**Jam menunjukkan pukul tiga sore. Lagi, Jinyoung tampak menghela nafas lesu. Duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan ponsel. Ia tengah menunggu kakak-kakaknya pulang sekolah.
Papa sedang berada di ruang kerja. Jadi, ia sendirian.
Ia bosan, sungguh!
Ini sama seperti di Australia. Sendirian, menunggu Dad tugas bisa sampai dua mingguan.Ia beranjak, mematikan air purifier lalu berjalan memasuki kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang.
"Bosennnnnn." Ia menduselkan wajahnya di bantal. Mencerminkan bahwa ia sedang gabut saat ini.
Tiba-tiba ia merasakan ada yang menduduki ranjangnya. Dan dengan reflek ia terduduk. Melihat Hyunjin yang tengah mencopot dasinya dengan muka lelahnya."Kak Hyunjin," ucapnya.
Hyunjin menoleh.
"Oh, gue lupa. Sekarang, ini kan bukan kamar gue lagi." Setelahnya ia beranjak keluar dari kamarnya.Jinyoung menggaruk kepala belakangnya bingung, kemudian ia mengekori Hyunjin. Hyunjin yang menyadari bahwa Jinyoung mengikutinya, pun, berbalik.
"Kenapa Lo ngikutin gue?" Tanyanya dengan nada dingin.
"Jinyoungie bosen kak," jawab Jinyoung seadanya. Ia berbaring di ranjang Renjun. Sementara Hyunjin tengah mencopot seragamnya. Menyisakan kaus tanpa lengan dan Celana boxer.
"Ya terus?"
"Main yuk."
"Ogah. Sana Lo, gue pengen rebahan," Hyunjin membaringkan tubuh lelahnya.
"Kakak Renjun kemana?"
"Les matematika."
"Kak Hyunjin tidak makan dulu?"
Hyunjin terdiam mendengar pertanyaan Jinyoung. Benar juga, ia belum makan.
Lalu, ia mengambil sesuatu dari dalam tas-nya. Ramyeon pedas, dan itu membuat Jinyoung membelalakkan mata lucu."Ramyeon pedas? Wah... Kak Hyunjin bisa makan pedas?" Tanyanya takjub tapi tak di balas oleh Hyunjin.
Hyunjin mengabaikannya dan berlalu dari sana. Kembali, Jinyoung mengikutinya.Jinyoung melihat Hyunjin yang memasak ramyeon. Ia duduk di bar dapur.
"Papa kemana?"
"Sedang di ruang kerjanya kak."
"Oh, Lo jangan ngadu kalau gue makan ramyeon pedas ya!"
"Hah, jadi."
Hyunjin menatap tajam Jinyoung.
"Bilang iya apa susahnya sih.""Eum, i..iya." mata bulat Jinyoung masih mengikuti setiap gerik Hyunjin.
Kini, Hyunjin berada di sampingnya dan tengah menikmati ramyeon pedas itu. Sesekali ia meringis melihat keringat Hyunjin."Mau?"
Jinyoung menggeleng. Ia sama sekali tidak bisa makan pedas. Dengan saos saja, ia tidak mampu.
"Kakak jangan dimakan semuanya nanti perut kakak sakit."
"Siapa Lo merintah gue."
"Kak Hyunjin harus dengarin Jinyoungie."
"Kalau gue nggak mau."
Jinyoung berdiri dari duduknya.
"Jinyoungie akan mengadu." Kemudian, kaki kecilnya berlari ke arah ruang kerja papa.
Hyunjin hanya mampu mengumpat dan sesegera mungkin menyingkirkan barang bukti."PAPA KAK HYUNJIN MAKAN RAMYEON PEDAS." padahal ia sudah berada di ruang kerja Jackson. Tapi, masih saja ia berteriak. Membuat Jackson kaget saja.
"Hah, apa sayang?"
"Kakak Hyunjin makan ramyeon pedas sembunyi-sembunyi."
Jackson menghela nafas pelan.
"Anak itu," gumamnya. Kemudian ia berlalu dari sana. Menghampiri anak nakalnya tentunya. Tak lupa, si pengadu mengekorinya.Ia berkacak pinggang ketika di dapatinya Hyunjin yang tengah tertangkap basah mencuci piring bekas ramyeon tadi.
"Hyunjin," ucapnya.Hyunjin menoleh kaget, kemudian menyengir.
"Kenapa nakal? Papa,kan udah bilang, jauhi makanan pedas! Perut kamu nggak bisa Nerima makanan pedas kan?
Bandel banget sih. Ini, minum dulu!" Sembari mengomel, tangan Jackson sibuk membuat susu untuk menetralkan rasa pedas Hyunjin.
Hyunjin sih, Nerima saja, sambil dengerin Omelan papa.Sementara si pengadu, menjadi penonton saja. Ia menopang wajah tampannya dengan kedua tangannya di bar.
Setelah membereskan semuanya, Jackson menghampiri Jinyoung.
"Kamu tadi lari-lari,kan? Sesek nggak?" Tanyanya. Jinyoung menggeleng saja."I am oke, pa."
"Nice. Papa kembali bekerja. Kalau ada apa-apa langsung ke papa saja ya."
"Eum."
Setelah kepergian papa, Hyunjin menghampiri Jinyoung dengan tatapan marah.
"Lo seneng kan, gue di marahin papa?"Jinyoung menggeleng.
"Jinyoungie hanya tidak ingin kak Hyunjin sakit.""Cih, sok peduli banget sih Lo."
"Jinyoungie kan, memang peduli. Eum, dikulkas ada banyak Snack kak. Ayo nonton film."
Mata Jinyoung berbinar tatkala membayangkan dirinya penonton film bersama kakak-kakaknya sembari memakan Snack. Tapi itu hanya angannya saja.
Ia menghela nafas pelan tatkala Hyunjin meninggalkannya dengan acuh."Jinyoungie rindu dad."