BAB 16

208 27 21
                                    


Hatiku tertawan, pada perempuan yang hatinya telah bertuan.
Hai, Puan.
Untukku, sungguh tidak ada kesempatan?

🌻🌻🌻

His feeling
______

"Telat dua puluh menit." Gema menilik jam yang bertengger di tangan kanannya, "sesuai kesepakatan awal, silakan keluar."

Semua mata yang tadinya serius menatap lembaran soal kuis mendadak beralih pada seseorang yang sedang berdiri canggung di depan pintu.

Gulk.

Binar menelan ludahnya, menyadari bahwa dirinya menjadi atensi seisi penghuni kelas. Ia memutar langkah untuk pergi. Begitu tangannya memegang gagang pintu, suara Gema kembali membuatnya menoleh.

"Usai kelas ini, kamu datang ke ruangan saya." Titahnya datar. Binar mengiyakan kemudian meninggalkan kelas. Meskipun masih tergolong ramah jika dibandingkan dengan dosen senior, sosok Gema memang terkenal tegas, disiplin dan on time. Sudah menjadi rahasia umum jika beberapa mahasiswa seringkali tidak bisa ikut perkuliahannya karena terlambat melebihi batas toleransi yang telah disepakati. Tapi, Binar tidak mengira bahwa dirinya juga menjadi salah satu dari mereka. Bukan masalah besar sebenarnya karena Binar belum pernah sekalipun menggunakan jatah bolosnya. Namun sayangnya, hari itu bertepatan dengan kuis, padahal sejak beberapa hari lalu ia sudah mati-matian belajar. Tapi sekarang? Dia malah tidak bisa mengikuti kuis.

Ia membuang napas kasar, menatap gumpalan awan yang terlihat cerah, berbeda dengan hatinya yang dirundung mendung. Overthinking nya semalam membuatnya berkali-kali terjaga dari tidurnya. Pembicaraan singkatnya dengan ibu tiri Bara benar-benar mengganggu pikirannya.

Hampir satu setengah jam ia habiskan di dalam perpustakaan sebelum akhirnya menghadap Gema.

"Masuk," Binar mengikuti instruksi Gema.

"Maaf pak, apa ada tugas pengganti karena saya tidak mengikuti kuis tadi?" Gema menyerahkan selembar kertas.

"Waktunya satu jam dari sekarang."
Binar mulai menilik soal-soalnya dan mulai menjawab setiap pertanyaan yang ada. Tunggu, apakah Gema akan mengawasinya? Lagipula, ia sendirian sekarang, tidak mungkin kan Binar mencontek. Sekilas, Binar melirik pria di hadapannya yang justru sedang menatapnya juga.

Kalau terus-terusan diawasi, Binar jadi tidak konsentrasi dan semua hafalannya menjadi buyar. Tangan-tangannya bahkan menjadi dingin dan tremor tiba-tiba. Aih, ada apa dengan dirinya?

"Kalau sudah selesai, hubungi saya ya." Ujarnya sambil berlalu keluar membuat Binar mendesah lega. Kenapa tidak dari tadi saja keluarnya, Pak?

Satu jam berlalu. Binar menyerahkan lembar jawaban yang ia kerjakan lalu segera pamit undur diri pada Gema.

"Tunggu, Binar."

"Iya Pak?"

"Bisa kita bicara sebentar?"

Binar menelan ludahnya. Jantungnya tiba-tiba bekerja abnormal untuk kesekian kali.

"Ada apa ya, Pak?" Gema menarik napas dalam.

"Maafkan saya ya."

Loh, kenapa Gema meminta maaf padanya?

"Saya tahu akhir-akhir ini kamu mengalami banyak kesulitan. Jadi bahan pembicaraan dan kambing hitam dari apa yang saya alami. Saya baru dengar kabar tidak mengenakan ini. Maaf ya sudah menyeret kamu dalam masalah saya." Lirihnya penuh penyesalan.

Secretly Understand [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang