✍🏻 Chapter Delapan Belas

1.3K 168 53
                                    

✍🏻 Selamat Membaca.




Sebenarnya pikirannya sudah tidak lagi fokus semenjak kembali teringat mantan kekasihnya. Berulang kali ia memperhatikan layar gawainya. Tapi tak sebuah notifikasi pun yang berasal dari seorang yang ia rindukan. Padahal Minho masih sempat mengiriminya pesan tadi.

Alih-alih menunggu lebih lama, Minho memutuskan menelpon nomor sang kekasih. Tak tau malu memang, tapi setidaknya meski nanti yang ia dengar sebuah makian sekalipun, ia dapat tersenyum mendengar suaranya.

Ah, atau itu hanyalah harapan kosong.

Dan memang, telepon itu tak diterima oleh sang mantan kekasih. Minho menghela nafas berat, frustasi sebab kesalahannya sendiri.

Minho akhirnya keluar dari sarangnya, beranjak menuju dapur untuk menyegarkan tenggorokannya dengan minuman dingin. Sekilas melihat ke arah kamar sepupunya, kamar itu terlihat normal. Jadi, ia tak memiliki kecurigaan sedikitpun. Toh Felix masih belum terlalu pulih, jadi mungkin ia sedang beristirahat.

"Felix? Tadi udah makan belum ?" Tanyanya dengan suara yang ia keraskan.

Tak ada jawaban.

Minho bergegas menuju kamar sepupunya setelah meletakkan gelas untuk ia minum tadi. Mengetuk pintu tersebut perlahan sembari memanggil nama sepupunya tersebut. Tapi sayangnya, masih tak ada sahutan dari dalam sana.

Dengan tak sabarnya, Minho membuka pintu kamar tersebut. Tapi kamar itu terlihat sedikit berbeda. Dan tak ada Felix disana.

Minho berharap Felix hanya keluar sebentar mencari udara segar. Namun, saat melihat keluar rumahnya pun, adik sepupunya itu tak ada di terasnya. Dengan segera ia mengambil ponselnya, menghubungi nomor adiknya untuk menanyakan keberadaannya. Sayangnya, lagi-lagi ia mendapatkan jalan buntu.

"Kamu dimana sih, Fel? Gak mungkin kamu ninggalin kakak, kan?" Gumamnya dengan wajah cemas.

Rasa takutnya kini terbukti dengan lemari Felix yang tampak tak berpenghuni. Dan sebuah kertas terlihat tergeletak rapi di dalamnya. Dengan menahan rasa geram dan sedihnya, Minho mengambil kertas tersebut.

Hai kak Ino.

Kalau kakak ketemu surat ini, berarti Felix udah gak sama kakak. Tapi surat ini pasti udah keliatan gak bagus. Felix nulisnya saat tau di perut ini ada buah cinta kita kak. Kakak gak kaget kan? Gak pantes sih Felix ngomong begini kak, tapi memang itu adanya kak. Kesalahan kita menjadikannya dia ada.

Kakak gak perlu cari Felix, adik kakak ini akan segera dewasa seperti yang kakak mau. Felix akan menjadi ibu nantinya, kkk.
Lucu ya kak? Tapi Felix suka, sebab dia anak kita.

Sebenarnya Felix tidak ingin memberitahukan hal ini sama kakak, jadi Felix akan selalu di dekat kakak. Tapi, kalau kakak ketemu surat ini dan tau semuanya, maafin Felix kak. Itu artinya Felix ingin merawatnya sendiri tanpa kakak.

Suatu saat kalau kita bertemu lagi, mungkin dia sudah bisa memanggil nama kita, kak. Tapi mungkin dia tidak akan memanggil kakak, ayah. Dia akan tetap memanggil kakak, paman.

Felix harap kakak bisa hidup bahagia dengan kekasih kakak. Jangan beritahu dia tentang kesalahan kakak ya. Anggap saja kita gak pernah ngelakuin itu, dan anak ini adalah anak orang lain.

Satu lagi.
Kak Ino, terimakasih udah ngejaga Felix. Udah jadi alasan Felix untuk terus hidup sampai sekarang. Kalau kita terlahir kembali, Felix ingin tetap mengenal kakak. Felix sayang kak Ino. Sayang banget, sampai Felix gak tau rasa sayang ini hanya sebatas adik kepada kakaknya atau lebih dari itu.

EXCHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang