7

594 68 3
                                    


**

Jackson memasuki kamar Jinyoung. Atensinya menangkap Jinyoung yang setengah duduk di ranjang. Buru-buru ia menghampirinya.
"Kok sudah duduk aja? Masih sesek nggak?" Ia duduk di tepi ranjang. Mengecek tubuh anaknya itu apakah baik-baik saja.

"Jinyoungie sudah tidak apa-apa, pa. Tolong lepaskan infus ini!"

"Tunggu cairannya habis ya, sayang."

"Heum."

"Papa ingin bicara sesuatu."

Jinyoung mengernyitkan dahinya penasaran.

"Jinyoungie tahu kan kalau kondisi Jinyoungie itu tidak baik-baik saja."

Jinyoung mengangguk. Mata bulatnya menatap papa dengan tatapan polos. Jackson jadi tidak tega ngomongnya.

"Papa ingin berbicara apa?" Tanya Jinyoung.

"Tadi papa sudah bicara dengan dad mu dan juga dokter Jaebum. Kata dokter, kondisi kamu tidak memungkinkan untuk bersekolah, Jinyoungie."

Jinyoung menunduk sedih.
"Tapi dad sudah berjanji pa. Lagian, cuma satu bulan."

"Tidak, sayang. Sehari, pun tubuhmu tidak bisa tanpa air purifier."

"Sebelumnya, Jinyoungie telah bicara dengan dad dan dad mengizinkan pa. Dad sudah berjanji:( Jinyoungie ingin sekolah, pa."

Tatapannya tampak berkaca. Dan Jackson tidak tega. Ia mendekap Jinyoung. Dan terdengar isakan kecil dari bibir mungil itu.

"Sayang, dengarkan papa, Jinyoungie harus tetap sehat. Dad di sana berjuang untuk Jinyoungie dan Jinyoungie harus menghargai perjuangan dad, oke. Jinyoungie dirumah tidak sendiri. Papa akan bekerja di rumah untuk menemani kamu."

"Jinyoungie merepotkan ya pa?"

"Tidak sama sekali. Jangan pernah berfikir seperti itu ya, sayang." Jackson mengelus Surai Jinyoung.
Sementara sang empu memejamkan matanya. Menikmati tangan besar papa yang mengelusnya.

"Jinyoungie sayang papa."

**
Pagi ini, Hyunjin telah rapi dengan seragamnya. Ia menuruni tangga dengan nyanyian kecilnya. Atensinya mendapati orang yang di bencinya, siapa lagi kalau bukan Hwang Jinyoung. Orang yang telah merebut tahta bungsu darinya.

Jinyoung tengah menikmati susu coklat panas yang dibuatkan papa. Sembari menonton kartun detektif conan. Ia masih mengenakan piama tidurnya. Imut sekali.

Hyunjin melewati Jinyoung dengan acuh. Jinyoung yang mendengar suara langkah, pun menoleh. Matanya berbinar tatkala melihat Hyunjin. Senyumnya pun terbit.

"Selamat pagi kakak Hyunjin," sapanya ceria. Hyunjin mengabaikan dan berjalan ke dapur.
Senyum Jinyoung luntur ketika melihat respon Hyunjin.

"Tumben pagi-pagi sudah rapi," ucap Jackson yang tengah menyiapkan sarapan. Sedikit melirik Hyunjin yang duduk di bar dapur.

"Mau susu juga tapi susu putih." Tidak membalas perkataan Jackson. Dan malah memerintah. Dasar Hwang Hyunjin.

"Nih."

"Terimakasih papa."

"Kakak-kakak mu sudah bangun?"

"Kak Renjun lagi mandi kalau kak Lucas nggak tahu."

"Kamu temenin adik kamu gih."

"Males."

"Tidak boleh begitu sayang."

Hyunjin menghela nafas, iya berjalan malas ke arah ruang keluarga. Dimana Jinyoung berada. Mendudukkan diri di sebrang sofa dan menyibukkan diri dengan bermain ponsel.
Tidak memperdulikan Jinyoung yang sendari tadi memperhatikannya.

"Kak Hyunjin suka susu putih?"

Tidak dijawab. Dan itu membuat sang empu penanya menunduk sedih.
Tetapi setelahnya, ia kembali mendongak dan memasang senyum ceria lagi.

"Jinyoungie suka susu coklat, he..he.."

"Nggak sekolah Lo?" Ini kali pertamanya Hyunjin bertanya padanya.

"Jinyoungie tidak sekolah. Sekolah itu membosankan."

Mendengar jawaban tak masuk akal Jinyoung, Hyunjin mengernyitkan dahinya.
Walaupun menurutnya sekolah memang membosankan, tapi banyak hal serunya kok. yang membosankan hanya pelajaran matematika sama ceramahan bapak kepala sekolah saat upacara saja. Selebihnya ia enjoy.

"Lo main-main sama sekolah? Ngabis-ngabisin duit aja Lo."

"Kak Hyunjin mau seragam Jinyoungie?"

"Mana muat seragam Lo di pakai sama gue. Lo kan cebol."

Jinyoung memanyunkan bibirnya sebal mendengar ejekan Hyunjin. Dirinya tidak cebol ya. Ia tinggi walaupun masih tinggian Hyunjin sih.

"Jinyoungie tidak cebol ya," balasnya.

"Cebol bocil."

"Kak Hyunjin nyebelin. Kalau tidak mau sama seragam Jinyoungie ya sudah. Jinyoungie bisa memberikannya ke kak Renjun."

"Sama aja, Lo itu cebol, bocil. Renjun mana muat."

Lagi, Jinyoung memanyunkan bibirnya. Sungguh menyebalkan kakaknya satu ini.

"Jinyoungie mau ngadu ke papa." Kaki kecilnya membawanya ke sang papa yang tengah menyajikan makanan di meja. Ia menghentakkan kakinya.

"Papa, kak Hyunjin nyebelin. Jinyoungie tidak cebol, kan? Jinyoungie tidak bocil kan?"

Jackson terkekeh. Ia menghampiri Jinyoung yang masih cemberut itu. Menguak Surainya gemas.

"Kakak kamu itu yang kegedean badannya."

"Mana ada! Dia itu yang kurang gizi," sahut Hyunjin yang menyusul Jinyoung di meja makan.

"Udah-udah. Jangan debat. Hyunjin, panggil kakakmu sana!"

"Heum."

"Papa, kenapa di dapur ada air purifier?"
Tanya Jinyoung yang melihat air purifier di nakas dekat lemari es.

"Biar udaranya lebih bersih saja sayang," jawab Jackson sembari tersenyum.

"Eum.. nanti Jinyoungie ikut mengantar kakak ya."

"No, hari ini kakak di antar bapak supir. Hari ini kamu harus ke rumah sakit buat terapi oksigen."

"Kenapa tidak di rumah saja."

"Papa belum terlalu bisa memasangnya."

"MORNING PAPA." Suara Renjun menggelenggar, ia berlari kecil menghampiri papa dan mengecup pipinya singkat.

"Morning to sayang."

"Nanti Lucas pulang telat, harus ikut bimbel buat persiapan UN."

"Yaudah nanti uang sakunya papa tambahin."

"Yes...."

HwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang