✍🏻 Chapter Dua Puluh

1.4K 178 56
                                    

✍🏻Selamat Membaca.






"Jisung! Keluar sekarang!" Dan yang disebut namanya hanya bisa meringkuk ketakutan di dalam lemari dapur yang sempit. Hingga yang memanggilnya menunduk  dan menatapnya dengan manik kejam yang biasa dulu menyayanginya.

"Maafkan Jisung, ibu. Jisung gak sengaja." Rintihnya dengan sorot penuh ketakutan. Perempuan yang di sebutnya sebagai ibu, tak akan luluh dengan ucapannya. Ia justru menarik tangan Jisung keluar dari sana dengan paksa.

"Ampun ibu, Jisung gak akan nakal lagi. Ibu maafin Jisung." Hyunjin yang berhasil menarik Jisung keluar kini memeluk tubuh yang memang masih lemah itu. Pun dari sudut maniknya mengalir bening tanpa paksa.

"Sshtt.. ini gue Hyunjin, Jisung. Ibu lo gak disini. Gak ada yang bakal nyakitin lo lagi." Bisiknya di telinga Jisung. Jisung masih mengucapkan kata yang sama, dan memberontak agar sang ibu yang ada dalam ingatan kelam yang tiba-tiba muncul tak berhasil menghukumnya.

Sebab kalutnya, Hyunjin mengusap punggung Jisung sembari membisikkan kata seolah ikut dalam khayalnya, "Jisung jangan takut, ibu gak akan hukum Jisung." Pun Hyunjin membubuhi kecup lembut pada kepala Jisung.

Barulah beberapa saat kemudian Jisung tak lagi memberontak dalam peluknya. Lelaki itu lebih tenang dan mulai membalas pelukannya. Kali ini ia mencengkram baju Hyunjin cukup erat.

"Maaf, maaf lo harus liat gue sakit kayak gini." Hyunjin sedikit melonggarkan pelukannya untuk melihat wajah Jisung. Mengusap wajah yang akhirnya kembali pada nyata.

"Kita obatin luka lo, ya?" Jisung mengangguk pelan. Membuat Hyunjin tersenyum, sebelum akhirnya mengangkat tubuh Jisung dan membawanya keluar dari dapur.

Setibanya di kamar, Hyunjin membaqa Jisung dengan hati-hati ke atas ranjang. Ia bergegas mengambil kotak p3k untuk mengobati Jisung.

"Gue buka ya." Jisung mengangguk pasrah, membiarkan Hyunjin membuka pakaiannya yang terkena darah dari lukanya. Dengan telaten Hyunjin merawat luka Jisung hingga mengganti balutan untuk menutupinya. Hingga membuat Jisung lagi-lagi menangis dalam diamnya.

"Hyunjin, makasih udah ngerawat gue." Ucap Jisung setelah Hyunjin selesai memakaikannya pakaian baru.

"Makan dulu ya, biar lo bisa minum obat dan istirahat." Jisung hanya bisa menganggukkan kepalanya tanpa protes. Membiarkan lelaki itu benar-benar merawatnya seperti ketika di rumah sakit tempo hari.

Selesai menghabiskan semangkuk bubur, Jisung segera meminum obatnya. Setelahnya, Hyunjin menyodorkan segelas susu padanya.

"Minum, biar lo makin cepet pulihnya." Jisung memandang heran pada Hyunjin, namun tetap mengambil gelas yang disodorkan padanya. Begitu meminumnya, Jisung hampir memuntahkan susu tersebut sebab rasanya berbeda dengan susu yang terkadang ia minum. Namun melihat wajah Hyunjin, ia menahannya dan segera menghabiskan susu tersebut.

Setelah itu Hyunjin membawa baki tempat makanan dan obat Jisung menuju dapur. Sedang Jisung yang memandangi punggung lelaki itu tersenyum penuh haru.

Beruntung memiliki Hyunjin disisinya, pikir Jisung.

Sekembalinya Hyunjin dari dapur, ia melihat Jisung yang telah memejamkan matanya. Mungkin lelah setelah trauma yang ia alami tadi. Ia menghampiri Jisung untuk merapikan selimut yang menutupi lelaki itu. Kemudian keluar dari kamar itu untuk membereskan hal lainnya.

Saat akan mengambil tas, Hyunjin menemukan artikel dari hadiah yang Jisung terima tadi. Ia meremas artikel tersebut dan menggeram marah. Kali ini, tanpa persetujuan Jisung pun ia akan mencari sumber masalah untuk lelaki itu.

EXCHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang