**
Hyunjin menuntut kejelasan pada sang kembaran.
Lucas sudah bersama teman-temannya kembali. Sementara keduanya berada di kamar Renjun.
Renjun tampak melamun. Pikirannya masih ke sang adik yang kesakitan tadi. Ia menyaksikan dengan sangat lama.
Bagaimana Jinyoung yang berusaha meraup oksigen.
Ah... Ia ingin melupakannya."Renjun, jelasin ke gue! Kenapa dia kesakitan sekali? Kenapa papa bisa mengobatinya? Dia sakit apa?"
Renjun yang tengah melamun di bangku meja belajarnya, nampak menoleh ke Hyunjin yang duduk di soffa pojok kamar.
"Jinyoung sakit. Lo tahu, alat yang membuat Lo penasaran yang berada di setiap ruangan rumah itu, untuk Jinyoung. Dia membutuhkan udara yang bersih. Kata om Jaebum, dia tidak boleh sekolah. Dia sakit pneumonia, Hyunjin.
Gue takut. Kita memang baru mengenalnya. Tapi... Gue sudah sangat sayang kepada Jinyoung."Mendengar penjelasan panjang Renjun, membuat Hyunjin tercengang. Menatap sang kembaran dengan tidak percaya. Tapi, itu kenyataannya. Jinyoung sakit, tidak di buat-buat.
"Kenapa Lo baru kasih tahu gue?"
"Karena Lo nggak peduli. Lo cuma mikirin diri Lo yang seakan tergeser oleh Jinyoung,kan?"
Hyunjin menggeleng. Tetapi, hatinya berkata iya.
"Gu...gue nyesel.""Gue tau Lo bakal nyesel."
"Terus gue harus gimana:( huwaaaa."
Renjun berlari membekap mulut kembarannya itu.
"Diem bego. Lo berisik! Nanti Jinyoung bangun."Setelahnya mereka sama-sama diam.
Hyunjin menatap Renjun dengan bibir melengkung ke bawah:(
Renjun menghela nafas pelan."Nanti Lo minta maaf sama Jinyoung."
"Tap..tapii... Gue malu. Gue sudah terlalu kasar sama dia."
"Tidak apa-apa Hyunjin. Jinyoung itu baik. Pasti dia bakal mengerti."
"Heum.. yaudah deh gue mau tidur dulu."
**
Jackson menatap Jinyoung yang tengah tertidur dengan nasal cannula. Ini sudah kesekian kalinya ia melihat Jinyoung seperti ini. Dan rasanya sama, menyakitkan dan takut.
Ia meraih ponselnya. Menghubungi Minhyun tentunya."Hallo, kak."
"Jinyoung ngedrop lagi."
"Apa parah?"
"Ya.. seperti biasa. Lo kapan pulang. Dia nyariin Lo terus. Gue kasihan."
"Gue nggak bisa kak."
"Why?"
"Gue sakit ketika melihat anak gue yang kesulitan bernafas. Gue takut, takut banget. Lo tahu, waktu Sejeong ninggalin gue, Jinyoung sangat tertarik dengan robot.
Dia ingin menciptakan robot Dirinya. Sudah hampir jadi, dan gue merusaknya.
Katanya, robot Jinyoungie akan selalu menemani dad. Tidak akan meninggalkan dad. Jika Jinyoung sudah tidak bisa bertahan nanti."Jackson terdiam sembari menatap Jinyoung yang tertidur itu. Tidak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan. Tapi itu nyata.
"Ha.. halo, kak."
"Eoh, Jinyoung sudah bangun. Mau ngomong sesuatu?"
Tut...
Dan panggilan diputus sepihak oleh Minhyun. Jackson menghela nafas pelan. Kenapa adiknya selalu menghindar dari anaknya?
"Ppa.." panggilan pelan itu berhasil membuat Jackson tersadar dari lamunannya. Lalu, ia menghampiri Jinyoung yang tengah berusaha melepas masker oksigen itu.