🍃🍇🍃
Are you jealous, aren't you?
________Jam sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam namun Bara masih belum juga kembali ke kamar. Sengaja Binar tidak menyusul Bara karena ingin memberikannya sedikit ruang agar hatinya lebih tenang.
Dengan kepala yang tersender pada punggung kasur, Binar memeluk lututnya sambil memejamkan mata—merenungi apa yang baru saja terjadi dalam rumah tangganya yang baru seumur jagung. Ini adalah pertama kalinya ada perselisihan diantara keduanya.
Ia berpindah posisi menjadi berbaring. Matanya menatap langit-langit ruangan yang seolah menjelma layar bioskop tengah menampilkan adegan pertengkaran antara dirinya dan Bara beberapa jam lalu.
Apa sebenarnya yang membuat Bara marah sampai seperti itu? Pikirnya dalam hati.
Kalau ada yang berhak marah, maka itu adalah dirinya, bukan malah Bara. Di dalam lubuk hatinya, ada rasa sesak tak kala melihat suaminya dipeluk oleh perempuan seksi lagi cantik.
Binar menghelakan napas sepanjang-panjangnya sambil memaksa matanya untuk tetap terbuka. Jujur, ia sudah mulai mengantuk. Tapi, bagaimana bisa ia tidur ketika suaminya sedang marah seperti itu?
Ia takut masuk dalam golongan orang yang shalatnya tidak diterima Allah karena tidur sementara suaminya marah terhadapnya. Seperti sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pada hadist riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma:
Ada tiga kelompok yang shalatnya tidak terangkat walau hanya sejengkal di atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah). Orang yang mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya, istri yang tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya, dan dua orang yang saling mendiamkan (memutuskan hubungan). (HR. Ibnu Majah)
Bara memasuki kamar dengan langkah yang pelan. Saat menutup pintu pun, ia lakukan dengan hati-hati karena tidak ingin membuat Binar terbangun. Ia mendekat pada Binar yang sudah lelap dalam tidurnya. Setelah menyelimuti Binar, ia berlutut di sampingnya untuk membenarkan anak rambut yang sedikit menutupi wajahnya—sepelan mungkin. Setiap menatap Binar, ada sesal yang langsung menyergap hatinya.
Maafkan aku, Bi. Harusnya aku nggak marah hanya karena Gema telepon kamu. Aku benci mengakuinya, tapi memang benar aku cemburu, dan aku terlalu malu mengakui itu. Aku takut jika yang aku pikirkan itu benar adanya. Ucapnya dalam hati sambil menatap Binar lekat.
"Good night." Ucapnya lirih setelah mengecup pelan ubun-ubun Binar. Ia berdiri, hendak menuju tempat di samping Binar, namun langkahnya tertahan. Mata Bara terarah pada tangannya, menatap jemarinya yang ternyata digenggam oleh Binar.
"Kamu ... kebangun?" Bara terperanjat mendapati Binar tengah menatapnya. Sejujurnya, saat Bara memasuki kamar pun, dirinya belum tertidur. Ia hanya memejamkan mata sambil menunggu Bara untuk segera berbaring di sebelahnya, barulah ia akan mencoba berbicara dari hati ke hati melalui pillow talk—rencananya. Namun, apa yang terjadi justru diluar bayangannya. Binar beranjak dari posisi baringnya dengan tangan yang masih bertaut pada tangan Bara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secretly Understand [ON GOING]
General Fiction[General fiction] Binar Shanum Nandita, seorang gadis yang tengah menyembuhkan patah hati karena cerita cinta yang ia reka sendiri. Mencoba menerima segala keputusan Allah, lalu Allah hadirkan sebuah pilihan yang membuat dirinya bimbang. Ketika ia...