Sudah hampir sebulan Cha-Cha berada di apartemen milik Arkha, selama itu juga ia mengenal Arkha. Semalam sebelum Arkha pulang ke rumahnya, Cha-Cha meminta izin untuk berziarah ke makam Ibu-Nya. Tapi Arkha melarangnya jika ia pergi sendiri, kecuali Arkha ikut.
Pagi ini Cha-Cha sudah siap dengan celana kulot panjang berwarna cokelat susu dan baju berwarna putih, dipadukan dengan pasmina berwarna sama dengan celana yang ia kenakan.
"Mana sih, lama banget Om-om itu!" Hampir setengah jam Cha-Cha menunggu Arkha di apartemen sambil memakan makanan ringan di tangannya.
Cklekkkkk..
"Lama banget sih, janji jam berapa datang jam berapa. Kalo gitu mending gua berangkat sendiri aja tadi-" Protes Cha-Cha saat Arkha telat datang.
"Silakan, jika emang kamu ingin tidur di pinggir jalan setelah pulang dari sana. Dan jangan harap kamu bisa menginjakan kaki ke apartemen ini lagi." Ucap Arkha yang menunggu Cha-Cha diambang pintu.
"Ihh--ngga bukan gitu, maksud gua itu, kok Mas lama banget kesininya,"
"Tadi Mama sempet pingsan," Jawab singkat Arkha.
Mendengar itu Cha-Cha merasa bersalah pada Arkha, ia mengikuti langkah Arkha dari belakang.
_____________
Sepulang dari pemakaman Ibu-nya Cha-Cha diajak Arkha untuk pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di kota yang letaknya tak jauh dari pemakaman itu.
"Ehh--" Cha-Cha terkejut karena tangan Arkha tiba-tiba menggenggam tangan Cha-Cha tanpa mengucapkan apapun,sejak keluar mobil lalu masuk kedalam pusat perbelanjaan tersebut.
"Diem nanti kamu nyasar, yang repot saya saya juga nanti!" Ucap Arkha datar, dan tangan yang menggenggam erat tangan Cha-Cha.
Cha-Cha merasa canggung, sungguh ini kali pertama ia berpegangan tangan dengan laki-laki selain Ayah-nya. Cha-Cha melihat wajah Arkha yang menatap lurus kedepan, sepertinya ia biasa-biasa saja, tidak ada kecanggungan apalagi gugup ketika menggenggam tangan Cha-Cha. Mungkin ia sudah biasa menggenggam tangan wanita-wanita diluaran sana, sehingga ia tidak merasa canggung.
Arkha membawa Cha-Cha ke dalam toko baju, Arkha melepaskan genggaman tangan nya, lalu menatap wajah Cha-Cha. Cha-Cha yang merasa ditatap nya pun merasa gugup.
"Ke-kenapa mas?"
"Sana!" Kata Arkha yang sedang duduk di kursi dalam toko baju tersebut.
Cha-Cha terkejut atas apa yang diucapkan Arkha. Apa Arkha mengusir nya dari tempat ini? Lalu apa tujuan dia meminta Cha-Cha ikut kesini?
"Cepat! nanti keburu gelap," Titahnya lagi. Cha-Cha menganggukkan kepalanya lalu berbalik ke luar toko baju tersebut.
Saat Cha-Cha melangkah keluar, tangan kekar menahannya dari belakang.
"Ma-mass, ke-kenapa lagi?" Cha-Cha merasa takut melihat orang dibelakangnya ini dengan sorotan tajam.
"Mau kemana? Kamu gak denger apa yang saya ucap tadi?" Tanya Arkha.
"Ta-tadi mas ngusir Cha-Cha buat pergi dari sini kan? Ini Cha-Cha mau pergi," Ucap Cha-Cha dengan mata menunduk kebawah.
"Maksud saya itu, kamu sana cari baju yang kamu butuhkan, saya perhatikan baju yang disediakan di apartemen tidak satu ukuran dengan kamu." Jelas Arkha sambil mengelus kepala Cha-Cha.
