Meniti karir sebagai figur publik tentulah bukan hal yang mudah. Sebagaimana kehidupan yang dilakoni Bae Joohyun tujuh tahun belakangan. Tidak hanya menjadi idol yang dikenal seantero Korea, lagu berjudul 'Psycho' yang dibawakan oleh girl group-nya awal tahun ini bahkan sudah merambah kancah permusikan internasional. Pencapaian yang luar biasa.
Ditambah lagi posisinya sebagai leader, membuat sosok yang lebih akrab disapa Irene itu memikul tanggung jawab lebih. Selain itu selaku member tertua, ia dituntut berperan lebih dewasa dan menurunkan kadar egonya demi kebaikan anggota lain. Menjadi figur eomma yang mengayomi bagi empat kepala lainnya.
Karena itu, Irene senantiasa berhati-hati. Ia tak ingin salah mengambil langkah. Terpeleset sedikit saja, bisa berakibat fatal. Bagaimanapun ia dengan namanya tersebut, membawa citra lain yang harus dijaga: agensi, grup, dan keluarga.
"Eonni, kau masih di sini?" Pertanyaan Seulgi membuat Irene bangkit setelah melepas kacamatanya. "Katamu jam sepuluh ada meeting di kantor agensi?"
"Iya, ini baru akan berangkat." Dipamerkannya senyuman manis pada dongsaengnya itu. Irene menyambar clutchnya lantas bergegas. "Aku pergi!"
Sesampainya di ruang meeting bersama sang manajer, Irene sedikit dibuat terkejut oleh keberadaan sosok lain yang sudah duduk di sana. Seorang idol dari grup lain satu agensinya, Park Chanyeol.
Pertemuan tersebut berlangsung hampir dua jam. Inti dari pembahasan di dalamnya yakni, bahwa dirinya dan Chanyeol akan didapuk menjadi brand ambassador sebuah produk mode Italia terkenal, Brada. Satu lagi pekerjaan baru untuknya.
"Terima kasih atas kerja sama kalian. Dengan perpaduan visual yang sempurna, saya yakin produk kami akan semakin sukses di pasaran."
Seusai membungkuk beberapa kali seraya mengucapkan terima kasih, satu per satu keluar dari ruangan tersebut, tak terkecuali Irene. Akan tetapi, langkahnya terhenti di depan pintu tatkala Chanyeol memanggil.
"Irene—ssi!"
Perempuan itu mengisyaratkan pada manajernya untuk pergi terlebih dahulu sebelum ia berbalik dan mendapati Chanyeol yang seolah sedang menunggunya. "Ada apa Chanyeol—ssi?"
Lelaki itu tertawa kecil. "Aneh sekali rasanya memanggilmu seperti itu, Noona."
"Kau sendiri yang memulai."
Chanyeol duduk kemudian ia tarik mundur satu kursi di sampingnya, menepuk pelan hingga membuat Irene menempatinya. "Lama sekali tidak berjumpa denganmu."
"Kau rindu denganku—ups! Tidak akan ada yang mendengar kita 'kan di sini?" Lirik Irene menggulirkan bola matanya, was-was.
"Tidak ada," sahut Chanyeol masih dengan untaian senyumnya. "Ya, kita sudah lama tidak perform atau menghadiri acara musik bersama." Jawaban untuk kerinduan yang Chanyeol rasa padanya.
Irene menepuk sisi pundak lelaki itu pelan. "Tapi selalu saja ada karya yang kau hasilkan setiap bulan. Agak berat mengakui ini, tapi aku bangga padamu. This year is yours."
Seiring dengan pujian yang Irene berikan, semburat merah bak tomat busuk tercetak di kedua pipi Chanyeol. Oh, apakah Irene menyadarinya? "Kau juga sedang ada persiapan comeback, bukan? Whoa, I can't wait!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET
FanfictionRisiko terbesar menjadi idol ialah harus rela jika segala gerak-gerik yang dilakukan kelak menjadi konsumsi publik. Bahkan itu hanya helaan napas tipis yang tak terdengar. Miris. Bermula dari keterlibatan dalam sebuah proyek kerja satu brand ternama...