BAB 28

201 30 114
                                    

🌿🍇🌿

Siapa takdirku?

_____

Cinta tidak pernah salah karena ia tidak pernah bisa memilih akan jatuh dan bermuara pada siapa. Yang salah adalah ketika seseorang mencintai, ia merasa harus memiliki dan mereka-reka cerita cintanya sendiri seolah ialah sang pengendali.

Kehilangan dan waktu yang terus berjalan seolah membuat Binar tersadar, bahwa selama ini ia mungkin terlalu bertumpu harap pada manusia hingga rasa yang diterima selalu saja berbuntut kecewa. Maka kali ini, ia mencoba untuk meraih kasih sang Maha Cinta agar cinta-Nya yang menggerakan hatinya untuk tertaut pada hati yang mencintai-Nya juga. Siapapun itu.

"Bi, tolong antar teh ini ke Papa ya, Biar Dania sama Mama." Dagu Mama terarah pada area balkon. Binar mengangguk, sebelum meraih cangkir yang Mama suguhkan, ia kembali menciumi puncak kepala dan pipi chubby ponakannya yang menggemaskan itu.

"Papa kok di luar sih?" Binar menaruh mug di meja kecil yang diapit oleh dua kursi di samping kanan dan kirinya. Papa menoleh sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Binar duduk, meraih crackers yang tersuguh di sana, lalu menatap kerlip bintang di luas langit yang membentang. Semilir angin malam itu sama sekali tidak memunculkan hawa dingin. Saat Binar hendak kembali ke ruang tengah, Papa menahannya.

"Papa ingin bicara sama Binar." Binar kembali pada posisi duduknya. Matanya menatap penuh tanya.

"Apa? Binar jadi takut deh kalau Papa serius begini." Jujurnya. Papa terkekeh.

"Sekarang apa lagi yang mau Binar capai, hmm?" Kening Binar mengernyit mendengar pertanyaan Papanya.

"Maksud Papa?" Papa berdehem, pandangan yang semula mengawang, beralih pada Binar.

"Ya, Binar sudah kerja. Sudah jadi dokter. Lalu target Binar apa lagi?"

"Nikah maksud, Papa?" Tebak Binar yang mulai curiga, ia baru menyadari bahwa hal ini pasti sudah direncanakan oleh Papa Mamanya. Papa tersenyum tipis.

"Ada laki-laki yang datang ke Papa, Bi. Apa kamu sudah siap menikah?" Helaan napas Binar tertahan mendengar pertanyaan itu.

"Pa," Binar bingung harus mengatakan apa, "Kalau Binar sudah siap, Binar akan langsung bilang ke Papa. Tapi kalau untuk sekarang, belum." Papa kembali tersenyum.

"Apa ada seseorang yang kamu suka? Atau ada yang sedang kamu tunggu?" Tebak Papanya. Binar terdiam. Ia yakin, dari diamnya pasti Papa sudah bisa menyimpulkan bahwa jawabannya adalah 'ada'.

"Kalau ada, Papa mau dikenalin sama orang itu."

Masalahnya, sekarang Binar nggak tahu makhluk satu itu ada dimana, Pa.

"Kasih Binar waktu ya, Pa."

🌿🍇🌿

Binar meregangkan otot-otot tangannya yang baru saja selesai menulis daftar pasien dalam buku laporan jaga. Ia memutar lehernya perlahan seolah mengurangi rasa pegal yang mendera. Jadwal shiftnya hari ini sudah selesai. Sebelum pulang, ia memutuskan untuk menunaikan shalat ashar terlebih dahulu. Ia takut jika terjadi sesuatu buruk diperjalanan namun dia belum shalat. Itu mengerikan.

Seperti rencananya, ia akan mampir ke toko buku yang ada di salah satu mall di daerah Jakarta Barat. Salah satu tempat yang Binar betah untuk berlama-lama adalah toko buku. Melihat barisan buku berjejer rapi benar-benar surga bagi matanya. Iris matanya menatap jeli satu persatu buku yang ada di sana. Puas sudah berkeliling, ia segera menuju meja kasir dengan tujuh buku dalam genggamannya. Saat ia sedang menunggu mbak Kasir menyelesaikan tugasnya, ponselnya tiba-tiba berdering.

Secretly Understand [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang