BAB 34

158 25 24
                                    

🌿🍇🌿

Trust and commitment
_______

Baru saja Bara kembali dari toilet ketika Elena duduk di lounge sendirian. Sebenarnya, Bara tidak hanya berduaan dengan Elena, ada pak Dharma yang juga ikut perjalanan dinas yang mendadak kali ini.

"Papa kamu mana?"

"Lagi cari makan." Bara mengangguk, lalu kembali berkutat dengan laptopnya. Saking sibuknya dengan pekerjaan, ia sampai lupa tidak mengecheck handphonenya. Baru setengah jam yang lalu ia memegang ponsel hanya untuk menonaktifkan airplane modenya.

"Kak, mau kan makan bareng di restoran langganan kita dulu?" Tanya Elena sambil mencondongkan badannya ke arah Bara. "Aku perlu cerita banyak sama kamu." Helaan napas Bara tertahan karena Elena masih saja membahas ini padahal ia sudah menolaknya melalui telepon kemarin malam. Tadinya, saat Elena menelepon dirinya, ia berpikir ada berita penting dari Pak Dharma terkait pekerjaan. Namun nyatanya, ia salah besar.

"Nggak bisa, Elena. Kita ke sana bukan untuk liburan, tapi untuk masalah pekerjaan." Ini adalah kali pertama Elena tergabung dalam proyek pembangunan hotel di Jerman bersama pak Dharma dan Bara. Elena mengerucutkan bibirnya sambil bersidekap. Ia merasa Bara berubah setelah menikah.

"Oh iya Kak," Elena kembali bersuara beberapa menit kemudian.

"Hmm?"

Bara menanggapi seadanya sebagai bentuk kesopanan, mata dan jarinya masih terfokus pada layar persegi panjang itu.

"Tadi kak Binar telepon, terus aku angkat." Gerakan jemari Bara langsung terhenti, sorot matanya beralih menatap Elena dingin. Ia langsung meraih ponselnya.

Shit. Ini dua puluh tujuh menit yang lalu.

"Kenapa kamu baru bilang, sih, Elena?"

"Sorry," ucapnya menggigit bawahnya, "Aku lupa."

Ia membuka kolom chat Binar, lalu memejamkan matanya sambil menghela napas panjang. Detik itu juga, ia langsung mendial nomor telepon Binar, namun tidak aktif. Bara menelan ludahnya.

"Ngomong apa kamu tadi?" tanya Bara ketus sambil terus mencoba menghubungi Binar.

"Cuma," Elena terdiam, mengingat perkataannya, "Kak Bara lagi di toilet, ada pesan untuk kak Bara nggak? Aku bakal sampein. Terus, teleponnya dimatiin." Balasnya dengan mengendikan bahu.

Bara menyipitkan matanya dan menggeleng-gelangkan kepalanya, tidak habis pikir dengan apa yang Elena lakukan.

"Elena ... " Ucap Bara frustasi. "Don't you dare to do this thing again, ya, Elena!" tegas Bara memperingatkan Elena.

"Habis takutnya ada penting, soalnya bunyi terus, jadi aku angkat." Balas Elena membela diri. Bara menarik napasnya dalam-dalam, berusaha tenang dan mengendalikan amarahnya, lalu pergi menjauh darinya tanpa mengatakan apa-apa.

Ia masih terus menghubungi Binar, namun masih tetap tidak aktif. Satu hal yang ada dalam benak Bara adalah : Binar marah, itu pasti. Ia melirik jam di pergelangan tangannya yang masih menunjukkan waktu Indonesia. Ini aneh. Biarpun Binar tidur, ia jarang sekali mematikan ponselnya.

Ibu jarinya kembali mencari kontak yang bisa dihubungi.

"Halo," Bara mendesah lega. Thanks, God. Akhirnya panggilan pada telepon rumahnya diterima oleh mba Ani.

"Mbak, ini Bara."

"Oh iya, bagaimana, Pak?

"Binar dimana?"

Secretly Understand [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang