44. Here For You

7K 1K 101
                                    

"Jean, makan dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jean, makan dulu." Jake berusaha menyuapi Jean. Tapi hasilnya nihil, gadis itu sama sekali tidak membuka mulutnya.

Jean terlihat seperti boneka. Dia hanya diam, berkedip saja bisa dihitung jari. Wajahnya sudah tidak terlalu pucat, ada perkembangan pada lehernya yang sehabis di operasi juga telinganya. Tapi untuk makan, dia sama sekali tidak ingin makan. Jean hanya ingin minum, sama sekali tidak ingin ada makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

Jake meletakkan mangkuk berisi bubur itu ke meja. "Jean..." panggilnya. Dia duduk di samping Jean, gadis itu juga sedang terduduk sambil menatap jendela dengan tatapan hampa. Ekspresinya tidak dapat terbaca oleh Jake.

"Jean.." panggil Jake lagi. Gadis itu masih tidak merespon. Masih melamun, sampai akhirnya matanya berkaca-kaca.

Selama ini hanya itu yang Jean lakukan. Tidur, minum, melamun, menangis. Diulang lagi, begitu terus sampai Jake juga ikut terpuruk.

Jake memeluk Jean, bahkan Jean seperti mati rasa saat Jake memeluknya.

"Nangis aja sayang, gapapa."

Cairan bening itu perlahan turun membasahi pipi Jean yang menirus. Matanya memburam karena air mata yang berkumpul di pelupuk matanya. Isakannya lolos, dadanya naik-turun menahan sesak.

Jake lebih memilih untuk memeluk Jean. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain memberi pelukan dan dukungan, juga menghapus air mata Jean. Tapi dia tidak pernah bosan untuk melakukannya berulang kali. Dia mengerti, dia berusaha memposisikan dirinya sebagai Jean dan dia bisa merasakan sakit yang sama.

"J-jake... hiks..."

"Kenapa?"

Jake mengelus rambut Jean yang mulai memanjang dengan lembut. Gadis itu meremat pakaiannya, Jake bisa merasakannya.

"M-maaf aku nyusahin kamu. Aku gak bisa jalan, aku gak bisa ngelakuin apapun sendirian. Aku-----"

Jean sudah tidak sanggup bicara. Dia menangis, merasa jika dirinya hanya bisa merepotkan Jake. Sekarang dia tidak bisa seperti Jean yang dulu, dia selalu membutuhkan kaki dan tangan milik Jake untuk melakukan sesuatu.

Ditambah sekarang dia susah hamil. Dia merasa tidak berguna sebagai istri. Dia tidak sempurna, dia tidak pantas untuk Jake.

"Kamu gak pernah nyusahin aku, Jean. Kapan aku bilang kaya gitu?"

Jean ingin sekali menyandarkan kepalanya pada dada Jake. Tapi tidak bisa. Lehernya kaku.

"Aku bisa jadi kaki kamu, tangan kamu, i can be whatever you need. Aku gak pernah masalah dengan itu, aku bisa Jean. Kalo aku bisa, kamu juga harus yakin kamu bisa. Karena aku bisa sekuat ini buat kamu."

Jake menghadapkan Jean padanya agar gadis itu bisa menatap matanya. Jean bisa merasakan kesungguhan Jake lewat tatapan matanya.

"Kita harus bangkit, Je. Ya?"

DEARLY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang