02.

1.9K 271 64
                                    

Dari parkiran gue langsung menuju ruang kelas XII IPS 2--kelas gue berada. Tadi menuju sekolah gue dibonceng oleh adek gue. Aneh gak tuh, gue kakaknya tapi justru yang nge-bonceng adek gue?. Dari tiga bersaudara, gue, mbak dan adek memang hanya gue yang memiliki tipe wajah baby face ala idol korea. Umur mbak dengan gue itu selisih lima tahun sedangkan gue dengan adek cuma dua tahun. Gue kelas 12 dan otomatis adek gue kelas 10. Kami berdua bersekolah ditempat yang sama atas keputusan Bunda yang seringkali khawatir dengan gue.

Kata Bunda, "Biar ada yang jagain kakak" padahal mah sama aja rugi kalau yang ditugaskan menjaga adalah adek gue yang umurnya jelas lebih muda. Tapi gue fine-fine aja, memang bener kata Bunda. Semenjak adek masuk SMA, disekolah gue berasa aman. Entah deh kenapa, yang jelas parno gue mengenai 'pembullyan' hilang.

Gue berjalan menyusuri lorong utama dimana berhadap langsung dengan lapangan tengah. Kondisi lapangan cukup ramai, beberapa murid memilih untuk berdiam diri sembari bercanda atau mengobrol disana. Adapun beberapa memilih untuk bermain basket. Parah gak tuh main basket sepagi ini. Memang anak-anak SMA Mentari itu pada aneh-aneh.

Dari yang memilih untuk bermain basket, semuanya gue kenali. Karena 100% dari mereka berada dalam satu ekstrakulikuler yang sama dengan gue. Yakni basket. Walau punya tubuh yang terbilang cukup pendek untuk ukuran pemain basket, jangan salah gini-gini gue masuk kedalam team inti basket putri SMA Mentari. Bahkan, gue dipercayai oleh coach untuk menjadi kapten team. Kurang hebat apa coba gue?😎.

Gue memutuskan untuk singgah sebentar, berdiri dipinggir lapangan sembari menontoni permainan basket mereka. Tangan gue dekap depan dada dengan atensi yang fokus pada permainan.

"Ah gimana sih lo, Ming. Gitu aja pake gagal masukin segala" gerutu gue ketika melihat salah satu pemain Mingyu namanya, gagal memasukan bola kedalam ring. Kalau pemain handal tuh begitu, melihat bola yang gagal masuk oleh orang lain aja suka sebel.

Si empu nama menoleh dan agak terkejut mendapati gue yang tiba-tiba saja berdiri diluar lapangan. Gue lihat dia menggaruk tengkuknya yang entah gatal atau enggak lantas menyengir.

"Hehe" sembari mempamerkan deretan giginya. Iya deh yang giginya putih kinclong, gausah dipamerin segala bisa kok.

Sebarengan dengan gerutuan gue, permainan terjeda. Beberapa pemain menoleh untuk menjadikan gue sebagai pusat perhatian, duh gue jadi malu nih☺️. Pun enggak hanya para pemain doang melainkan juga pada murid-murid yang berada ditempat itu.

Astaga jadi gini rasanya jadi pusat perhatian, please gue suka banget!.

Cowok dengan tinggi yang paling mendominasi diantara yang lain melemparkan bola oranye di genggamannya kepada gue. Yang reflek gue tangkap dengan cekatan.

"Skuy lah main" ajaknya.

Gue menggeleng tanpa berpikir panjang. Enggak mau mengambil risiko berkeringat dipagi hari gini. Jam pulang masih tujuh jam lagi ya kalik selama itu gue membiarkan tubuh gue terpenuhi air keringat yang otomatis membuat kecantikan gue berkurang. Udah manaan muka apa adanya banget, ditambah kena cucuran keringat. Bisa-bisa jadi gak ada apa-apanya muka gue. Yang ada cowok justru semakin menghindarkan gue karena jyjyk.

Enggak gue gamau hal itu terjadi.

Wajah kecewa dari pemain nampak tercetak jelas seiring dengan gelengan kepala gue. Bodo amat aja deh, demi kebaikan gue juga.

Wajar sih mereka kecewa, karena walau berjenis kelamin perempuan gue tuh termasuk yang netral banget. Asik sama kalangan manapun apalagi kalau menyangkut basket. Beuh, jiwa perempuan gue seketika musnah.

Biasanya orang mewanti-wanti untuk menjadikan putra dan putri dalam satu permainan basket, karena seperti yang kalian ketahui permainan basket cowok itu sedikit kasar. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk gue.

Crazy Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang