No. 59 [12]

62 22 0
                                    

Beberapa siswa yang duduk di sekitar bangkunya menoleh pada Bunga. Mereka memandang aneh gadis itu sebab tak ada seorang pun yang merasa diajak bicara. Bunga mengernyitkan dahi seraya melipat tangan di dada.

"Tumben .... "

"Kenapa kau menghalangi jalanku?"

Bunga menoleh cepat ke belakang. Seseorang yang saat ini ia cari, tengah menatapnya datar.

"Ah, a--aku .... "

"Minggir!" Jaya mendorong tubuh Bunga lalu dengan cepat duduk di kursinya. Pemandangan itu berlangsung begitu cepat sampai Bunga tak dapat membela diri. Beberapa siswa termasuk Septian menertawakan hal itu dan membuat bising di kelas.

Bunga mendengkus kesal. Gadis itu langsung duduk di kursinya dan melempar tas asal-asal di atas meja. "Sabar .... "

"Kenapa kamu nyariin Jaya?" bisik Laras tiba-tiba. Bunga membulatkan mata. Padahal seingat dirinya, Bunga sama sekali tidak mengatakan itu.

"Aku tidak mencarinya--"

"Hei, Gadis Preman!" Tanpa aba-aba, Jaya tiba-tiba menghadap ke belakang seraya memukul tepat di meja Bunga. Gadis itu dan juga Laras sontak terkejut dan hampir terjatuh mundur ke belakang.

"A--apa .... " Laras terbata. Dirinya bingung, siapa yang disebut Gadis Preman?

"Hei!" Bunga juga turut memukul mejanya. Keduanya saling menatap tajam.

"Kau kemarin melihatku di pangkalan angkot 'kan?"

Pertanyaan Jaya sontak membuat Bunga sekaligus Laras terdiam seketika. Kedua gadis itu saling melirik lalu menggelengkan kepala pelan. "Kenapa?" tanya Bunga Lirih.

"Ck! Jawabanmu tidak memuaskan!" Jaya mengusap wajahnya sendiri lalu berbalik ke depan. Tak lama, dia menyerahkan secarik kertas pada Bunga.

Bel masuk berdering. Terdengar derap langkah kaki yang terburu-buru memasuki kelas dan suara kursi yang digeser pemiliknya. Bunga mengambil kertas itu dan membukanya pelan.

Lagi, dirinya dibuat terkejut oleh isi dari kertas itu. Bunga menatap Laras. Hingga saat Laras mengangguk, Bunga menghela napas panjang. Dirinya merobek kertas itu, seolah tidak ada apa-apa.

***

"Mau apa?"

Suasana rooftop siang ini begitu sepi, karena memang biasanya seperti itu. Siswa-siswi SMA Mandala tidak akan sudi menghabiskan waktu istirahat mereka di atap lantai empat gedung sekolah. Walaupun sebenarnya di sini dapat dibilang cukup tenang dan sejuk di saat-saat tertentu.

Jaya membalikkan badan lalu tersenyum ramah. "Wah sudah datang. Terima kasih sudah memenuhi undanganku."

Bunga melipat tangan di dada seraya membuang muka. "Jangan buang-buang waktu. Katakan saja, apa keperluanmu."

Uh, Bunga! Bagaimana caranya untuk bersikap manis? Argh! Aku tidak bisa.

"Maaf, sepertinya kamu ini orang yang sibuk, ya?" Jaya tertawa di akhir kalimatnya.

Hal ini membuat Bunga menoleh cepat dan menatapnya tajam. "Kalau kau masih main-main, lebih baik aku kembali ke kelas."

Bunga langsung berbalik dan tiba-tiba Jaya menahan tangannya. Bagai adegan di sebuah drama, hal itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya Jaya menarik tangan Bunga dan membuat gadis itu menghadap dirinya.

Lorong NO. 59Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang