Chanyeol dirundung gelisah. Hampir tiap lima menit ia mengecek ponsel, menimang-nimangnya seraya mengharap ada balasan pesan atau panggilan masuk dari Irene. Pikirannya kacau. Entah mengapa ia berspekulasi bahwa perempuan itu mengabaikannya beberapa hari belakangan.
Apakah Irene kesal padanya karena panggilan terakhir kali perempuan itu tak ia angkat?
Pertanyaan konyol yang sempat singgah di benak Chanyeol itu langsung ia buang jauh-jauh. Irene bukanlah tipe orang yang akan marah sebab hal sepele. Apalagi hanya karena telepon yang tak diangkat. Tidak mungkin. Pasti ada hal lain, dan itulah yang sialnya Chanyeol tidak ketahui.
"Jebal, angkat ...."
Ini sudah panggilan ke-sekian belasnya. Akumulasi dari empat hari semenjak Baekhyun menangkap basah hubungannya dan Irene yang akhirnya membuat Chanyeol yakin untuk segera mengikat perempuan itu dalam simpul cintanya. Akan tetapi, pengabaian yang ia dapat, dan Chanyeol mencoba menerka-nerka apa yang membuat Irene tak menggubris satupun panggilan serta pesan-pesannya.
Sementara Chanyeol masih berusaha menghubunginya, yang bersangkutan kini tengah sibuk di wastafel dengan spons dan piring kotor. Jemarinya yang dibalut sarung tangan memang penuh dengan busa sabun, namun lamunanlah yang mengisi kepalanya. Tanpa sebab ia teringat akan curhatan adiknya semalam.
Awalnya ia menyimak Wendy dengan seksama. Perempuan itu menceritakan pengalamannya sewaktu bekerja sama dengan Chanyeol. Kolaborasi keduanya pada saat konser SiM Town tahun lalu. Irene sebisa mungkin memasang tampang antusias ketika Wendy berceloteh, meskipun sepasang telinganya sudah tak berfungsi sebagaimana mestinya.
"... sudah agak lama, tapi aku selalu berdebar tiap kali mengingatnya—Eonni, kau kenapa? Sedang sariawan? Kenapa hanya diam?"
Irene menggeleng sambil membuat garis lurus di bibir. "Kau bisa lanjutkan."
Wendy lantas membuang napas. "Hah, rasanya jantungku seperti mau meledak! Aku benar-benar beruntung bisa berduet dengannya!"
"Sesenang itu, ya?"
Wendy mengangguk-angguk dengan bersemangat sampai poninya bergoyang. "Eonni pernah dekat dengannya, 'kan? Maksudku, kalian terlihat lumayan akrab sewaktu jadi trainee. Apa ... sekarang masih?"
Lamunan Irene buyar tatkala sebuah suara memanggil-manggil namanya. Ia memutar kepala dan mendapati ada Seulgi di belakang. Alisnya terangkat seolah menanyakan, kenapa?
"Ponsel di sakumu dari tadi bunyi," ujar Seulgi yang kemudian mematikan keran wastafel. Irene bahkan tak sadar jika airnya masih mengucur. "Kalau Eonni lelah biar aku saja yang menyelesaikan ini."
Irene menolak dengan halus. "Tidak apa, ini tinggal sedikit. Kau bersiap saja, sebentar lagi kita 'kan rekaman. Jangan lupa suruh yang lain untuk siap-siap juga."
Seulgi tak membantah, ia langsung menghilang dari dapur lalu berteriak, menyampaikan pesan Irene barusan pada anggota yang lain.
Sang leader tersenyum kecil mendengarnya. Ia melanjutkan acara cuci piring tanpa berniat mengacuhkan ponselnya. Bahkan mungkin hari ini, ia akan meninggalkan benda pipih yang masih bergetar itu di laci meja kamar saja.
***
Hari ini para penggemar EXO, terutama penggemar sang main rapper, Chanyeol, digemparkan oleh pernyataan suatu program acara bahwa idol mereka bergabung menjadi bagian dari program tersebut. Heart2U. Dan hebohnya lagi, acara tersebut akan tayang minggu depan.
Kabar gembira sekaligus sedih bagi mereka. Gembira karena para Loeyer—sebutan untuk penggemar Chanyeol—akan mendapat suguhan mengenai kegiatan sang idol yang semenjak masa promosi album terakhirnya berakhir, sudah jarang menghadiri acara lagi, dan sedih sebab bisa saja dengan bergabungnya Chanyeol dalam program ini, menandakan tidak lama lagi dirinya akan hiatus. Pasalnya, sebelum-sebelumnya beberapa anggota juga pernah mengikuti acara tersebut, seperti Suho dan Xiumin, dan hanya dalam hitungan minggu keduanya kemudian masuk ke militer. Menunaikan kewajiban mereka selaku pemilik kewarganegaraan Korea Selatan selama kurang lebih dua tahun lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECRET
FanfictionRisiko terbesar menjadi idol ialah harus rela jika segala gerak-gerik yang dilakukan kelak menjadi konsumsi publik. Bahkan itu hanya helaan napas tipis yang tak terdengar. Miris. Bermula dari keterlibatan dalam sebuah proyek kerja satu brand ternama...