Sambil dengerin Chanyeol - Nothin' sepertinya cocok.
~
Semasa dirinya hidup, Chanyeol lebih banyak mendedikasikan waktu untuk satu hal yang mampu membuatnya merasa kalau ia bisa bernapas selamanya, yaitu musik. Bahkan jika dunia ini berakhir, kemungkinan besar Chanyeol akan segera menggarap sebuah lagu agar kelak karyanya itu bisa dikenang oleh semesta. Memang sebesar itu cintanya.
Jika sudah berada dalam studio, ia akan betah mendekam sampai belasan jam dan tidak ada yang bisa menyeretnya keluar dari sana sekalipun itu gonggongan nyaring Toben-hanya perumpamaan saja karena anjing jenis puddle itu pasti tak menurut bila diajak berpergian kecuali oleh ibu atau kakaknya.
Selain musik dan keluarga, grupnya juga menjadi hal yang amat berharga bagi Chanyeol. Tanpa EXO, tanpa keberadaan member lain, tentu saja ia tak akan menjadi Chanyeol yang seperti sekarang. Ia mendapat banyak pelajaran hidup dari mereka. Masing-masing memberikan kesan tersendiri yang mendalam baginya, tak terkecuali Suho, sang ketua.
Chanyeol begitu menghormati lelaki itu walaupun kelihatannya tak ada satupun member yang segan pada Suho. Namun delapan anak buah leader grup tersebut, nyatanya selalu mendengarkan apa yang dikatakannya. Meski tak jarang juga, harus ada pembangkangan di awal.
Setelah berhari-hari Chanyeol dibuat bimbang, sebuah keputusan pada akhirnya akan ia jalankan. Lelaki itu memang tak paham betul seberapa besar perasaan yang Suho miliki untuk Irene, akan tetapi yang ia tahu sekarang, ia tak bisa menahan hatinya lagi untuk waktu yang lebih lama. Chanyeol ragu jika bukan di kesempatan ini, ia tak akan memiliki peluang yang sama di masa mendatang. Ia memang menghormati Suho, itu benar, tapi bukan mencintainya. Hanya Irene yang selama ini bisa bertahan, mengisi satu ruang di dalam relung hatinya. Bahkan hampir dua belas tahun jika dihitung-hitung.
Rumor kencannya dengan perempuan bernama Hyejin di waktu yang sudah-sudah bukanlah berita yang keliru. Ia berkencan dengan perempuan itu selama satu tahun dan berakhir juga setahun sebelum Chanyeol mendapatkan debutnya. Sayang sekali lelaki itu tak pernah menempatkan Hyejin sebagai perempuan yang dicintai dengan tulus. Hanya kedok belaka untuk mendekati seorang Bae Joohyun. Dan Chanyeol merasa berdosa untuk itu. Beruntung Irene membawa angin segar beberapa waktu lalu, mendengar bahwa mantan kekasihnya itu sudah akan menikah membuat Chanyeol amat lega. Jadi, ia tak perlu repot-repot lagi meminjam nama Hyejin tanpa seizin pemiliknya untuk ia gunakan sebagai tali penyambung antara dirinya dan Irene. Tidak akan lagi.
Dengan menaikkan kadar egonya sedikit lebih tinggi, hari ini Chanyeol akan menyingkirkan eksistensi ketua grupnya dan sang mantan, supaya tak ada rasa salah membayanginya. Lagipula mencintai tidaklah termasuk ke dalam suatu kesalahan, bukan? Hari ini Chanyeol hanya ingin menunjukkan pada Irene mengenai apa yang selama ini ia pendam. Hanya itu, tak lebih. Perkara Irene akan menerimanya atau tidak adalah urusan belakangan. Chanyeol hanya berusaha untuk tak terus-terusan menyiksa diri, perasaannya juga butuh kebebasan, kemerdekaan.
"Kau pasti sangat lelah," guman Chanyeol sangat lirih, tentu saja agar perempuan di sampingnya tak terusik.
Barulah sekitar sepuluh menit berlalu, terdengar erangan kecil dari kursi penumpang di sisi Chanyeol. Kelopak dengan bulu mata hitam nan lentik itu bergerak perlahan, terangkat sedikit demi sedikit sampai kemudian bergantian mulutnya yang terkuak lebar. Irene menguap.
"Oh, kita sudah sampai?"
Chanyeol membalas dengan dehaman. Irene yang mendengar lantas menoleh, mendapati lelaki itu tengah memandanginya. Dengan kesadaran belum sepenuhnya didapatkan, perempuan itu menegakkan badan kemudian mengaduh saat mencoba menggerakkan lehernya. Bagaimanapun satu setengah jam bukanlah waktu yang sebentar, maklum saja sampai bisa membuat tubuh Irene menjadi kaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET
FanfictionRisiko terbesar menjadi idol ialah harus rela jika segala gerak-gerik yang dilakukan kelak menjadi konsumsi publik. Bahkan itu hanya helaan napas tipis yang tak terdengar. Miris. Bermula dari keterlibatan dalam sebuah proyek kerja satu brand ternama...