7. Deflection

1.6K 327 20
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

SASUKE bangun dari tidurnya dan menemukan sebuah lengan kecil melingkari perutnya.

Uchiha Hana, gadis kecil itu, tidur bersamanya dengan gaun tosca yang ia kenakan semalaman.

Pasca melakukan tindakan di luar akal sehat untuk terbebas dari tamu kehormatan ayahnya, Sasuke segera mengajak Hana pulang dan berpesta di kamarnya dengan beberapa kotak Pepero dan satu kotak es krim berukuran besar, yang seharusnya membuat ia sakit perut hari ini.

Ia juga melihat kotak dan bungkus-bungkus makanan itu masih berserakan di karpet dan tidak merasa harus memaksakan diri untuk membenahi.

"Dia cantik, tapi aku tidak menyukainya. Mukanya seperti nenek sihir. Dia mengajakku bicara terus, tapi aku tidak suka."

Itu komentar dari Hana yang Sasuke dapatkan dalam perjalanan pulang.

Hana selalu benar, apa yang gadis itu pikirkan dan inginkan selalu sama dengan apa yang ia pilih. Hal itu kadang membuatnya yakin bahwa Uchiha Hana adalah anaknya, bukan anak Uchiha Itachi. Hei, ia mulai posesif lagi!

Sasuke segera menyibak selimut yang melingkupi tubuhnya dan tubuh kecil Hana, Sasuke melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Selesai mencuci muka, Sasuke keluar kamar, meninggalkan Hana yang masih terlelap, menyambut tanda-tanda kehidupan yang biasa.

Wangi masakan dan bunyi alat dapur yang sesekali beradu.

"Selamat pagi!"

Tanpa merasa memiliki dosa besar atas apa yang ia lakukan semalam, Sasuke menyapa ayahnya yang kini tengah membentangkan surat kabar di meja makan.

"Selamat pagi!" Sahutan itu terdengar dari arah pantry.

Selang beberapa detik setelahnya, Mikoto datang dengan senyuman seraya menopang sebuah piring berisi sushi.

"Hana masih tidur?"

Sasuke mengangguk, sudut matanya memperhatikan sang ayah yang masih bergeming dengan surat kabar menutupi wajah.

Sasuke bisa menyimpulkan bahwa ayahnya masih marah. Kejadian semalam, ia akui memang... sedikit keterlaluan. Tapi entah mengapa, saat itu ia merasa benar. Sasuke tidak ingin berpura-pura sopan dan suka atas suasana semalam.

Bau perjodohan yang sudah tercium kuat dari radius puluhan kilometer membuat Sasuke benar-benar tidak ingin terlibat di dalamnya.

Kehadiran sushi mengalihkan perhatian Sasuke. Sasuke membalas senyum ibunya.

Lihat, ibunya saja tidak ada masalah dengan apa yang ia lakukan semalam, mengapa ayahnya sesulit itu untuk melupakan?

Gerakan Sasuke yang akan memasukkan satu potong sushi ke dalam mulutnya harus terhenti saat mendengar ayahnya mulai bicara.

"Kau bisa keluar dari perusahaan jika kau sudah tidak suka dengan rencanaku tentang kehidupanmu."

Sasuke kembali menaruh potongan sushi itu ke atas piring. "Itu perusahaan milikku."

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang