BAB 21

181 26 65
                                    

🌿🍇🌿

Lucky me that it's you

_______

Topi pantai yang dibelikan Bara kini dialihkan fungsi menjadi sebuah kipas oleh Binar. Maklum, mereka mengunjungi tempat itu saat mentari sedang berbahagia membagikan sinarnya. Ia meluruskan kakinya, rasa pegalnya sudah mulai menjalar ke sendi-sendinya. Sambil menunggu Bara yang sedang berburu foto entah kemana, ia memilih duduk di bangku yang ada di sana. Sebenarnya, Bara mengajaknya berkeliling, tapi Binar menolak. Ia benar-benar lelah.

Demi mengusir bosan, ia membuka ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demi mengusir bosan, ia membuka ponselnya. Ada banyak notifikasi group yang mengantri untuk dibaca. Matanya memicing melihat chat dari kakak iparnya.

Kak Anisa :
Jantungnya masih berasa loncat-loncat nggak, Bi? Haha.

Binar mendesis, seperti dugaannya, Sasa pasti meledeknya. Kakak ipar dan kakak kandungnya memang selalu kompak untuk urusan menggoda Binar. Ia urung membalasnya, jemarinya kembali men-scroll kumpulan chat dalam group tanpa berniat membacanya sampai kemudian matanya terpaku pada group bernama Sahabat Surga. Sebuah group yang hanya beranggotakan Aisyah, Rania, Luna dan dirinya.

Ia mengklik, lalu tiba-tiba tersenyum getir melihat nama Luna di sana. Beberapa kali Binar mencoba menghubungi Luna secara pribadi, namun Luna tidak pernah membalasnya. Anehnya, namanya selalu muncul saat percakapan di group.

💖Sahabat Surga💖

Luna Anindya :
Finally, Rania bakal pecah telor. Deg-degan nggak? H-3 loh wkwk.

Rania Raksawardani :
Sekarang belum dag dig dug sih, mungkin pas akad nanti baru taraktakdung.

Aisyah Ayudia Inara :
Alhamdulillah ya, akhirnya Allah satukan Rania dan kak Dion dalam ikatan pernikahan. Bahagia banget.

Rania Raksawardani :
Makasih Syah. Oh iya, mungkin aja habis ini kamu Syah. Biasanya yang diem-diem, tau-tau ngasih undangan. Hmm.

Luna Anindya:
Betul, ummi Ais, kapan dong abinya mau dikenalin?

Aisyah Ayudia Inara :
Segera kalau udah waktunya, sabar hehe.

Rania Raksawardani:
Eh, Binar mana sih? lagi bantu operasi apa ya?

Binar menghela napas. Bukan ia tidak mau bergabung dalam percakapan itu, hanya saja ketika Binar ikut menimpali jokes atau apapun yang ada didalam group, Luna langsung menghilang seolah lenyap ditelan bumi. Alasan Luna yang membangun jarak dengannya sungguh masih menjadi teka-teki dalam hati Binar. Kalau saja Luna masih di Jogja, sudah pasti Binar tidak akan membiarkan 'dinding' yang 'membatasinya' dengan Luna tetap berdiri kokoh dengan megahnya. Ia pasti akan menyelesaikannya langsung saat itu juga dan tidak membiarkannya berlarut-larut seperti ini.

Secretly Understand [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang