Yeona mengunci pintu di belakangnya kemudian menempelkan bibir tipisnya ke bibir pemuda dihadapannya.
Suara musik terdengar lebih samar di sini. Walau tidak sepenuhnya hilang.
Kecapan bibir dan lidah mengisi indera pendengaran sementara kedua tangan menjelajah tubuh satu sama lain.
Dalam hitungan detik hanya tersisa pakaian dalam di tubuh keduanya.
Yeona mendorong pelan dada si pemuda, menyuruhnya melangkah mundur tanpa melepaskan tautan.
Keduanya jatuh ke ranjang dengan Yeona di atas.
Tangan si pemuda turun ke pinggang ramping Yeona, memeluknya erat. Sementara tangan yang lainnya bergerak ke punggung Yeona, berniat melepaskan kaitan bra-nya.
Ciumannya turun ke leher dan bahu Yeona kemudian kembali ke bibirnya.
Tangan Yeona mengacak rambut coklat pemuda tersebut sambil sesekali menariknya pelan.
Napas berat dan hangat pemuda tersebut menyapu wajahnya.
Yeona melepaskan ciumannya, mendudukkan diri di perut keras si pemuda.
Tersenyum manis, dibalas dengan cengiran canggung si pemuda.
Yeona mengusap dada telanjang si pemuda dengan tidak sabar kemudian mendekatkan wajahnya ke leher si pemuda.
Menciumnya dan menghisapnya kencang, menciptakan tanda kemerahan yang sebentar lagi akan menjadi ungu di kulit putih tersebut.
Si pemuda menahan napas, Yeona menurunkan ciumannya setelah puas bermain di leher.
Ia menciumi bahu dan dada si pemuda sementara tangan si pemuda meremas bokongnya.
Yeona meninggalkan hickeys di setiap daerah yang ia cium.
Bibirnya turun ke perut berotot di hadapannya dan kembali turun ke daerah paha.
Mencium kasar paha si pemuda sementara tangannya dengan usil menggenggam benda keras di sampingnya.
Si pemuda memejamkan mata merasakan sensasi menyengat yang diberikan Yeona.
Namun Yeona menghentikan aksinya. Merangkak naik kembali menuju leher si pemuda dengan pupil mata yang berubah merah di balik lensa kontaknya dan gigi taring yang menajam.
Mata si pemuda masih terpejam, tangannya masih sibuk bermain di bokong dan pinggang Yeona.
Ia terbuai dengan sentuhan dan aroma manis yang keluar dari tubuh Yeona.
Yeona menghirup aroma dari leher si pemuda kemudian menancapkan taringnya ke kulit pemuda tersebut dengan perlahan.
Sengatan tajam ketika benda runcing itu menembus kulitnya membuat si pemuda terjengkit kaget.
Kejadian tersebut tidak berlangsung lama. Sedetik setelah Yeona merasakan darah si pemuda, ekspetasinya terjun bebas dan hancur berkeping.
Darahnya terasa pahit, membuat Yeona rasanya ingin memuntahkan semua isi perutnya.
Ia menjauhkan wajahnya dengan cepat dan menatap si pemuda dengan kesal.
"Huek!" Yeona menatap kesal sekaligus jijik.
Menenggak botol alkohol di lantai yang entah milik siapa. Berusaha menghilangkan rasa pahit di mulutnya.
Sementara yang ditatap hanya tertawa puas seakan berhasil mengerjai Yeona.
Ia ikut mengubah warna matanya. Pupil merahnya terlihat jelas, tidak seperti pupil Yeona yang tertutup lensa kontak.
Plak!
Yeona memukul keras perut pemuda yang masih berada dibawahnya.
Si pemuda pura-pura mengaduh kesakitan lalu tertawa.
"Bagaimana bisa aku tidak menyadari kau juga kaum vampir?!"
Si pemuda mengedikkan bahu, "Mungkin karena kau terlalu fokus pada wajah tampan dan tubuh indahku." balasnya membuat satu pukulan kembali mengenai perutnya.
Yeona bangkit berdiri dan memungut pakaiannya. Memakainya lalu kembali duduk di ranjang. Menyandarkan punggung ke tembok sementara si pemuda duduk di hadapannya.
"Aku Yeona." Yeona memperkenalkan diri, mengulurkan tangan.
"Taeyong." balas Taeyong, menjabat tangan Yeona.
"Kau tidak memakai lensa kontak?" tanya Yeona bingung, "Bagaimana jika manusia melihat pupil merahmu?"
"Tenang saja, aku bisa mengendalikannya sepenuhnya." jawabnya lagi.
Ia mengubah warna pupilnya kembali menjadi hitam. Yeona memperhatikan dengan kagum.
"Keren..."
"Ya, aku tau itu..." ucap Taeyong bangga, tersenyum miring membuat Yeona mendecak.
"Ku kira tidak semua bisa melakukan itu."
"Memang tidak semua. Hanya vampir-vampir tertentu yang dapat mengendalikan perubahan matanya." jawab Taeyong.
Vampir pada umumnya memiliki pupil merah menyala yang tak dapat berubah warna.
Namun ada sebagian vampir, katakanlah mereka istimewa, yang dapat leluasa mengubah warna pupil matanya menjadi hitam. Saat pupil mereka berwarna hitam, penampilan mereka akan sama seperti manusia biasa.
"Dimana kau tinggal? Kenapa aku belum pernah melihatmu sebelumnya?" tanya Yeona, pasalnya ia sudah tinggal di daerah ini sejak lahir namun mereka belum pernah bertemu sekalipun.
"Aku tinggal jauh dari sini. Hanya saja kebetulan perlu mengurus sesuatu disini." jawabnya.
Yeona menganggukkan kepala sebagai respon.
Dirasa tidak ada keperluan lagi, keduanya berdiri hendak pergi meninggalkan ruangan.
Taeyong mengenakan kembali pakaiannya lalu membuka jendela kamar tersebut.
"Kalo gitu, aku pamit. Senang bertemu denganmu, nona!" pamitnya. Melompat keluar jendela bahkan sebelum Yeona sempat membalas.
Yeona menggelengkan kepala, tanpa sadar senyum tipis terukir di wajahnya.
Ia pun melangkah keluar ruangan. Sepertinya ia perlu mencari target lain.
°•°•°
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙʟᴏᴏᴅ ꜱᴜᴄᴋᴇʀꜱ || 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓸𝓻𝓮𝔃 | ᴸᵉᵉ ᵀᵃᵉʸᵒⁿᵍ
VampireYeona Crystal Lorez dengan ras vampir. Keturunan "darah biru" dengan kulit pucat dan mata merah. Sepanjang hidupnya dihabiskan di kota. Primadona sekolah yang dirumorkan pacaran dengan Jaemin Na. Hubungan sebenarnya? Friends with benefit. Taeyong Xa...