05.

1.4K 262 36
                                    

Sudah setengah jam gue duduk di teras--menunggu kedatangan Seulgi. Hari ini gue dan dia akan berangkat ke sekolah bersama. Hanya gue dan Seulgi, Irene enggak karena si doi selalu diantar jemput dengan sopir Ayahnya. Enak banget ya orang kaya, kemana-mana makenya sopir.

Ini pun juga karena kebetulan sih. Jaemin yang memiliki perubahan jadwal olahraga pagi yang harusnya besok dipercepat hari ini membuat cowok itu enggak menerima tebengan. Biasanya kalau begini selalu ada mbak sebagai solusi namun pagi buta tadi mbak sudah pergi ke kantor. Katanya ada rapat penting. Gue yang sempat sebal karena merasa seperti terlupakan mendadak happy ketika sebuah pesan masuk.

🐕
Jis, gue pinjem atlas lo ya besok gue ambil kerumah sekalian berangkat ke sekolah

🐕
Berangkat bareng gue yu, nanti pulangnya langsung cus ke mall

Selayaknya ibu peri penolong. Tanpa ba-bi-bu gue langsung mengiyakan. Lumayan pulangnya bisa main-main dulu ke mall. Cuci mata, biasanya kan di mall banyak orang gAnTenG.

Seperti chat kami kemarin malam. Gue sengaja bersiap-siap lebih awal. Seulgi itu benci menunggu karena bila iya, cewek tersebut akan mengomel panjang×lebar kaya rumus cinta gue ke dia. Aseeeeeg.

Iya dia benci menunggu tapi doyan buat orang menunggu. Terbukti dari gue yang udah lecek macam cucian yang belum disetrika dan sampai saat ini si yang bersangkutan belum datang juga.

"Sekali doggie emang tetap doggie" batin gue mengumpati Seulgi.

Dan tepat sekali. Sekon setelah gue melontarkan umpatan dalam batin, suara deru motor terdengar dan disusul dengan sebuah teriakan.

"JISOO MAEN COWOK YUK" biadab sekali ya lo Gi:)

Untung ya tetangga gue udah hapal banget dengan kelakuan temen-temen kalau dateng ke rumah. Jadi bisa di maklumi.

Gue berdiri, meraih ransel pink untuk gue sampirkan di pundak. Kemudian masuk kembali ke dalam untuk berpamitan pada Bunda. Anaq yang berbakti banget emang gue.

"Udah bawa atlasnya kan?" tanya Seulgi saat gue sampai disamping motor maticnya.

"Udah" gue naik ke atas jok penumpang setelah memakai helm milik Bunda.

Seulgi melirik spion, "Siap beb?" tanya dia kembali yang hanya gue balas anggukan.

Seulgi mulai menjalankan motornya. Melewati hiruk pikuk jalanan ibu kota yang supeerr dupeeeer padat.

Diperjalanan kami enggak diam-diam bae. Selalu ada obrolan diantara kami berdua jika sedang bersama.

"Gue tuh rada kesel sama Pak Taeyang, seenak jidat aja gitu nyuruh bawa ini- bawa itu"

Gue memajukan sedikit kepala gue agar dapat mendengar lebih jelas suara Seulgi yang sedikit teredam angin jalanan "Yang sabar ya Gi, untung sih gue enggak diajar sama dia. Bu Sooyoung walaupun galak tapi gak suka ribet orangnya" syukur gue.

Gue dan Seulgi beda kelas. Gue IPS 2 dia IPS 5, maka dari perbedaan yang cukup jauh itu guru pengajar kami pada setiap mapel pun ikut berbeda. Untuk mapel Geo Bu Sooyoung yang bertugas mengajar dimulai dari kelas IPS 1-3 sedangkan sisanya diambil alih oleh Pak Taeyang yang terkenal sangat bossy.

"Dih"

"Ohiya sampe lupa. Itu soal Irene gimana cuk? bener ga sih? rame banget temen kelas gue yang nanya-nanya. Gue berasa gagal jadi sahabat tauk yang pelanga-pelongo karena bingung mesti jawab apa!"

Gue menghembuskan nafas.

Kemarin malam sempat membahas ini dengan mbak dan Jaemin dan hari ini pun juga?!. Sudah gila memang dunia.

Crazy Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang