6

660 80 3
                                    


**

Renjun meletakkan beberapa snack di depan Lucas lalu duduk di sampingnya.
Renjun masih memikirkan apa yang di katakan papa tadi. Lucas yang menyadari adiknya tampak beda itupun bertanya.

"Lo kenapa?"

Renjun menoleh.
"Eum, pneoumia itu apa kak?"

Lucas mengernyitkan dahinya. Ia tahu itu sebuah penyakit, tapi ia tak tahu itu penyakit apa.

"Sebuah penyakit," jawabnya sekenanya.

"Iya gue tahu kalau itu penyakit. Dah lah unfaedah gue tanya sama Lo." Renjun manyun.

"Lo kenapa tanya kaya gitu?"

"Gue kebelet anjirrrr." Hyunjin memekik kemudian beranjak dari sana dengan gaduh. Renjun bodoamat dan malah memainkan ponsel.

"Jawab dulu pertanyaan gue Renjun!"

Renjun menghela nafas jengah.
Lalu menatap kakaknya dengan malas.

"Jinyoung sakit pneumonia."

Lucas membelalakkan matanya.
"Bentar-bentar, gue tanya dulu sama Mbah Google."

"Nggak perlu, nih."

Renjun memperlihatkan ponselnya. Mereka berdua tampak serius membaca sebuah artikel tentang pneumonia. Setelah selesai, mereka saling bertatap dengan tatapan tak percayanya.
Kemudian, beranjak dari sana dan berlari mencari papa.

Atensi mereka mendapati sang papa yang tengah meminum air di depan kulkas.

"Pa, Jinyoungie benar sakit pneumonia?" Tanya Lucas. Jackson menatap Renjun sebentar kemudian kembali menatap yang bertanya.

"Heum." Lalu, ia duduk di bar dapur. Diikuti kedua kurcacilnya pastinya.

"Kalian, harus bisa jaga adiknya dengan baik ya. Jangan biarin dia kelelahan. Oke."

Keduanya mengangguk.
"Kasihan tahu pa. Dia masih kecil, masih imut unyu-unyu," ucap Lucas dengan sedihnya.

"Jangan kasihani adikmu. Dia tidak suka melihat dirinya di kasihani. Bersikap seperti biasa ya kak."

"Heum."

"Adikmu sudah tidak bisa sekolah lagi."

"Hah, hanya sekolah sehari?" Tanya Renjun yang di angguki oleh Jackson.

"Dia nggak kuat kalau harus berada di luar terlalu lama. Sudah ya, papa mau ke Jinyoungie dulu. Kalian lanjutin aja aktivitas kalian."

**
Jinyoung membuka kedua matanya. Ia menatap sekelilingnya, lalu, ia menatap tangan kirinya yang di infus, juga masker oksigen yang terpasang apik menutupi mulut dan hidungnya.
Ia menghela nafas. Ia collaps.

Dengan pelan ia membuka masker oksigennya.
"Roboto," ucapnya pelan.

"Iya Jinyoungie." Sahut Roboto.

"Telepon Dad!"

"Dad sedang flight akan selesai tiga jam lagi."

Jinyoung menghela nafas pelan. Kenapa Dad semakin susah di hubungi?
Kemudian, ia mencari ponselnya dan menelepon sebuah nomor.

"Hallo Jinyoungie. How are you?"

"Hallo mom. I am fine. How are you to?"
Ya, dia menelepon mom. Walaupun mom dan dad nya sudah berpisah, tetapi hubungannya dengan mom tetap berjalan dengan baik.

"Mom oke Jinyoungie."

"I Miss you mom," ucapnya lirih.

"Mau mom kunjungi? Jinyoungie mau apa? Nanti mom belikan."

"Jinyoungie di Korea mom."

"Hah, sejak kapan? Kenapa tidak mengabari mom?"

"Ponsel Jinyoungie di sita dad karena ketahuan chatting dengan mom."

"Dad mu memang keterlaluan. Mana, mom mau bicara sama Dad mu!"

"Jangan berantem dengan dad, mom. Dad bertugas di Eropa. Jinyoungie bersama dengan papa Jackson dan kakak-kakak."

"Jinyoungie bahagia?"

Jinyoung mengangguk mantap walaupun mom tidak bisa melihatnya.
"Eum, Jinyoungie sangat bahagia mom. Akhirnya Jinyoungie punya banyak saudara."

"Mom senang mendengarnya dear. Have fun. Jaga kesehatan ya!"

"Thanks mom. Jinyoungie ingin bertanya sesuatu!"

**
Malam ini, si kembar tampak serius belajar. Tugas sekolah mereka memang banyak. Ngomong-ngomong soal tugas sekolah, Hyunjin tampak memikirkan sesuatu.

"Eh, Lo tidak ngajak Jinyoung belajar kak?" Tanyanya pada Renjun.
Renjun mengernyitkan dahinya kemudian tersenyum tipis.

"Ciye... Udah mulai peduli sama adiknya nih."  Godanya dan malah membuat Hyunjin gelagatan salah tingkah.

"Apaan sih Lo. Nggak ya! Biasa aja. Udah ah gue sudah selesai. Bye."

Tuh kan, malah kabur Hyunjinnya.

"Emang beneran sudah selesai?"

"Iya lah. Gue kan Jenius."

"Iya iya yang jenius mah beda." Kemudian, ia membereskan buku-bukunya dan menyusul Hyunjin yang sudah rebahan duluan.

"Tidur! Jangan main ponsel Mulu!"

Hyunjin menatap sinis Renjun.
"Cerewet banget kayak papa."

"PAPA HYUN."

Hyunjin membekap mulut Renjun. Sementara sang empunya memberontak.
Memukul-mukul tangan besar Hyunjin.

"Apaan sih Lo ngaduan," ucap Hyunjin sesaat setelah melepas bekapannya.

"Tangan Lo bau anjim."

"Lagian Lo berisik banget sih."

"Kapan Renjun anteng?"

"Bodoamat deh kak. Males gue tidur sama Lo. Mau sama kak Lucas aja. Bye..."

"IKUT..."

Dan berakhirlah si kembar tidur dengan si sulung. Lucas dari tadi memanyunkan bibirnya sebal.
"Kalian balik lagi gih. Sempit ini," ucapnya yang sudah kesekian kali.

"Nggak mau. Gue mau tidur sama Lo!" Jawaban Hyunjin tetap sama.

"Njun."

Renjun menghela nafas pelan. Sesungguhnya ia juga tak nyaman tidur bertiga.

"Yaudah gue balik dah." Kemudian ia beranjak. Dan itu berhasil membuat Lucas bernafas lega.

"Lo nggak temenin kembaran Lo. Kasihan tuh sendirian."

"Nggak! Gue males sama dia."

"Yaudah terserah Lo."

"Heum."

"Tidur gih!"

"Mau di peluk." Hyunjin merengek.

"Dih, masak playboy sekolah tidurnya Masih di peluk."

"Ih, kakak peluk!"

Lucas terkekeh. Tetapi kemudian ia menuruti adiknya. Hyunjin memang agak manja ke Lucas. Padahal mereka hanya selisih dua tahun.

"Kenapa berantem sama Renjun?"

"Si Renjun ngaduan. Hyunjin nggak suka."

HwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang