Chapter 35 : Ketiga Pendeta dari Upper Yard

1.2K 214 66
                                    

Sebelumnya saya ingatkan ONE PIECE bukan milik saya

Tetapi karakter reader murni pemikiran saya

Selamat membaca~

Disclaimer : Eiichiro Oda

Author pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author pov

"(Y/N), AWAS!"

(Y/n) mendelik horor kala itu juga. Bak adegan dalam sinetron indosyar, ia hanya terdiam sembari memandangi Waver yang semakin lama semakin bergerak mendekatinya. Hingga akhirnya---

Bruagh!

---(Y/n) ikut terseret ayah Conis, menubruk dahan pohon connashu dengan begitu kencang.

Mengusap sejenak kepala tak berambut itu, ayah Conis tampak menyesali perbuatannya, "Maafkan aku. Maafkan aku. Apa kau baik-baik saja, nona?"

(Y/n) segera bangkit dari posisi tersungkurnya. Dengan amarah yang menggebu, ia menarik kasar kerah baju milik ayah Conis. Persetan dengan rasa hormat kepada yang lebih tua. Jika orang itu mencari masalah dengannya, ia tak segan-segan menghajar balik tanpa memandang bulu. "Sialan! Kau itu bisa menyetir dengan benar tidak, sih?! Yang tadi itu sangat menyakitkan!"

Ayah Conis langsung membungkukkan badan berkali-kali. "Maaf, sebenarnya Waver sangat sulit dikendalikan."

"Kalau sudah tahu sulit, mengapa masih kau kendarai juga?!"

Usopp yang melihat amarah (Y/n) semakin tak terkendali pun datang melerai, "Oe, (Y/n). Tenangkan dirimu. Kau membuat Conis dan ayahnya ketakutan. Lagi pula kita ini pendatang baru di sini. Jangan sampai mereka merasa tidak nyaman dengan kehadiran kita."

Benar juga apa yang dikatakan Usopp. Merasa tak ada pilihan lain, (Y/n) lekas menetralkan emosinya dan meminta maaf balik pada ayah Conis, "Baiklah-baiklah, untuk saat ini aku akan memaafkan mu. Dan ku rasa, aku juga harus meminta maaf karena sudah bersikap kasar seperti tadi. Jadi sekarang kita sudah impas, ya."

Senyum ayah Conis kembali merekah. "Tidak masalah, nona. Aku mengerti perasaan mu. Dan ngomong-ngomong kalian ini berasal dari Laut Biru, ya? Itu pasti sebuah perjalanan yang sulit. Ini adalah Laut Putih. Namaku Pagaya. Maukah kalian mampir ke rumah ku? Aku akan melayani kalian dengan sepenuh hati."

Sang kapten terlihat begitu antusias dibuatnya. "Benarkah? Asyik! Kami mau! Kami mau!"

"Masakan dari Pulau Langit? Bisakah aku membantu mu dalam mempersiapkan itu?" tanya Sanji tak kalah antusias.

Pagaya dengan senang hati menerima tawaran Sanji. "Tentu saja boleh."

Nami kemudian berjalan mendekati Waver dengan penuh tanda tanya, "Ne, bisakah aku bertanya sesuatu? Ini tidak ada layar untuk menangkap angin dan kau juga tidak mendayungnya. Bagaimana ini bisa jalan di atas air?"

Adventurous Artist 🎨 [ONE PIECE X READER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang