✍🏻 Chapter Dua Belas

1.3K 175 122
                                    

✍🏻 Selamat Membaca.





Hingga sekarang, ia masih memikirkan tentang sahabatnya. Felix hamil, dan seseorang akan bertanggung jawab untuk itu. Tapi, permasalahannya, siapa orang yang akan bertanggung jawab dan, mengapa Felix merahasiakannya yang menjadi pikiran untuk Jisung.

Bahkan saat Felix telah kembali terlihat segar, Jisung tidak berani menanyakannya. Ia takut jika itu merupakan hal pribadi yang jika ia mengetahuinya, Felix akan marah. Tapi, tetap saja Jisung penasaran. Hal ini terbilang sangat tiba-tiba. Apalagi sepengetahuannya, Felix tidak sedang dekat dengan siapapun.

Atau apa dia yang tidak peduli?

"Sung, hey." Felix menyenggol lengan Jisung yang masih terlihat melamun.

"Oh, hah? Kenapa Lix?" Tanya Jisung yang baru kembali dari lamunannya.

"Udah selesai jamnya, lo gak mau keluar kelas?" Jisung memandang sekelilingnya yang hampir sepi.

"Eh iya, ya udah yuk Lix." Barulah Jisung membereskan bahan perkuliahannya dan mengikuti Felix yang menunggunya. Keduanya berjalan keluar ruangan beriringan.

Seperti yang mereka rencanakan, keduanya menuju perpustakaan untuk mencari bahan presentasi bersama. Meski nantinya, keduanya akan praktek secara langsung.

Sebuah meja yang mereka pilih pun telah berisikan buku-buku yang mereka butuhkan. Jisung yang serius mengerjakan tugas mereka pun tampak tengah membolak-balikkan halaman dari sebuah buku. Sementara Felix turut mencari referensi dari internet untuk membuat pekerjaan mereka lebih cepat selesai.

Sesekali selagi membaca, Jisung memperhatikan sahabatnya yang tengah mengetik materi mereka. Perhatiannya tertuju pada perut Felix, apa benar sahabatnya hamil? Pertanyaan itu kembali muncul di kepalanya.

"Liat terus, nanti naksir lo." Ucap Felix asal. Membuat Jisung gelagapan dan Felix yang tertawa pelan karena mengetahui itu.

"Ada yang mau lo omongin, Sung?" Felix menatap ke arah sahabatnya itu diiringi senyum tipisnya. Sang sahabat menghela nafas dan kemudian menunduk sebelum balas menatap wajahnya.

"Lix, kalau gue tanya sesuatu. Lo jangan marah ya." Felix menyodorkan kelingkingnya dan menganggukkan kepalanya.

"Promise me. Gue gak akan marah, mau nanya apa, Jisung?"

"Lo.. beneran hamil?" Ucap Jisung dengan suara yang sangat pelan. Beruntung ruangan itu tidak terlalu ramai. Felix melihat ke arah perutnya dan kemudian mengusapnya perlahan.

"Kalau gue jawab iya, apa lo bakal ngejauhin gue?" Jisung menggelengkan kepalanya cepat.

"Gak mungkin, gue malah kagum sama lo, Lix. Artinya lo istimewa sampai bisa ngalamin itu." Felix mencubit pipi sahabatnya itu gemas, memilih memeluk Jisung kemudian sebelum menjelaskan apa yang ia alami.

"Gue juga gak ngerti kenapa bisa gini, tapi semua yang lo tau itu bener, Sung." Jisung tertegun sejenak sebelum mengusap lengan sang sahabat perlahan.

"Terus Lix, siapa yang buat lo sampai begini? Dia mau tanggung jawab, kan?" Felix menghela nafas berat sembari menundukkan kepalanya. Menggeleng pelan untuk pertanyaan Jisung tersebut.

"Dia udah punya seseorang yang dia cintai, Jisung. Gue gak mungkin lah ngehancurin kebahagiaan dia dan pacarnya itu." Jisung menepuk pundak sahabatnya itu, berusaha menguatkannya.

"Tapi dia harus tau Lix. Lo gak kasian sama anak lo? Dia pasti ingin dekat sama ayahnya, kan?" Felix tersenyum mendengar ucapan Jisung yang jelas khawatir dengan dirinya.

"Lo tenang aja, Sung. Anak gue pasti ngerti. Lagian, ada seseorang yang bakal gantiin dia." Ah, Jisung teringat ucapan Minho saat itu. Bahwa Felix sedang bersama pacarnya, kemungkinan bukan pacar Felix tersebut ayah dari anak Felix. Tapi, mendengar hal itu membuat Jisung sedikit lega.

EXCHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang