4. Wretched

2K 312 19
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"BERHENTI!"

Sasuke menudingkan telunjuknya saat gadis kecil berumur empat tahun itu — dengan air liur bercampur lolipop mengotori pipi sampai dagu — berlari ke arahnya.

Hana, begitu ia memanggilnya, berhenti sebelum sampai di pelukan Sasuke.

"Daddy tidak mau pagi-pagi diserang oleh ciuman lengket sisa lolipop."

Sasuke bergidik, memandangi wajah Hana yang kotor.

Gadis kecil itu segera membersihkan bibirnya dengan ujung lengan baju panjang yang ia pakai tidur semalam.

"Bibirku tidak kotor lagi." Ia nyengir.

"Tidak!" Uchiha Sasuke kembali menghentikan gerakan Hana.

"Pasti kau mencuri lolipop itu dari grandma. Itu jatah lolipop siang hari, Hana."

Sasuke melirik jam dinding.

"Ini masih jam 7 pagi."

Hana yang seharusnya merasa bersalah, tidak menghiraukan.

Ia malah menjejalkan kembali lolipop yang tinggal setengah ke dalam mulut kecilnya sambil menatap Sasuke dengan mata bulatnya.

Sasuke mendengus.

"Kau sengaja pagi-pagi masuk ke kamar daddy dan sengaja bermain disini agar grandma tidak memergokimu mencuri lolipop, kan?" Sasuke memberi penekanan pada ujung kalimatnya.

Bertujuan agar terlihat galak, tapi ia malah melihat Hana melangkahkan kaki kecilnya kembali ke sofa untuk melanjutkan menonton film kartun.

Sasuke menghela napas. Ia benar-benar merasa tidak dihargai, sungguh.

Pelototan dan peringatannya hanya seperti suara bebek tercekik yang membuat Hana terkekeh jika mendengarnya berulang kali.

Baiklah, tidak ada gunanya pagi hari membuat muka masam.

Sasuke melangkahkan kakinya, membungkukkan badan untuk memunguti beberapa mainan yang tergeletak di lantai, lalu menumpuknya di atas meja yang berada di sudut kamar.

Ia melangkah lagi untuk memungut mainan berikutnya dan saat itulah ia melihat ceceran susu cokelat di lantai yang seketika membuatnya jengah.

"Kaa-san!" Sasuke berteriak frustasi, merasa usaha untuk membersihkan kamarnya sia-sia.

"Kaa-san!" Ia berteriak lagi, kali ini langkahnya sudah mencapai daun pintu.

Ia membukanya, kemudian berteriak untuk kesekian kali, "Kaa-san!"

Seorang wanita paruh baya, dengan kerutan di wajah yang menandakan umurnya sudah melebihi setengah abad dan masih mengenakan celemek di tubuhnya, segera muncul dengan kaki melangkah tergesa.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang