Buah mangga,buah durian
Gaperlu bilang cakep author sadar kok kalau author itu cakep XD.
______________________________________
🌻HAPPY READING🌻Jam sudah menunjukan pukul 06.35 pagi, Bella sudah berada di bandara untuk menunggu penerbangannya ke Washington,D.C.
Ia harus menanyakan semua kejelasan yang tidak ia ketahui selama ini. Di bandara ia tak sendiri, ia ditemenin oleh Anggelia yang setia menggenggam tangan mungil milik Bella."Ra, kamu serius mau pergi sendiri, Aku ikut kamu boleh ga?" tanya Angel, ia tak rela temannya pergi ke Amerika sendiri, Bella hanya melirik gadis di sebelahnya malas
"Gue disana cuma satu bulan, lo kenapa jadi lebay gini sih" ucap Bella. Angel yang di katain lebay merasa tak terima,"bukan lebay, tapi aku tuh ga mau kamu sendirian di pesawat mending pergi bareng aku, aku kangen Papa pengen pulang juga kesana," ujar Angel.
"Siapa suruh lo pindah sekolah ke Indonesia?" pertanyaan Bella membuat Angel tak bisa berkata lagi, padahal kan niatnya pindah sekolah juga untuk menemani dirinya selama di Indonesia. Ah, sekarang Angel merasa serba salah ia hanya menekuk wajahnya.
"Ihh yaudah deh, kamu hati-hati" pasrah Angel,"kalau udah sampai jangan lupa kabarin aku" peringatnya di akhir kata.
"Iyah, aku pergi dulu," ucapnya lalu memeluk Angel, ia tak tega melihat sahabatnya yang ingin ikut pulang ke Amerika.
"Jangan kangen sama aku," gurau Angel, air matanya menetes sambil memeluk Bella.
"Ogah gue kangen sama lo,udah jangan sedih gitu jelek tau gak haha" ujar Bella tertawa meledek Angel.
Bella sudah take off duapuluh menit yang lalu, Angel yang melihat tukang jualan sate berniat mampir untuk mengisi perutnya yang sudah kelaparan. Padahal tadi ia tidak di izinkan oleh Bella untuk ikut ke bandara karna hari ini adalah hari sekolah tapi ia tetap kekeh minta ikut ke bandara dan bolos sekolah.
"Mang saya pesan sate ayamnya 10 tusuk pakai lontong yah," ucap Angel pada mamang tukang sate.
"Siap neng, duduk dulu atuh" sahut tukang sate sambil mengipas sate.
Angel duduk di menunggu pesanannya sambil memainkan handphone miliknya, jari-jarinya berselancar di benda pipih itu.Tak lama kemudian pesanan sate ayam miliknya datang.
"Ini neng satenya, selamat menikmati," ucap kang sate ramah.
"Makasih mang," ucapnya sambil tersenyum lalu menyantap sate yang lezat itu.
.....
Rooftop sekolah sekarang di isi oleh kumpulan Areeva dkk dan Sean dkk."Eum,kak ini gue bawain bekal buat lo." ucap Anissa memberikan kotak bekal bermotif pororo kepada Revan.
"Gue udah makan tadi, mending buat lu aja" tolak Revan ia hanya menatap kotak bekal itu.
"Ta-tapi gue buatin bekal spesial buat lo kak," ucapnya terbata ia merasa malu di tolak oleh Revan.
"Kasih ke orang aja gue males." ujarnya beranjak dari rooftop.
"Sini buat gue aja" tanpa basa basi dio langsung mengambil kotak bekal milik Anissa. Ia tak tega melihat raut wajah Anissa yang cemberut akibat di tolak Revan.
"Eum, habisin ya Yo," ujar Anissa ikut beranjak dari rooftop.
"Kasihan Nissa," ucap Alika
"Revan bego emang, cewe secantik Nissa di tolak. Apa salahnya sih terima bekal dari Nissa toh bekalnya ga ada racun," kesal Dio sambil memakan bekal buatan Anissa.
"Tautuh kesel gue sama si Revan, awas aja kalau ketemu gue behel-bejek dia" geram Alika yang mendapat sentilan di dahinya.
"Bego, tadi ada Revan kenapa ga lu bejek-bejek hm?" ucap Leo
"Tadi gue ga kepikiran buat bejek-bejek si Revan," ujarnya sambil nyengir kuda.
"Alasan aja lu" ledek Dio.
"Eh, Btw si Bella mana?" tanya Alika yang baru menyadari Bella tidak ikut bersama mereka.
"Amerika," sahut Areeva yang masih menatap layar ponselnya seakan layar itu lebih menarik daripada teman-temannya.
"Hah? Maksud lu?" tanya Alika tak mengerti
"Dia lagi ke Amerika katanya ada urusan sama bundanya," jelas Reva.
"Kok gue gatau yah, lu tau darimana Rev?"
"Dia ngechat gue kemarin," jawabnya dan hanya di balas anggukan oleh Alika.
"Yaudah ga niatan balik kelas lu pada?"
"Ntar aja, gue masih mau makan laper," ujar Dio yang masih setia dengan bekal buatan Anissa.
"Yaudah gue cabut duluan, kuy Rev" ajak Alika.
***
Di taman belakang sekolah Revan tengah merebahkan dirinya di sebuah kursi panjang di bawah pohon yang rindang. Tangannya ia gunakan sebagai bantalan ia menutup kedua matanya menikmati angin sepoi-sepoi dari taman.Anissa yang sedari tadi terus mengikuti Revan pun kini berada di taman ia berdiri di sebelah pemuda itu. Matanya menatap lekat Revan yang senantiasa menutup matanya.
"Kak, kamu kenapa ga suka sama aku?" tanya Anissa namun tak ada jawaban atau balasan dari Revan.
"Aku suka sama kakak saat kakak bantuin aku waktu mos, aku pikir kakak juga suka sama aku, karna saat mos kakak selalu bersama aku. Dan waktu aku di bully kakak selalu sama aku, aku pikir kakak suka sama aku makanya saat itu kakak menjaga dan selalu berada di dekatku," ujar Anissa panjang lebar namun Revan masih tetap sama ia tidak membuka suara ataupun matanya.
"Kakak kenapa sih? Apa yang kurang dari Nissa, Nissa bisa kok ubah semuanya demi kakak," ucapannya dengan nada yang sedikit meninggi.
"Egois," satu kata yang keluar dari mulut Revan tapi tak membuka matanya.
"Iyah, Nissa emang egois, Nissa emang keras kepala, tapi Nissa kaya gini juga karna kak Revan," sahut Anissa air matanya sedikit berkaca.
"Gue ga pernah nyuruh lu buat begini karna gue," ia bangun dari tidurnya menatap gadis itu, "lu sendiri yang mau begini, gue ga pernah maksa lu buat suka sama gue. Kalau lu pikir saat itu gue ada buat lu itu cuma karna lu titipan dari si Leo, kalau bukan titipan dari dia gue juga ga bakal jaga lu dan ada di dekat lu. Jangan egois apalagi terobsesi dengan gue, gue ga suka sama lu." setelah mengatakan itu ia pergi dari taman. tidurnya terganggu akibat kedatangan Anissa.
Mendengar perkataan Revan membuat dadanya sesak, kakinya terasa tak bertulang. Ia duduk di kusri yang di tiduri oleh Revan tadi.
"Gini yah rasanya di tolak, sakit. Kenapa Nissa harus jatuh cinta? Kenapa? Rasanya sangat menyakitkan," lirih gadis itu.
Air matanya terus mengalir membasahi pipi mulus miliknya, dadanya kian semakin sesak. Sungguh ia tak ingin mendengar perkataan Revan seperti tadi. Revan yang ia kenal adalah Revan yang ramah, humble, dan humoris bukan Revan yang seperti itu.
Tanpa Anissa sadari, sedari tadi ada seorang yang memperhatikan dirinya saat berbicara sendiri dengan Revan dan saat menangis sendiri di taman itu. Ia ingin menghampiri gadis itu, tapi ia tak ingin gadis itu salah paham dengan kedatangan dirinya. Ia hanya mampu melihat dari sudut pohon di belakang gadis itu.
Setelah puas menangis Anissa kembali ke kelasnya dengan mata yang sedikit sembab, di perjalan koridor kelas XI ia bertemu dengan Dio, ia mengembalikan kotak bekal yang tadi ia ambil padahal dirinya sudah mempersiapkan bekal itu dengan sepenuh hati untuk Revan.
"Eh, Niss. Ini kotak bekalnya thanks ye besok buatin lagi hehe," ucap Dio menyodorkan kotak bekal itu.
"Ntar gue bikinin kalau ga mager," jawab Anissa menatap nanar kotak bekal itu.
"Oke deh, gue mau ke kelas duabelas dulu," pamitnya.
"Iya."
****
Hai hai maapin aku baru nulis lagi
Soalnya sibuk+belum nemu ide juga.Typo berterbaran mohon krisarnya🙂.
See you next chapter💗
KAMU SEDANG MEMBACA
SHE IS BACK
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA]💜 {slow update} "Dasar anak gak berguna,bodoh,pembunuh," umpat pria paruh baya tersebut pada seorang gadis mungil di hadapannya. "Ma--maaf, t..ta..pi bukan a-aku pelakunya," ucapnya gemetar. '"Jangan banyak alasan anak...