✍🏻 Chapter Tiga Belas

1.3K 184 91
                                    

✍🏻Selamat Membaca.



Feel like a fool.

Changbin mengacak rambutnya yang sejak tadi sudah kusut. Melihat ke arah kekasihnya yang berbaring memunggunginya dengan rasa sesal yang kian membuncah. Bukan karena melihat Jisung yang sempat menangis namun tetap memberinya izin untuk melanjutkan kegiatan mereka. Tetapi karena dia yang menginginkannya, dia pula yang membuat sang kekasih terasa seperti seorang yang tak bisa memberi keinginannya.

Wajah menyedihkan Felix yang terlihat saat ia hendak membuat Jisung menjadi miliknya utuh. Rasa bersalahnya karena terombang-ambing pada kedua lelaki yang merupakan orang yang paling ia sayangi adalah penyebabnya.

Jika ia melakukannya, sementara ia akan bertanggungjawab atas Felix, Jisung akan semakin terluka saat semuanya terbongkar. Tapi apakah dia bisa melepaskan Jisung untuk sesuatu yang bukan tanggung jawabnya? Dia memikirkan Felix tapi dia menginginkan Jisung.

Hingga akhirnya setelah cumbuannya pada hampir di sekujur tubuh Jisung, berakhir dengan sebuah pelukan dan sebuah bisik, "maaf dek, kakak gak bisa. Kamu terlalu
berharga untuk keinginan tolol kakak."

Ironis bukan?

Dia tak memikirkan Jisung yang benar kekasihnya saat memakai Felix untuk kepuasannya. Tetapi saat Jisung yang benar ia inginkan dapat ia genggam, ia memikirkan Felix yang merupakan sumber dari sakit sang kekasih kelak.

Daripada berlarut memikirkan itu, Changbin memilih ikut berbaring dan perlahan memeluk Jisung yang terbungkus selimut dari belakang. Dapat ia rasakan getar dari tubuh kekasihnya itu. Jelas Jisungnya tengah menangis saat ini.

"Hei, maafin kakak dek."

"Apa kakak bakal beneran ninggalin adek?" Ucap Jisung dengan suara paraunya.

"Tidak dek, sungguh. Kakak tidak melakukan itu pun karena tau kamu akan sakit setelahnya." Jisung paham hal itu, tapi bukan hanya karena ia takut kehilangan Changbin ia ingin bercinta dengan kekasihnya.

"Kakak tau? Gimana rasanya ngumpulin keberanian buat ini? Aku bahkan teringat dengan traumaku dulu, tapi aku ingin kakak jadi penyembuhnya. Seseorang yang aku percaya untuk memiliki seluruhku bahkan sebelum kita terikat dengan janji di depan Tuhan." Ucapannya membuat Changbin kian mengeratkan pelukannya. Tapi Jisung melepaskan pelukan itu perlahan sambil perlahan membalikkan tubuhnya.

"Kakak gak penasaran kenapa adek sampai setakut ini?" Changbin terdiam sejanak.

"Kenapa dek, apa ada yang menganggu pikiran kamu?" Jisung menganggukkan kepalanya.

"Sebenarnya bukan karena mimpi aja kak. Tapi.." Jisung menghela nafasnya berat sebelum menatap kedalam netra kekasihnya.

"Kakak bisa gak, berdiri sebentar." Sedikit bingung dengan ucapan kekasihnya, tetapi akhirnya Changbin beranjak dari ranjang dan berdiri memunggungi kekasihnya. Dan itu membuat dada Jisung sedikit nyeri.

"Udah dek, ada apa di punggung kakak?"

"Kak, apa mungkin ada ciri punggung seseorang yang begitu miripnya?"

"Maksudnya dek?"

"Kakak bisa ambil baju jaket biru kakak dan memakainya?" Perasaan Changbin mulai tidak enak saat ini, tetapi tetap ia menuruti keinginan kekasihnya itu.

Sementara Jisung memijat kepalanya yang terasa pusing, "kak, aku mau pulang. Bisa antar adek?"

"Dek, kenapa?" Changbin kembali menghampiri kekasihnya yang ternyata tengah menangis pelan.

"Mungkin trauma adek dengan masa lalu  masih terlalu besar, sampai adek mengira kakak adalah orang yang akan bertanggung jawab untuk kehamilan Felix." Changbin membeku, benar-benar membeku bahkan setelah Jisung memakai pakaiannya sendiri.

EXCHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang