✍🏻 Chapter Tiga

1.9K 222 84
                                    

✍🏻 Selamat membaca.


Terusir di rumah sendiri, kini Jisung merasakan hal itu. Kepala pusing, makin pusing setelah bertengkar tapi tidak dapat melawan. Sejenak Jisung beralih melihat sekitarnya. Pikiran buruknya pun timbul karena ulah Hyunjin.

"Oke, lo berhadapan sama orang yang salah, Hyunjin." Sudut bibir Jisung terangkat. Daripada kesalnya tidak tersalurkan, lebih baik ia melakukannya.

Jisung membuka telapak tangannya, ia berhasil mengambil kunci rumahnya. Ia mengunci rumahnya dengan segera. Setelah itu, Jisung mematikan aliran listrik yang ada di rumahnya. Ia tertawa kecil mendengar keributan di dalam sana.

Jisung berjalan santai keluar dari pagar rumahnya. Ia terkekeh kecil membayangkan wajah panik Hyunjin.

"Rasakan!" Gumamnya.

Jisung mengirim pesan kepada kekasihnya, menanyakan dimana keberadaan sang kekasih sekarang. Ia berjalan menelusuri jalanan di sekitar kompleks tempat ia tinggal sambil menunggu balasan pesan dari kekasihnya.

Tak sabar menunggu, Jisung menelpon ponsel kekasihnya. Ia berhenti di taman dan duduk di salah satu bangku yang ada disana. Satu panggilan tidak di jawab oleh sang kekasih.

"Hmm.. apa lagi sibuk ya?" Gumamnya.

Jisung jadi bingung akan pergi kemana sekarang. Dia malas pulang, sudah pasti akan ada pertengkaran dengan Hyunjin jika dia kembali ke rumah.

"Apa ke rumah Felix aja ya?"

Jisung kembali mengirimkan pesan, kali ini pada sahabatnya, Felix. Ia menendang-nendang tanah pelan. Rasa pusingnya masih ada meski sekarang Jisung tengah beristirahat.

"Makan dulu deh." Gumam Jisung. Ya, ada kemungkinan dia pusing karena belum mengisi perut lagi. Maklumlah jika sudah berpikir seharian, pasti kepala juga banyak kehilangan nutrisinya.

Si bungsu keluarga Han itu segera beranjak dari duduknya. Berjalan di sepanjang trotoar untuk mencari tempat makan terdekat.

Senyuman Jisung mengembang setelah melihat tempat makan yang tampak sedikit ramai. Feelingnya pasti makanan di tempat itu enak. Jadi, dengan segera Jisung berjalan menghampiri tempat tersebut.

Setelah memesan makanan, Jisung memilih tempat yang berada di pojok. Yah, lebih baik ia menyendiri seperti terasingkan saat makan sendirian begini.

Kini, Jisung hanya memperhatikan orang yang berlalu lalang atau sesekali melihat ponselnya. Sampai saat ini Jisung belum mendapat balasan dari sang kekasih maupun sahabatnya.

Sekitar lima belas menit menunggu, akhirnya makanan Jisung sampai. Ia segera melahap makanan tersebut hingga mulutnya penuh. Terlalu asik melahap makanan sampai ia tidak sadar sedang diperhatikan seseorang.

Awalnya, orang itu ragu ingin menemuinya. Tapi pada akhirnya ia berdiri di dekat Jisung sambil tetap memperhatikan lelaki itu.

"Mmm- Jisung.." Jisung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang memanggil namanya. Matanya sempat mendelik sebelum menatap lelaki yang kini masih berdiri di dekatnya.

"Ah iya ada apa?"

"Boleh gue duduk disini?" Jisung menganggukkan kepalanya pelan.

"Duduk aja. Lagi rame juga kan." Lelaki itu tersenyum padanya, menarik kursi untuk duduk dihadapan Jisung. Sebenarnya tadi Jisung sangat lapar, tapi melihat lelaki ini ia jadi sedikit kehilangan selera makannya.

"Lo sendirian aja?" Tanya Jisung basa-basi. Lelaki di hadapannya menganggukkan kepalanya pelan.

"Iya sendirian aja, mau sama siapa lagi." Jawabnya.

EXCHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang