**
Jinyoung berada di kamar sembari menatap foto yang ditemukannya tadi. Kenapa nama wanita itu Bae Suzy? Apa itu mama kandungnya? Hei, selama enam belas tahun ia hidup, ia menggunakan marga Bae. Kenapa Dad menyembunyikan semuanya? Kenapa ia harus menggunakan marga Bae? Kenapa tidak Hwang?
Kenapa mom baru memberitahunya?
Kenapa papa Jackson juga menyembunyikannya?
Ah, sepertinya semua orang tua memang menyembunyikan kebenaran darinya."Dad, Jinyoungie ingin tahu, siapa mama kandung Jinyoungie?" Ia membatin.
"Jinyoungie, kenapa di dalam kamar saja?" Papa mendekatinya. Dengan cepat ia menyembunyikan foto itu.
"Eh, eum... Jinyoungie tidak punya teman buat bermain pa."
"Mau jalan-jalan sama papa?"
Ia mengangguk antusias. Jackson terkekeh gemas melihat Jinyoung. Sangat menggemaskan.
Mereka berjalan-jalan di sekitar kebun teh yang luas. Netra besar Jinyoung selalu berbinar melihat bentangan hijau daun teh itu. Ini perdananya ia mengunjungi kebun teh. Dan semuanya berkat papa Jackson.
"Jinyoungie, jangan berlari!" Peringatan pertama Jackson berhasil membuat kaki kecilnya yang aktif menjadi sedikit lambat. Ia menurut.
"Papa gendong saja ya."
"No.. Jinyoungie ingin berjalan."
"Jinyoungie patuh! Wajah kamu sudah pucat itu."
Jinyoung menunduk kemudian mengangguk. Ia menaiki punggung besar Jackson. Ia kembali teringat dengan foto tadi. Ia akan menanyakannya sekarang.
"Pa."
"Hem."
"Kenapa nenek dan kakek tidak menyukai Jinyoungie?"
Jackson berhenti berjalan sejenak. Mencari jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan putra kecilnya.
"Mereka menyukai Jinyoungie. Siapa bilang nenek dan kakek tidak menyukaimu?"
"Menurut Jinyoungie. Jinyoungie bisa merasakannya."
"Kakek sama nenek kan baru pertama kali ketemu sama cucu kecilnya. Mungkin mereka canggung sayang."
"Apa kalian menyembunyikan sesuatu dariku?"
Pertanyaan Jinyoung berhasil membuatnya mematung.
"Mak.. maksud kamu?"
"Tidak. Hanya... Jinyoungie bertanya apa kalian menyembunyikan sesuatu yang besar dari Jinyoungie?"
"Ah, eh, ti... Tidak."
Oke, jawaban gugup Jackson membuat Jinyoung mengerti sekarang. Bahwa, papa memang menyembunyikan sesuatu.
"Kita susul kakak yuk pa."
"Tidak. Ini sudah terlalu sore. Kakakmu mungkin sudah sampai rumah duluan."
"Yah." Jinyoung menunduk lesu.
"Hey, kenapa sedih?"
"Jinyoungie juga ingin memancing."
"Jinyoungie, berjanjilah untuk sembuh ya. Setelah kamu sembuh, kamu bebas melakukan apapun. Mengerti?"
"Heum."
Kemudian, mereka berjalan pulang. Tidak jauh memang jarak rumah nenek Hwang dengan kebun teh ini.
Di perjalanan pulang mereka masing-masing terdiam. Sampai dengkuran halus terdengar. Jackson tersenyum tipis melihat Jinyoung yang tubuhnya tidak rewel hari ini.