No. 59 [15]

170 31 20
                                    

Bunga memutar kunci pintu lalu membukanya perlahan. Dirinya yang masih mengenakan piyama tidur, begitu terkejut saat Melati sudah berdiri di depan pintunya sembari berkacak pinggang.

"Kau ini bagaimana! Kenapa penampilanmu masih begitu? Kau ini sebenarnya paham tidak dengan tugasmu?"

Melati berapi-api. Berbeda dengan Bunga, kini wanita 37 tahun itu sudah mengenakan gaun malam warna kapisa yang dipadukan dengan sepatu high heels berhias glitter perak. Rambutnya di gelung agak tinggi hingga menunjukkan kesan elegan.

Bunga ragu-ragu. Sempat terpikir untuk menutup pintu dengan cepat lalu kabur melalui jendela. Tetapi gadis itu juga bimbang. Tiba-tiba ponselnya bergetar lagi.

[Cepatlah. Aku benar-benar menunggumu di bawah]

"Hei! Kau paham, tidak?" bentak Melati lagi.

"Iya!" Bunga mulai merasa kesal.

Melati menatap tajam ke arah anaknya, lalu menyerahlan sebuah gaun imut berwarna baby pink. "Pakai ini. Tuan Muda suka wanita yang manis. Kau harus berusaha sebaik mungkin."

Bunga menatap benda itu lalu mengambilnya cepat dan menutup pintu. Jantungnya berdegub kencang. Pasalnya, ini adalah pertama kali bagi dirinya untuk melakukan hal seperti ini.

"Ini diluar rencana!" keluh Bunga kesal. Gadis itu menekan beberapa tombol di ponselnya untuk memanggil Tuan Muda yang katanya sudah menunggunya di bawah.

"Hei! Ini diluar rencana! Apa maksudmu?" protes Bunga setelah sepersekian detik panggilan tersambung.

Terdengar suara tawa kecil di sana yang membuat Bunga semakin kesal. Hingga tiba-tiba panggilan diputuskan sepihak dan layar ponsel langsung gelap begitu saja.

"A--apa .... "

Tiba-tiba ponselnya menyala lagi. Sebuah pesan masuk ke aplikasi percakapan.

[Bersiaplah. Aku akan beri tahu rencananya setelah kita bertemu]

Bunga menghela napas panjang. Gadis itu menatap gaun yang teronggok di atas ranjangnya. Memutar ingatan atas ucapan Melati tadi sebelum dirinya menutup pintu.

Apa benar, jika lelaki itu suka wanita yang manis?

***

Bunga memperhatikan dirinya di depan cermin. Lagi-lagi, untuk pertama kalinya dalam hidup dirinya memakai pakaian seperti ini. Ternyata, gaun yang tadi diberi oleh ibunya tidak sepanjang yang ia kira. Gaun itu hanya menutup sampai lima sentimeter di atas lutut. Tanpa lengan hanya seutas tali yang menggantung di pundak.

Bunga menggeleng sembari melihat penampilannya. "Bahkan aku tak yakin jika Anak Wali Kota itu benar-benar suka seperti ini. Lagi pula, untuk apa aku menyenangkan dirinya?"

Gadis itu meraih liptint di sebuah kotak di atas meja rias. Liptint yang biasa ia kenakan sehari-hari. Bunga sebenarnya tak perlu terlalu banyak memakai riasan. Dia hanya perlu memakai sedikit alas bedak yang nanti ditaburi bedak dan perona pipi.

Bunga meraih botol parfum di atas meja. Wangi vanila, persis dengan yang biasa ia kenakan saat sekolah. Dia juga memilih untuk mengurai rambut begitu saja. Menunjukkan warna legam yang memberi kesan tegas dan berani.

"Oke, kamu bisa," gumam Bunga. Gadis itu meraih ponselnya dan menulis sesuatu di sana.

[Jaya sudah ada di sini. Sebentar lagi kita akan bertemu]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lorong NO. 59Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang