🌿🍇🌿
The conspiracy of time and universe
_______
Terkadang, ada beberapa hal yang lebih baik disimpan sendirian. Takut jika diungkapkan, hanya akan menimbulkan kekhawatiran yang mendalam. Padahal, sepahit apapun kejujuran, tetap lebih terasa pahit kebohongan jika terbongkar dengan sendirinya oleh semesta yang berkonspirasi dengan masa.
Sudah seminggu terakhir, Bara absen membacakan cerita untuk Keysha. Biasanya, baik Binar ataupun Bara saling bergantian ketika mendongeng untuk anak semata wayangnya. Memang, Bara tetap menemani Keysha hingga terlelap. Namun dia hanya memeluk Keysha dan mengusap lembut pipinya, atau sesekali menatap Binar lekat.
"Kenapa sih, Kak? Lihatnya kok gitu?" Bisik Binar lirih saat Bara terus memandangnya. Meskipun sudah bukan pengantin baru, ditatap seperti itu tetap mampu membuat desiran aneh dalam dadanya. Keysha sudah pulas, tapi Bara masih terus mengusap pipi dan keningnya.
Bukannya menjawab, Bara malah tersenyum sambil mengisyaratkan Binar untuk kembali ke kamar mereka. Setelah mencium Keysha, Bara beranjak lebih dulu.
"Aku ambil minum buat kamu ya." Tawarnya lirih sambil keluar kamar Keysha. Binar mengangguk, lalu menarik selimut hingga ke dada Keysha. Setelah mencium dan menyalakan lampu tidur, Binar menyusul Bara ke dapur.
"Kak!" Binar setengah berteriak saat gelasnya sudah penuh terisi air hingga membasahi lantai, namun Bara masih tetap menuang air itu. Tangan Binar langsung meraih teko, membuat Bara terkesiap.
"Melamunin apa sih, Kak? Sampai nggak sadar airnya tumpah?" Binar meraih kain lap. Bara mengusap wajahnya lalu hendak meraih kain yang dibawa Binar sebelum akhirnya Binar memintanya duduk.
"Masalah kerjaan lagi ya?" Tanya Binar lembut sambil membelai bahu Bara pelan saat duduk di sebelahnya. Binar sadar, beberapa hari terakhir ini Bara terlihat sering melamun. Dua hari yang lalu saja ia sempat bed rest akibat kelelahan. Lelah badan dan pikiran lebih tepatnya. Tenaga dan pikirannya terkuras untuk menghadapi persoalan kantor. Belum lagi, ia memikirkan tentang Binar yang menginginkan untuk segera punya momongan.
"Kamu sayang sama aku nggak, Bi?" Tanyanyanya balik dan malah mengganti pokok bahasan yang tidak berkaitan dengan pertanyaan Binar. Binar sedikit tersentak karena tiba-tiba Bara merubah topiknya. Dan tentu saja, Bara sudah tahu jawabannya, kenapa dia terus mengulang-ngulang pertanyaan itu? Batin Binar. Jemari Binar menggenggam lengan Bara. Ditatapnya kembali bola mata yang sedang memandang Binar dengan sorot tak terdefinisikan.
"Sayang dong, Kak. Kenapa sih tiba-tiba tanya hal ini?" Binar membelai lembut pipi Bara. Ia menatap Binar dengan bibir yang masih membisu. Hingga akhirnya, Bara memeluk Binar tanpa suara. Pikiran Binar berkelana semakin jauh. Suara bersitan hidung dapat terdengar jelas ditelinga Binar. Bara menangis?
"Kata-kata kamu adalah suntikan semangat buat aku." Jujur Bara sambil meumpukan dagunya di puncak kepala Binar. Ia semakin mengeratkan rangkulannya. Binar menepuk punggung Bara pelan seolah memberinya energi, hanya itu yang bisa dia lakukan selain menunggu Bara siap bercerita tentang masalah apa yang dihadapinya. Mungkin, ia tidak pandai memberi solusi untuk persoalan yang menimpa Bara, namun setidaknya telinganya akan selalu siap siaga menjadi pendengar pertama jika Bara membutuhkannya.
Aku selalu berdo'a semoga waktu selalu berbaik hati untuk membiarkanmu terus berada di sisiku, Bi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Understand [ON GOING]
Ficção Geral[General fiction] Binar Shanum Nandita, seorang gadis yang tengah menyembuhkan patah hati karena cerita cinta yang ia reka sendiri. Mencoba menerima segala keputusan Allah, lalu Allah hadirkan sebuah pilihan yang membuat dirinya bimbang. Ketika ia...