"Na, ntar malem fullmoon loh." ucap Doyoung, matanya masih fokus pada layar di hadapannya.
Layar TV menampilkan 2 orang berbadan kekar yang berada di dalam ring dengan sarung tinju merah di kedua tangannya.
"Iya, tau." balas Yeona.
Ia ikut duduk di sofa disebelah Doyoung.
"Tau ga, kemarin gue ketemu vampir lain." Yeona tersenyum miring, menaik turunkan alisnya.
Doyoung merespon kaget, menolehkan kepala dari layar.
Memang selama ini, yang mereka tau, hanya keluarga mereka satu-satunya kaum vampir di seluruh benua Asia ini.
Jelas masih ada kaum vampir lainnya tapi entah dimana keberadaan mereka.
"Oh ya? Dimana?" tiba-tiba Xander muncul dan menyahut perkataan Yeona.
Ia sudah mengenakan kemeja, bersiap berangkat ke kantornya.
"Eh, pa," jawab Yeona, "di club, semalam."
Xander mengerutkan kening samar, menurutnya kejadian ini aneh. Tidak seharusnya ada vampir lain selain mereka di wilayah ini.
"Bagaimana ciri-cirinya?" tanyanya lagi.
"Ya... seperti kita. Seperti manusia pada umumnya." Yeona mencoba mengingat ulang ciri-ciri pemuda yang ditemuinya semalam.
"Oh! Ada satu hal yang keren. Dia bisa ngendaliin perubahan warna matanya."
Ia berusaha tidak menyebutkan tentang wajahnya yang kelewat tampan.
Sepertinya memang kaum vampir punya paras yang lebih tampan dan cantik dibanding manusia.
Kerutan di dahi Xander semakin dalam. Jelas bukan jenis vampir biasa yang bisa melakukan hal seperti itu.
"Kenapa, pa?" tanya Doyoung.
Ia bisa melihat kebingungan dan kecemasan di wajah ayahnya itu.
Xander menggeleng, "Gapapa, cuma sedikit aneh aja. Kalo gitu, papa berangkat dulu ya! Yeona nanti berangkat sama Doyoung, papa buru-buru."
Dijawab anggukan oleh keduanya.
Ia menepuk pelan kepala kedua anaknya sebelum keluar dari rumah. Berangkat dengan mobil pribadinya.
Pada dasarnya vampir memang memiliki kemampuan berlari dengan sangat cepat. Namun akan berbahaya jika masyarakat melihat mereka berlari-lari di jalanan dengan kecepatan diluar logika.
Terpaksa mereka hidup layaknya manusia biasa. Kerja, sekolah, naik kendaraan umum, belanja.
"Kak, ayo anterin gue!" Yeona mengguncang tubuh Doyoung yang kini berbaring dan memejamkan mata.
"Huft, sabar gue mah punya adek ribet kayak lo!" ia bangkit berdiri dengan malas dan mematikan TV.
Ia berjalan menuju teras rumah diikuti oleh Yeona yang mengunci pintu depan.
Doyoung menyalakan mesin motornya dan melajukannya menuju sekolah Yeona.
Perjalanan sekitar 20 menit diisi oleh keluhan Yeona bahwa nanti malam adalah fullmoon.
"Makasih, kak! Aduh baik banget deh kakakku ini~" goda Yeona lagi begitu motornya berhenti di depan gerbang sekolah.
Ia turun dari motor, "Jadwal kakak hari ini ngapain aja?" tanyanya basa-basi.
"Nanti mau jalan sama Autumn. Dah sana lo masuk! Capek gue denger suara lo." Doyoung menyalakan kembali mesin motornya.
"Hehe, dadah~!" Yeona melambaikan tangan ke arah Doyoung yang kini sudah melaju cepat.
"Anying gue ga dibales!" dumel Yeona kesal.
Kelas masih sepi, baru ada 5 orang termasuk Yeona di dalamnya.
