjun ke alam mimpi.
'BRAK'
belum lima menit pria itu memejamkan mata dia harus dikejutkan dengan suara tendangan keras pada pintu.
Firasat buruknya sepertinya benar, setelah mendengar suara tendangan itu, suara ricuh dua orang atau lebih tak jelas memasuki rungunya, disusul dengan suara pecahan-pecahan kaca.
Demian menjatuhkan diri dengan perlahan dari sofa lalu merangkak menjauh.
"Dimana wanita itu?"
"Entahlah, mungkin malam ini dia kembali mendapat keberuntungannya. Yah dia pasti tidak tidur dirumahnya"
"Sial padahal aku sangat ingin menikmati tubuhnya, kau tau dia sangat cantik"
"Aku tau, kita benar-benar beruntung kau tau kita dapat uang dan kita juga dapat menikmati tubuh wanita cantik dengan gratis"
Demian benar-benar terkejut mendengar pernyataan dua pria yang memasuki rumah wanita itu.
Sepelan mungkin dia berjalan, mata tajamnya yang terbiasa dengan kegelapan mulai menyorot kamar tempat ia meletakan tubuh letih Lisa yang tertidur.Jika keberuntungan berpihak padanya maka dia orang pertama yang akan mencapai kamar Lisa, tapi secara teknis kedua penjahat itulah yang akan menemukan Lisa yang pertama.
'DUAG'
"Aku menemukannya"
Demian terlambat salah satu dari pria itu sudah menemukan Lisa yang terbaring tidur di kamarnya.
( Secret )
'PRANNK...'
Gelas digenggaman Jevan terjatuh ketika dia hendak meletakan kembali gelas itu ke atas meja.
"Sayang astaga... Ya tuhan biar kubersihkan, kau tidak apa-apa kan?"ujar ella menatap khawatir sang suami yang tampak diam.
"Hmm..."
"Kau kenapa? Ibu lihat kamu seperti banyak pikiran"tegur mama Jevan yang segera menghampiri putranya.
"Aku tidak apa-apa bu, tanganku mungkin masih lemah"
"Katakan saja pada ibu, siapa tau ibu bisa bantu kamu"
"Ibu tidur saja, kamu juga na, kamu lagi hamil sebaiknya kamu perbanyak istirahat"ucap jevan.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku juga mau istirahat, kalian pulanglah"
Setelah kepergian ibu dan istrinya beberapa menit lalu, Jevan tidak kunjung menutup mata, pikirannya berkelana tertuju pada lisa yang hingga kini kabarnya belum dia ketahui.
Entah apa yang terjadi tapi perasaan khawatir pada istri muda itu menyergapnya, jika bisa ia ingin segera menghampiri rumah si istri muda, ia begitu rindu dan gelisah.
Jevan meraih ponsel dan dompetnya, lalu mengotak Atik ponselnya mencoba mencari tahu mungkin saja istri mudanya itu menelpon karena mengkhawatirkan nya sayang tidak Bahkan pesan saja tidak ia dapatkan.
Sulit membendung perasaan khawatir yang bercocol di pikirannya Jevan Segera menekan tombol deal pada nomor milik lisa.
"Ayolah.... Ku mohon angkat"pinta Jevan ketika panggilan itu tersambung namun di abaikan.
Pada panggilan kedua pun begitu, Jevan terus berdo'a berharap sang istri mengangkat panggilannya namun sayang pada panggilan ketiga nomor itu tak lagi aktif.
Tak lagi mampu menahan perasaan khawatirnya, Jevan menarik selang inpus hingga menyebabkan tangannya berdarah.
Sedikit tertatih ia melangkah hanya dengan pakaian pasien, Jevan meninggalkan ruangannya diam-diam,melangkah dengan hati-hati menghindari beberapa perawat maupun dokter yang masih berlalu lalang.
Tangannya terus mengotak-atik mencoba kembali menghubungi sang istri.
"Kau dimana sayang? Ya tuhan aku khawatir"ujar Jevan dengan tertatih-tatih hingga sampai di halaman rumah sakit.
Jevan mencoba mencari taksi, meski jam sudah menunjukan pukul 12 malam, namun 30 menit berlalu taksi tak kunjung tiba.
"Tolol"pekik Jevan ketika ia bisa memesan layanan taksi online namun ia baru sadar sekarang, wajar saja pasalnya ia tidak dalam model santai.
Beruntungnya setelah satu jam taksi yang dimintanya baru tiba, ia segera masuk dan menitah supir untuk mengebut.
Demi tuhan Jevan benar-benar merasa khawatir kemana Lisa, mereka sedang bertengkar beberapa hari yang lalu dan sekarang nomor gadis itu tak aktif.
Hanya dalam waktu 30 menit taksi itu tiba di apartemen yang Lisa tinggali.
"Ini pak, ambil saja kembaliannya"kata Jevan Tanpa sempat mengucapkan terima kasih ia segera keluar dan melangkah dengan cepat memasuki kediaman sang istri muda.
Jantungnya berdetak keras saat ia meraih gagang pintu.
.
.
.
TBC.
Jangan lupa follow, vote comment. Gak tau kapan lanjut.
![](https://img.wattpad.com/cover/224717558-288-k870691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret
FanfictionCerita ini mengandung unsur ketidak jelasan, apabila terjadi kesamaan ide cerita maka saya sebagai penulis memohon maaf yang sedalam-dalamnya. Cerita ini mengisahkan tentang sebuah rumah tangga dan orang ketiga.