Di hari Senin yang cerah ini, Anya atau mungkin semua teman-temannya selain kelas 12 sangat bersyukur. Karena hari ini adalah hari pertama kelas 12 untuk melaksanakan Ujian Nasional. Dan otomatis, mereka bentar lagi juga bakal wisuda.
Dan itu artinya murid kelas 11 juga bakal naik ke kelas 12. Enak nggak enak juga sih.
Anya yang sebenarnya sudah bangun jam delapan tadi masih belum keluar kamar. Bahkan bangun dari kasur aja belum. Dia masih mainan handphone nya, baca-baca cerita, main sosmed, minta pulsa.
Dejun yang biasanya bangun duluan, sampai saat ini belum buka matanya sama sekali. Padahal suara dari handphone Anya yang sedang membuka aplikasi TokTik sangat keras. Tapi respon Dejun hanya pindah posisi dari hadap kanan, menjadi hadap ke kiri. Begitu pun sebaliknya.
Dan jika dirasakan, perut Anya saat ini lapar. Anya sangat ingin pergi ke dapurnya dan makan roti atau sekalian bikin mi instan. Tapi nggak tau kenapa males banget.
Akhirnya dia bangunin Dejun untuk nemenin ke bawah. Dengan cara yang tak wajar pastinya.
Anya menggoyangkan badan suaminya ke kanan dan ke kiri. Berusaha membukakan kelopak mata. Dan memencet hidung suaminya.
"Apasih Anya" Dejun berbalik, memunggungi Anya.
"Makan yok. Gw laper"
"Yaudah sono makan. Udah ada makanan nya tinggal lempar ke mulut, susah banget"
"Temenin lah, Jun" Anya menarik-narik kaos yang Dejun pakai.
"Ini bukan malem, nggak ada setan"
"Tapi kalo ada kecoa gimana?" -Anya
"Yaudah ajak makan aja sekalian. Kasian mana masih kecil" jawab Dejun.
Anya pun mendorong kepala Dejun "Gila!! Mending gw makan bareng tuyul"
"Yaudah gw panggilin tuyul yang biasanya nyariin duwit buat gw mau?"
Anya kaget "Lu pelihara tuyul?"
"Lu pikir gw bisa beliin elu makan duwit darimana?"
"Dari Papa Baekhyun lah" jawab Anya.
"Nah itu"
Anya sedikit cengo. Maksutnya, Baekhyun tuyul nya gitu? Kapan botak tuh orang.
"Durhaka lo sama bapak sendiri. Gw bilangin ke Papa Baekhyun baru tau rasa lu" ancam Anya.
"Sekalian Chenle juga aduin. Dia kalo mau beli apa-apa, ngomong nya gini minta duwit dulu ke tuyul gw"
"Kasian sama Papa Baekhyun. Punya anak dua gak punya urat akhlak semua. Untung pada idup" Anya bangun dari duduk nya. Ia menyerah untuk membangunkan suaminya itu, beralih jadi dia sendiri yang pergi ke dapur untuk mencari sesuap nasi.
Oh iya, sekarang pasutri somplak itu lebih sering tidur berdua. Setiap hari sih sebenernya. Tapi juga kadang pindah-pindah kamar nya. Kadang di kamar Dejun, kadang di kamar Anya.
Mereka sepakat untuk tidak memindahkan barang-barang nya dan menaruh nya disalah satu kamar mereka. Karena mengingat barang-barang Dejun banyak, apalagi Anya. Bisa-bisa dijadiin gudang ntar kamar nya.
Setelah keluar dari kamar, Anya membuka gorden di jendela besar itu. Sinar matahari nya sudah sangat terang, ia menengok ke arah jam dinding yang terpasang di atas televisi.
"Pantesan cacing-cacing gw pada minta makan. Udah jam sepuluh" lalu beralih ke area dapur untuk melihat-lihat apa yang tersisa.
Lagi-lagi, ia menemukan mi instan yang banyak di laci atas kompor itu. Terkadang dia juga bingung, kenapa bisa nyetok mi instan sebanyak ini. Sampai bosan, karena setiap pagi pemandangan yang dilihat hanyalah mi instan.
KAMU SEDANG MEMBACA
{1} 𝑫𝒊𝒋𝒐𝒅𝒐𝒉𝒊𝒏 || 𝑿𝒊𝒂𝒐 𝑫𝒆𝒋𝒖𝒏 {𝚎𝚗𝚍}
أدب المراهقين[Series kedua dari cerita ini sedang on going. Silahkan cek di profil] 🌱💚🌱 Dijodohin ama temen sendiri yang tiap harinya minta ditabok pake dolar? Rasanya itu kek manis manis sepet gimana gitu WARNING!! •This is just a joke •Halu kalian bakal tin...