Semuanya dengan kegiatan masing-masing.
Ada yang main hp, makan, tidur, atau berbincang kecil dengan temannya.
Yeona duduk di kursinya, di sudut kelas, dan memainkan benda pipih di tangannya.
"YEONA!!!" teriakan Jaemin terdengar.
Padahal ia masih berada di ambang pintu tapi suaranya sudah berhasil membuat telinga seisi kelas berdengung.
Tak!
Yeona memukul kencang kepalanya dengan kotak pensil saat Jaemin menghampiri tempat duduknya.
"Aduh! Maung euy," Jaemin mengaduh dan mengusap-usap kepalanya.
"Berisik sumpah, Jaem. Sakit kuping gue!"
"Ya maap... Gue kan khawatir sama lo! Semalem main pulang aja tanpa ngabarin! Gue nungguin chat lo berjam-jam padahal."
"Lebay lo anjir."
"Dih, malah ngatain. Gue tuh peduli sama lo, bego! Gimana pun lo kan cewe, kalo kenapa-napa siapa yang tanggung jawab, hah?!"
"Alay anjir, udah biasa kali gue pulang sendiri."
"Tetep aj- hmmp!" ucapan Jaemin berhenti saat Yeona menyumpal mulutnya dengan kue Dorayaki.
"Bawel kayak emak-emak." Yeona mengambil satu lagi kue Dorayaki dari tasnya untuk dimakannya sendiri.
Kesunyian selama beberapa detik kembali pecah oleh suara Jaemin yang sudah selesai makan.
"Ha, gue tau nih, pasti semalem lo nemu cowo cakep trus keasikan makannya lupa sama gue yaa?" tebak Jaemin.
Yeona tertawa, tebakan Jaemin tepat. Untung suara mereka pelan jadi yang lain tidak akan bisa dengar percakapan mereka.
"Kayaknya lo terlalu mengenal gue deh." Jaemin ikut tertawa.
"Spill lah, Na! Kek gimana orangnya?"
"Jaem, kayaknya jiwa lo sama adek cewe lo beneran ketuker deh. Kenapa dia seneng basket dan lu seneng ngegosip gini, sih?" Yeona tertawa lagi.
"Ck! Gue juga main basket ya! Udah cepet gue penasaran, spill aja ngapa. Keburu bel ntar!"
"Yang pasti dia cakep, hot, manis, trus gentle di ranjang." karang Yeona. Ia tersenyum miring, mengedipkan sebelah matanya.
Jaemin sadar kalimat barusan adalah sindiran untuknya. Pasalnya setiap Yeona menginap di rumahnya, ia selalu kesulitan berjalan keesokannya, efek perlakuan Jaemin.
Tak!
"Hilih, munafik. Ngaku aja lo sebenernya suka sama yang main kasar!" Jaemin menjitak pelan kepala gadis dihadapannya.
Yeona kembali tertawa kencang, moodnya sedang benar-benar bagus hari ini.
"Bentar lagi bel, Jaem. Balik lo sono!"
"Ck, iya iya. Bye, sayang jangan rindu, yah!" ucap Jaemin sambil berjalan keluar dari kelas. Ia melambaikan tangan sekilas sebelum benar-benar menghilang.
Yeona pura-pura muntah mendengar kalimat terakhir Jaemin.
-°-°-
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙʟᴏᴏᴅ ꜱᴜᴄᴋᴇʀꜱ || 𝓣𝓱𝓮 𝓛𝓸𝓻𝓮𝔃 | ᴸᵉᵉ ᵀᵃᵉʸᵒⁿᵍ
VampireYeona Crystal Lorez dengan ras vampir. Keturunan "darah biru" dengan kulit pucat dan mata merah. Sepanjang hidupnya dihabiskan di kota. Primadona sekolah yang dirumorkan pacaran dengan Jaemin Na. Hubungan sebenarnya? Friends with benefit. Taeyong Xa...