"Serius mas?" Cha-Cha menatap Arkha tak percaya, Arkha mengangguk sebagai jawaban.
"Jangan lama-lama saya tidak suka menunggu-"
"Siap pak dokter!" Cha-Cha berlari mencari baju yang ia inginkan.
__________________
Seusai membeli keperluan Cha-Cha dan berberapa kebutuhan yang kurang di apartemen. Arkha mengantarkan Cha-Cha ke apartemennya.
Perjalanan menuju apartemen cukup macet karna ini malam minggu, banyak muda-mudi berkeliaran dengan pasangannya. Tak sengaja Cha-Cha melihat tukang yang berjualan bihun gulung disebrang mobil Arkha yang terjebak macet. Beberapa hari lalu ia menginginkan jajanan itu, dan sekarang Cha-Cha hanya dapat melihat tanpa membeli.
Arkha melihat apa yang Cha-Cha lihat, sampai di pertigaan jalan raya Arkha justru memutar balikkan perjalannya. Hingga berhenti di tempat tadi ia dan Cha-Cha terjebak macet.
"Ko balik lagi sih?" Tanya Cha-Cha bingung.
"Kamu mau ikut turun atau tunggu saya disini?" Bukannya menjawab apa yang ditanya Cha-Cha justru Arkha melayangkan pertanyaan ke Cha-Cha.
"Ikut deh, Cha-Cha kebelet pengen pipis hehehe" Arkha keluar terlebih dahulu, lalu berjalan ke arah gerobak yang menjual bihun gulung tersebut.
Cha-Cha hanya diam di samping Arkha, sambil meng scroll medsosnya.
"Pake bumbu pedesnya gak A?" Tanya si mamang tukang bihun gulung.
"Cha, pake bumbu pedesnya gak?" Arkan berbalik nanya ke Cha-Cha.
"Loh ko nanya ke Cha-Cha, kan Mas yang beli-"
"Ini buat kamu."
"Hah serius?! Yaudah mang pakein bumbu pedesnya yang banyak ya, emm tambahin bumbu gurih dikit aja jangan banyak-banyak." Ucap Cha-Cha gesit pada si mamang tukang bihun gulung tersebut.
Saat si mamang tukang bihun gulung tersebut akan menumpahkan bumbu pedas justru Arkha menahannya.
"Jangan banyak-banyak mang, dikit aja" Ucap Arkha pada mamang tukang bihun gulung tersebut.
"Loh kok gitu sih Mas, kan Mas yang nanya ke Cha-Cha pedes apa ngga, pas Cha-Cha jawab ko malah nyuruh si mamang nya pakein bumbu pedes dikit. Cha-Cha kan bukan anak kecil Mas," Cha-Cha protes pada Arkha.
"Turuti keinginan saya atau kamu--"
"Iyaiya, mang dikit aja banyakin bumbu gurih sama saos dikit" Cha-Cha sudah tau jika ia membantah apa yang diucapkan Arkha maka hidup nya akan terancam keluar dari apartemen itu."Iya neng, enak yang punya pacar nya perhatian banget. Perduli sama kesehatan pacarnya sendiri " Ucap Mamang tukang bihun gulung itu.
"KITA GAK PACARAN MANG!" Ucap Arkha dan Cha-Cha bersamaan.
"Gak pacaran ko kompak, apa jangan-jangan kalian teh udah nikah ya?"
"KITA BELUM MENIKAH MANG!" Ucap Arkha dan Cha-Cha bersamaan lagi.
Mamang tukang bihun gulung tersebut hanya terkekeh melihat aksi Arkha dan Cha-Cha.
Vote komen ya bund tandai kata/kalimat yang kurang dimengerti/salah dalam kepenulisan 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Chakra [On Going]
Teen FictionApa jadinya jika kita bertemu dengan orang yang baru kita kenal, lalu orang itu rela memberikan semuanya yang kita butuhkan? Bingung bukan, sama seperti Riska atau biasa disebut Cha-Cha. Ia bertemu dengan seorang dokter yang membawanya kerumah saki...