Sambil play media bisa banget ||
Chanyeol - SSFW 🔊•|•
"Sudah lama menunggu?"
Chanyeol memutar kepala begitu mendengar suara yang familiar merembet ke telinganya. Ia dapati Irene yang baru sampai langsung menyejajarkan diri, ikut melempar pandangan ke jembatan Mapo yang dibawahnya terhampar aliran air sungai Han. Tenang. Angin yang berembus pelan menyertai keheningan sebelum Chanyeol memberikan balasan.
"Baru sekitar sepuluh menit," ucapnya sembari memutar jam di pergelangan tangan.
Padahal kenyataannya, lelaki itu sudah berdiri di tempat selama setengah jam. Chanyeol hanya terlalu bersemangat sehingga ia tak sabar dan memutuskan untuk berangkat lebih pagi. Bahkan dirinya tidak sempat menyentuh sarapan, sebab berharap ia bisa melakukan hal tersebut dengan perempuan di sampingnya.
"Apa kau—"
Pertanyaan Chanyeol terpotong oleh perkataan Irene.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu." Perempuan itu memalingkan badan, menghadap Chanyeol. "Tentang kita ... kau pernah bilang akan menungguku, bukan?"
Mendengarnya, Chanyeol terkesiap. Ia lalu mengangguk kaku. "Ya," sahutnya singkat.
"Aku berencana untuk tidak memperpanjang kontrak dengan agensi," lanjut Irene, "dua tahun lagi ... aku ingin berhenti."
"Ne?" Mata Chanyeol membola. Seolah-olah sepasang bola mata itu akan keluar dari tempatnya. "Kau serius?"
Perempuan itu tersenyum kecil. "Keputusanku sudah bulat, Chanyeol. Aku tidak bisa terus-terusan membuat orang lain senang, memberikan kebahagiaan pada mereka. Sementara diriku sendiri ... yah, kau pasti paham maksudku."
Chanyeol masih memberikan tatapan tak percayanya. "Kau tidak harus sampai melakukan hal itu. Menjadi idol adalah impianmu. Kalau hubungan kita nantinya hanya akan menghancurkan karirmu, lebih baik—"
"Kau pikir aku merencanakan ini demi dirimu? Oh, Chanyeol—a, kenapa kau percaya diri sekali?" Irene tertawa sebentar kemudian melanjutkan, "Semua sudah kupikirkan dengan matang, dampak yang akan aku peroleh ke depannya, mau itu yang baik atau buruk, sudah aku pertimbangkan. Well, 'kita' mungkin menjadi salah satu alasan kenapa aku ingin melakukannya, tapi bukan itu tujuan utamaku. Melihatmu bekerja keras, menciptakan karyamu sendiri, dan dapat menikmati hasilnya, aku iri dengan semua itu. Aku iri denganmu, Chan."
Menatap si perempuan dengan lekat, Chanyeol masih setia menyimak apa yang disampaikan Irene.
"Tidak bisa selamanya aku berada dalam belenggu agensi yang aku sendiri merasakan ketidaknyamanan di dalamnya. Jiwaku juga menginginkan kebebasan," sambungnya. "Mungkin ini terdengar egois, tapi aku ingin fokus untuk memikirkan kebahagiaanku. Anggota lain juga kukira sudah cukup dewasa dan bisa mengurus diri mereka sendiri. Karena itu, aku sudah tidak ragu lagi dengan jalan yang akan kuambil.
"Kembali lagi, mengenai kita ... mari lihat bagaimana semua berjalan secara natural, Chanyeol—a. Jujur saja, aku sudah mencoba move on darimu, tapi sialnya tak semudah itu." Irene tertawa getir. "Jadi sekarang, kalau menurutmu, baiknya kita harus bagaiman—"
Kalimat Irene tak terselesaikan berkat tarikan tangan Chanyeol yang membuat wajahnya tenggelam di dada lelaki itu. Ya, Chanyeol merengkuhnya.
"Aku senang kau bisa jujur dengan perasaanmu sendiri. Entah itu mengenai keterkekanganmu, maupun ... ya, kurasa kita sama." Chanyeol mengusap surai panjang hitam Irene. Ia lalu berkata lirih, "Aku juga masih mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET
FanfictionRisiko terbesar menjadi idol ialah harus rela jika segala gerak-gerik yang dilakukan kelak menjadi konsumsi publik. Bahkan itu hanya helaan napas tipis yang tak terdengar. Miris. Bermula dari keterlibatan dalam sebuah proyek kerja satu brand ternama...