**Jinyoung sedang berbaring di kamar Lucas. Menunggu sang Kakak sulung mandi. Beberapa hari berada di rumah pamannya, ia menjadi sangat dekat dengan Lucas. Mungkin, karena Lucas yang tertua dan selalu memberikannya perhatian lebih.
Jinyoung memainkan ponsel Lucas. Melihat-lihat galeri. Ia melihat banyak foto Selfi Lucas. Ternyata, kakaknya ini narsis juga.
"Sedang melihat apa?" Tanya Lucas yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia duduk di tepi ranjang.
Jinyoung memperlihatkan fotonya bersama si kembar, juga nenek di pulau Jeju."Ini bersama siapa?"
Lucas mengernyitkan dahinya bingung.
"Ini nenek. Lo nggak pernah bertemu nenek?"Jinyoung menggeleng.
"Sama sekali tidak pernah?"
"Dad tidak pernah memperkenalkan nenek ini pada Jinyoungie. Jinyoungie hanya bertemu dengan nenek dari mom saja."
"Kalau begitu kita harus segera ke Jeju."
"Wah, Jinyoungie ingin ke pantai di Jeju."
"Rumah nenek agak jauh dari pantai. Tapi, sangat dekat dengan kebun teh. Nanti, kalau kita kesana, kakak akan ajak Lo jalan-jalan."
"Setuju," ucap Jinyoung dengan semangat.
"Eh, gimana sama sekolah Lo? Enak homeschooling? Cocok sama gurunya?"
Jinyoung mengernyitkan dahinya bingung.
"Jinyoungie tidak homeschooling, kak."
"Hah, Lo nggak sekolah?"
Jinyoung tersenyum tipis mendengar pertanyaan Lucas.
"Mau tahu sebuah rahasia?"Dengan penasaran, Lucas mengangguk. Lalu Jinyoung membisikinya sesuatu yang membuat netra besar Lucas membulat.
"Benarkah?"
"Heum. Jinyoungie akan tunjukkan koleksi robot Jinyoungie."
Jinyoung berjalan keluar dari kamar Lucas dan diikuti sang empunya kamar.
Mereka memasuki kamar Jinyoung.
Lucas memang baru pertama kali masuk kamar Jinyoung. Walaupun mereka dekat, tetapi, hanya Jinyoung yang sering bermain dikamarnya. Selebihnya, ia hanya akan belajar karena ia sudah kelas tiga dan disibukkan dengan berbagai macam ujian.Pertama kali memasuki kamar Jinyoung, ia melihat ada beberapa peralatan medis yang ditata rapi di sudut ruangan. Juga, ia melihat berbagai macam koleksi robot dari almari kaca.
Ingatannya kembali ke bisikan Jinyoung tadi. Jadi benar, adik sepupunya ini sudah menyelesaikan pendidikan s1 jurusan robotik diusianya yang baru menginjak enam belas tahun.
Netranya melihat Jinyoung yang membawa robot berukuran sedang berbentuk ironman.
"Ini robot rancangan Jinyoungie tapi sudah di sabotase dad. Padahal, robot ini sangat menuruti perkataan Jinyoungie. Tetapi, saat ini, Jinyoungie yang harus menuruti robot ini." Jinyoung menunduk. Lucas mengelus Surainya dengan lembut.
"Om Minhyun pasti memiliki motif baik akan tindakannya."
"Heum."
"Robot pesawat itu.."
"Eoh, itu semua hadiah dari dad. Setiap selesai tugas dad selalu membelikan Jinyoungie. Kakak mau?"
"Emang boleh?"
"Boleh dong. Ambil saja, nanti Jinyoungie juga akan bagi-bagi sama kak Renjun dan kak Hyunjin."
"Baiklah, terimakasih Jinyoungie."
Jinyoung tersenyum. Setelahnya, mereka turun untuk makan malam karena teriakaan papa.
"Papa besok ke pantai ya!"
"Iya pa, sudah lama kan nggak ke pantai."
Ucapan si kembar berhasil membuat Jackson bingung. Memang, sudah lumayan lama ia tidak mengajak anak-anaknya untuk liburan. Tapi kali ini, ia harus menjaga Jinyoung yang rentan.
"Wah, Jinyoungie boleh ikut?" Maniknya menatap Jinyoung yang memasang ekspresi menggemaskan.
"Papa Konsul dulu sama dokter dan Minhyun," bisik Jackson pada Jinyoung yang membuat Jinyoung memproutkan bibirnya kesal.
"Ih, kenapa bisik-bisik," omel Hyunjin. Sepertinya ia masih cemburu dengan Jinyoung.
"Kalau papa tidak sibuk besok."
"Kan besok weekend pa," sahut Renjun.
Lucas hanya diam saja. Dia sih pasrah, ke pantai ya ikut kalau tidak ya rebahan. Itu prinsip Lucas.Jackson tampak menghela nafas sebentar sembari berfikir.
"Pokoknya besok liburan ke pantai titik. Ga pake sibuk-sibukan. Besok semuanya libur. Udah, Hyunjin mau makan dulu," ucap Hyunjin mutlak.
"Heum, Jinyoungie setujuuuuuuu."
Renjun mengacak pelan ribut Jinyoung. Ia gemas dengan adik bungsunya ini.
"Ih, kakak kenapa di rusak. Ini rambut Jinyoungie udah rapii," rengek sang empu rambut.
"Lo sih, gemes banget."
Jinyoung manyun dan malah membuatnya semakin menggemaskan bagi mereka. Tapi tidak dengan Hyunjin. Entah kenapa, ia sangat tidak menyukai Jinyoung.
Selesai makan, seperti biasa. Jinyoung menunggu papa yang sedang membereskan semuanya. Sementara kakak-kakaknya kembali ke kamar masing-masing.
"Papa, besok Jinyoungie ikut ya! Jinyoungie janji tidak akan mengacaukan semuanya. Jinyoungie baik-baik saja sudah tidak sering sesak."
"Tapi sayang."
"Biar Jinyoungie yang bicara dengan dad."
Jackson tampak tidak tega melihat ekspresi memohon Jinyoung.
Padahal perihal sepele seorang anak yang ingin liburan ke pantai bersama saudara-saudaranya. Tapi itu tidak berlaku untuk seorang Hwang Jinyoung. Dan bisa saja itu sangat berbahaya bagi tubuhnya."Baiklah. Tapi janji, harus terus bernafas dengan baik seperti ini. Mengerti?"
"Heum."
Jackson mengacak pelan rambut Jinyoung sembari terkekeh.
"Anak pintar," ucapnya."Temani Jinyoungie tidur ya! Gendong!"
"Anak bontot papa manja banget sih."
"He..he..he.."
Tanpa mereka sadari, sedari tadi, Hyunjin melihatnya. Melihat betapa papa menspesialkan Jinyoung. Orang asing yang tiba-tiba masuk ke kehidupannya. Hyunjin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Amarah kini menguasainya.
"Kenapa Lo begitu menyebalkan," ucapnya pelan.