**
"Lo bisa kerja di perusahaan gue tanpa harus ninggalin Jinyoung kan, Hyun!"
Minhyun menggeleng.
"Nggak Kak. Gue nggak mau nyusahin Lo lagi.""Lo Adek gue. Gue ngga merasa susah atau disusahkan." Jackson mencoba meyakinkan Minhyun.
Minhyun menatap Jackson lalu menggeleng."Pilot adalah impian gue. Hidup gue kak. Jadi, tolong, gue nitip Jinyoung. Tolong rawat anakku kak."
" Itu pasti Minhyun. Tapi."
"Tolong kak."
Jackson menghela nafas pelan. Adiknya ini, memang keras kepala sekali.
"Gue akan merawat Jinyoung. Jaga diri Lo baik-baik! Jangan sampai sakit!"Minhyun tersenyum sembari menatap kakaknya.
"Terimakasih, kak.""Hem."
"Pa." Lucas datang dengan membawa minuman. Tentunya untuk dirinya sendiri.
"Eh, Cas, adeknya dimana?" Tanya Jackson.
"Adek yang mana dulu nih? Adek Lucas Sekarang kan ada tiga."
"Jinyoungie."
"Lagi tidur dikamar Lucas pa."
"Om boleh ke kamar Lucas? Om mau pamitan ke Jinyoung."
"Bolehlah, om. Yuk, Lucas antar."
Minhyun mengangguk. Kemudian ia mengekori Lucas diikuti Jackson juga.
Minhyun menatap Jinyoung yang tertidur dengan nafas teratur. Ia tersenyum melihat anaknya yang begitu menggemaskan.
Di usapnya rambut kepala Jinyoung."Jinyoungie Dad pamit ya. Jinyoungie harus selalu sehat, tidak boleh nakal, tidak boleh merepotkan papa Jackson dan kakak."
Kemudian, tatapannya beralih ke Lucas.
"Lucas, om minta tolong ya! Tolong jaga Jinyoung waktu di sekolah. Jangan kasih izin minum selain air putih dan susu. Kalau dia ngelawan cubit aja, gapapa.""Siap om, laksanakan."
Minhyun terkekeh.
"Om pamit ya. Kak gue pergi dulu ya. Lucas, dibawah ada oleh-oleh buat Lucas dan Adek kembar. Nanti di bagi ya. Om pergi dulu, kak.""Hati-hati!"
"Terimakasih om. Take care!"
Minhyun mengangguk kemudian melangkah pergi dari sana. Meninggalkan Jinyoung yang tidak tahu kalau dia akan ditinggal oleh Dad nya.
"Pa, apa Jinyoung Adek bayi yang menakutkan itu?" Tanya Lucas tiba-tiba.
"Maksud kamu?" Jackson menatap Lucas bingung.
"Ah, enggak, lupain aja pa."
"Dih, nggak jelas banget kamu kak. Udah sana pergi."
"Papa ngusir aku dari kamar aku sendiri." Lucas menatap sengit papa. Sementara papa hanya nyengir.
"Papa mau bobo sama Jinyoung."
"Dih sok imut banget." Lucas pergi sambil ngedumel dan Jackson bodo amat.
Jackson berbaring di samping Jinyoung. Ditatapnya wajah pucat itu. Tangannya dengan pelan mengelus pipi Jinyoung.
"Anak papa harus selalu sehat," batinnya.**
"Sepedahan kuy besok pagi!" Hyunjin menatap ketiga pemuda tampan itu secara bergantian.
Renjun membalas tatapan Hyunjin. Kemudian memasang ekspresi bodoh."Kalau gue bangun," ucapnya.
"Ya harus bangun dong. Pokoknya Lo pada besok gue bangunin dan harus bangun!" Hyunjin mulai ngegas bund.
"Iye iye." Felix yang dari tadi fokus main PS juga ikut kesel sama Hyunjin yang ngegas.
"Lo juga kak." Hyunjin menatap Lucas dengan tatapan yang mematikan. Tapi Lucas biasa saja.
"Nggak. Gue mau tidur."
"Ya udah kita bertiga aja. Lo nggak gue temenin. Udah sana Lo jangan sama kita kita."
Di tengah perdebatan mereka yang unfaedah, terdengar suara menangis.
Mereka berempat saling menatap. Kemudian berlari ke sumber suara.Ya... Mereka melihat papa yang sedang menenangkan pemuda yang baru beberapa jam di kenalnya. Siapa lagi kalau bukan pemuda manis bernama Bae Jinyoung.
Pemuda itu menangis di pelukan papa Jackson."Hiks... Mau Dad Minhyun, hiks."
"Dad sedang kerja sayang. Jinyoung sama papa Jackson saja ya. Jangan menangis nanti sesek," ucap Jackson dengan lembut sembari mengelus Surai Jinyoung.
"Dia kenapa pa?" Tanya Renjun yang kini duduk di tepi ranjang.
"Mencari Dad nya." Renjun mengangguk mengerti.
"Jinyoungie berhenti menangis ya. Jinyoungie tidak malu dilihat para kakak."
Jinyoung yang sendari tadi sembunyi di dada bidang Jackson kini sedikit mengintip. Dilihatnya empat kakak-kakak yang di kenalkan papa Jackson tadi. Kemudian ia menghapus air matanya. Dan sembunyi di dada bidang Jackson lagi.
"Malu pa," ucapnya pelan yang membuat Jackson terkekeh gemas.
"Kalian keluar sana! Adek kalian malu tuh!" Pinta papa Jackson.
"Manja banget sih sama papa." Setelah mengucapkan kalimat yang berhasil membuat Jinyoung tersinggung itu, Hyunjin pergi dari sana diikuti Felix.
"Yaudah Renjun mau minta cake sama Tante Jiso. Lo jangan di masukin hati omongan Hyunjin."
Setelahnya Renjun ikut beranjak. Tante Jiso adalah mamanya Felix."Kamu nggak ngikut adeknya kak?" Jackson menatap Lucas yang sendari tadi duduk di sofa sembari memainkan ponsel.
"Nggak. Lucas mau rebahan pa," rengek Lucas.
"Rebahan ya tinggal rebahan."
"Mau di kamar Lucas."
Jackson menghela nafas pelan. Kenapa anak-anaknya ini manja sekali.
"Jinyoungie pindah ke kamar Jinyoung yuk."
Jinyoung mengangguk. Lalu ia di bantu papa untuk berdiri.
"Jinyoung bisa sendiri pa," ucapnya pelan."Tidak apa-apa. Papa bantu."
"Yaudah, Jinyoung mau di gendong aja."
"Siap bos kecil." Kemudian keduanya tertawa. Lucas menyaksikannya dengan tatapan aneh. Tak mau banyak berfikir. Lucas beranjak dari sofa dan menghempaskan dirinya dikasurnya.
**
Kini, Jinyoung telah berbaring dikamarnya sendiri alias mantan kamar Hyunjin. Papa Jackson sedang menyalakan nebulizer. Tadi Jinyoung mengeluh sakit tapi tidak mau menggunakan canulla.
Sedikit pemberitahuan, Bae Jinyoung adalah penderita pneumonia sejak kecil. Jadi, hal-hal yang berbau obat adalah kebiasaannya sejak dulu."Minum obat dulu ya!"
Jinyoung mengangguk. Kemudian, papa Jackson membantunya untuk meminum beberapa butir obat.
"Nafasnya masih berat. Jinyoungie tidur saja ya.""Eum. Papa temani Jinyoung!"
Papa Jackson tersenyum tipis. Kemudian ikut membaringkan dirinya disamping bungsu. Ya, mulai saat ini, Bae Jinyoung adalah bungsunya.
"Besok Senin Jinyoungie sekolah. Jinyoungie pakai marga Hwang ya! Dad mu sudah mengurus semuanya."
"Siap papa."
"Eeum, pa, papa jangan kasih tau ke kakak kalau Jinyoungie sakit ya!"
Jackson mengerutkan dahinya bingung.
"Kenapa sayang? Kan, nanti akan ada yang jaga Jinyoungie kalau Jinyoungie kambuh.""Papa jangan kasih tahu. Biar Jinyoung saja yang bilang sendiri."
"Baiklah, baiklah. Sekarang kamu tidur ya."
Dan Jinyoung mengangguk patuh.