✍🏻 Chapter Sepuluh

1.3K 193 126
                                    

✍🏻 Selamat Membaca.



Netranya mulai membiasakan diri dengan cahaya yang masuk. Begitu kelopak terbuka, pandangannya pun mengedar keseluruh ruangan. Tak seorang pun disana, tapi ia sadar ia tak sendiri disini.

Ia perlahan terbangun dan mendudukan dirinya. Penasaran dengan apa yang membuatnya tak sadarkan diri. Seharusnya ada disekitarnya, namun yang ia lihat hanyalah seseorang yang baru keluar dari dalam bilik utama.

Menantunya yang segera menghampirinya dengan wajah khawatir. "Bunda udah gak apa-apa?" Wanita itu menganggukkan kepalanya. Membuat raut lega di wajah Hyunjin. Pun ia membawa gelas berisikan air yang tadinya di atas meja ke hadapan bundanya Jisung.

"Minum dulu bun. Biar lebih enakan." Wanita itu menerimanya, meneguk air putih tersebut sebelum mengembalikannya pada Hyunjin.

"Tadi bunda melihat lelaki mesum di rumah ini. Apa kamu kenal dia, Ji?"

"Ah, dia saudara kembarku, bunda. Tadi Yeji keluar sebentar, jadi dia yang membukakan pintu untuk bunda. Tapi ternyata malah jadi begini, maaf ya bunda." Wanita itu tampak bernafas lega.

"Tidak apa, Ji. Sekarang dia dimana?"

"Dia pergi bunda, ada urusan katanya." Bundanya Jisung mengangguk paham.

"Oh ya, sebentar Yeji ambilkan makanan untuk bunda." Bunda Jisung membiarkan Hyunjin pergi ke dapur. Sementara ia bangun dari duduknya. Berjalan melihat-lihat seisi rumah anaknya tersebut.

Cklek..

Bundanya Jisung membuka pintu kamar utama. Terlihat rapi di dalam sana. Hal itu membuatnya tersenyum. Setelah itu ia menuju kamar lainnya, sedikit curiga pada kamar yang memang diperuntukkan untuk tamu atau cucunya nanti. Tapi sayangnya, kamar itu terkunci.

"Bunda sedang apa?" Hyunjin muncul sambil membawa nampan berisikan minuman dan makanan ringan.

"Ah, bunda hanya penasaran dengan kamar itu. Apa isinya, Ji?"

"Di dalam sana ditinggali kakakku bun. Orang yang tadi bertemu bunda." Jawaban Hyunjin membuat bundanya Jisung segera menghampirinya.

"Benarkah? Apa dia dekat dengan suamimu?" Hyunjin mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan biarkan itu, Yeji. Saudara kembarmu memiliki ular besar, nanti dia bisa menggigit suamimu." Hyunjin mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. Wanita itu segera mengajaknya duduk untuk menjelaskannya.

"Tadi, sebelum bunda pingsan, bunda melihat ular.. ah bukan, maksud bunda, itu..." Bundanya Jisung mengode dengan matanya ke arah selangkangan Hyunjin. Dengan segera lelaki itu berpura terkejut dan menutup mulutnya.

"Astaga, memang Hyunjin kurang ajar. Dia harus kuberi pelajaran nanti." Ucap Hyunjin berpura marah. Namun, bundanya Jisung justru menggelengkan kepalanya.

"Bukan salahnya, Yeji. Tapi kamu harus hati-hati. Jisung suamimu itu menyukai pria, bunda takut dia justru jatuh cinta pada kakakmu dan kamu..." Bundanya Jisung menghela nafas berat dan perlahan memegang tangan Hyunjin.

"Bunda mau cerita tentang Jisung. Setelah ini, mungkin kamu bakalan bisa nentuin gimana kedepannya." Hyunjin tersenyum kemudian mengangguk mendengar ucapan bundanya Jisung.

"Ya, aku juga harus tau tentang suamiku, bun." Bundanya Jisung mengelus punggung tangan Hyunjin dan tersenyum.

"Suamimu dulu pernah jadi korban ibunya sendiri, Ji. Rumor bahwa ayahnya Jisung itu gay, adalah benar. Dulu sekali sebelum bunda menikah dengan ayahnya Jisung, ayahnya memiliki seorang istri. Ibu kandungnya Jisung." Hyunjin tertegun mendengarnya.

EXCHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang