it is real?

249 21 4
                                    

Briwoon
.
.
Fantasy-horor (?)
.
.
Dowoon mengusak rambutnya frustasi.  Pasalnya kini ia sedang bersama dengan temannya mengunjungi sebuah desa yang merupakan calon tempat praktek lapangan temannya itu.  Sebuah desa biasa sebenarnya, bahkan cenderung semi modern karena sudah banyaknya bangunan yang permanen.  Namun tentunya tetap terdapat bangunan yang semi kuno sebagai bukti perkembangan desa itu dari masa berdirinya.  Itulah sumber frustasi Dowoon. Ia menyukai tempat yang berbau sejarah, namun efek sampingnya cukup membuatnya kewalahan.  Salahkan  tingkat kepekaannya pada 'hal lain' yang membuatnya menjadi tidak bisa menikmati suasana favoritnya itu.  Terkadang jika hal lain itu sangat kuat,  Dowoon jadi bisa melihat atau mendengarnya, padahal ia tidak mempunyai kemampuan itu.

" yak Dowoon-ah...  Kau kenapa? " tanya temannya yang heran melihat Dowoon uring-uringan sendiri. Seingatnya Dowoon baik-baik saja ketika berangkat, dan tidak ada tanda penolakan ketika ia ajak untuk menemaninya.  Sekarang malah Dowoon tampak tak nyaman dan membuatnya merasa tidak enak.  Ia bingung dengan perubahan adik kesayangannya itu.

"Wonpil-hyung..  Kau tahukan aku sedikit peka? " Dowoon berbisik padanya sambil melirik sekeliling.  Kini mereka berdua sedang berada di halaman rumah kepala desa tersebut karena Wonpil yang ditugaskan untuk survei tempat oleh rekan-rekannya. Wonpil menganggukkan kepalanya sambil tetap memandang adiknya itu.

" ne..  Apa kau diganggu? " tanya Wonpil dengan nada seriusnya. Dowoon menganggukkan kepalanya pelan

" sejak kita memasuki jalan besar tadi, yang banyak bangunan tuanya, aku terus mendengar suara lelaki yang berkata padaku bahwa dia mengamatiku. Aku berusaha mencarinya, tapi tidak menemukan sosoknya sama sekali. Itu membuatku takut hyung" Dowoon semakin meringsek mendekati Wonpil.

" tapikan kita naik mobil Dowoon-ah..  Bagaimana bisa kau mendengarnya? "

" maka dari itu hyung..  Yang ini pasti terlalu kuat hingga bisa terdengar begitu jelas.  Hyung..  Cepatlah..  Ayo kita segera pergi dari sini" rengek Dowoon. Wonpil mengesah pelan.

" apakah kau bisa menahannya sebentar?  Aku janji sebentar lagi saja setelah bertemu dengan kepala desanya" bujuk Wonpil yang mau tak mau diangguki oleh Dowoon.  Bagaimanapun ia kesini untuk menemani hyungnya itu, jadi ia tidak boleh merepotkannya.

"lepaskan tanganmu darinya" suara itu kembali terdengar dan menyapa pendengaran Dowoon. Dowoon melepaskan lengan Wonpil, namun menggenggam erat ujung baju Wonpil.

" jangan menempel padanya. Aku tak suka" lagi, suara itu terdengar begitu mendominasinya. Dowoon menggelengkan kepalanya. Ia belum pernah berkomunikasi langsung dengan makhluk lain, tapi kini ia harus mencoba berkomunikasi dengan makhluk ini supaya ia bisa pulang dengan tenang.

" kau tidak punya hak apapun padaku! Jangan ganggu aku!! " batin Dowoon sambil mengedarkan pandangannya kesekeliling.  Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang dan membuat daun-daun berguguran. Dowoon membelalakkan matanya dan semakin menempel pada Wonpil, sedangkan Wonpil sendiri kini mati-matian menahan rasa takutnya.  Ia tidak bisa merasakan, melihat atau mendengar dunia lain. Oleh karena itu, setelah melihat adiknya bersikap seperti ini dan baru saja menceritakan apa yang dirasakannya membuat Wonpil ketakutan.

" hyung.. " rengek dowoon lagi padanya. Mata Wonpil bergerak gelisah. Bagaimanapun ia harus menemui kepala desanya dulu, baru bisa pergi.  Namun yang ditunggu tidak kunjung keluar dari rumahnya dan membuat keduanya menunggu.

" tenanglah.  Cobalah untuk mengabaikannya" bisik Wonpil.  Namun baru selesai ia bicara, angin semakin kencang menerpa mereka hingga keduanya sulit membuka mata.

" mengabaikanku?  Kau tidak boleh mengabaikanku karena kau milikku Dowoon-ah" suara itu terdengar semakin jelas di telinga Dowoon dan membuatnya mengernyitkan keningnya. Dowoon mencoba membuka matanya dan betapa terkejutnya dia ketika dilihatnya seorang pemuda berpakaian serba hitam berdiri tepat didepannya. Pandangan pemuda itu begitu dingin dan menusuknya. Dowoon langsung membeku melihatnya.  Sebuah senyum mengerikan terukir di wajah pemuda itu.

" kau milikku Dowoon-ah.  Sampai kapanpun kau akan menjadi milikku"
.
.


( makhluk semanis ini jelas lah ya bikin siapapun tergoda memilikinya)


( apalagi yang model beginian)
.
.
End.

just a random storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang