12.

1K 206 52
                                    

Makasih byk yang udah komentar dichapter sebelumnya💗 sama seperti kemarin, 50 komentar untuk mendapatkan update selanjutnya

Sampai dirumah gue langsung menuju kamar. Mengambil handuk kemudian membersihkan diri sebelum adzan maghrib tiba.

Sekarang udah pukul delapan malam. Dan gue yang lagi asik rebahan ini sibuk memainkan ponsel. Sekedar menimbrung di grup chat kelas ataupun grup gadanta yang gue, Seulgi dan Irene buat semasa SMP dulu.

Ohiya, sekilas cerita tentang persahabatan gue dengan mereka berdua yang bermula sewaktu masa pengenalan lingkungan SMP, tiga tahun yang lalu.

Gue yang terkenal polos---jangan kaget, takdir itu ajaib. Mereka bisa mengubah insan manapun dalam waktu sekejap, jadi jangan main-main sama yang namanya takdir. Termasuk gue yang semula hanyalah cewek polos, gampang dibegoin oleh orang lain dalam sekejap berubah menjadi sosok yang keras.

---kala itu acapkali menjadi tumbal para kakak osis. Bukan tanpa alasan, semua itu terjadi karena ulah ketua osis yang sialnya adalah kakak sepupu gue, Ajin. Apapun topiknya, nama gue gak lepas dari obrolan mereka.

Si Ajin mah cuma haha hihi doang. Gak tahu aja kalau gue merasa sangsi dijadikan bahan obrolan mereka yang notabenenya senior gue.

Seminggu masa pengenalan berlangsung dan selama itu juga gue merasa terganggu dengan ulah para teman-teman laknat Ajin, yang kini menjadi teman gue juga.

Beberapa dari mereka ada yang menjadi alumni senior SMA gue. Seperti Ramos, Johnny, juga Calvin.

Di hari terakhir masa pengenalan, singkat aja mpls, beberapa murid secara random dipaksa maju keatas panggung untuk sekedar unjuk gigi. Disanalah gue bertemu manusia berwujud Seulgi dan Irene.

Well, sepertinya saat itu adalah hari tersial kami bertiga. Karena diantara sekian banyak murid, kamilah yang ditunjuk oleh senior.

Masih teringat jelas dimemori gue, gimana paniknya kami. Lebih tepatnya gue dan Seulgi. Untuk Irene, tuh anak mau dalam keadaan gimanapun tetap bakalan lempeng-lempeng doang.

"Ayo siapa yang mau duluan unjuk gigi?" unjuk gigi=unjuk bakat.

Gue merasakan sebuah dorongan dipundak gue. Dan pelakunya adalah Seulgi.

"Kamu aja" ujar gue pada waktu itu.

Seulgi menghela nafas, kemudian maju satu langkah. Membuat gue berdecak kagum. Gila nih anak berani banget. Batin gue.

Eh tau-taunya sama aja.

"Lo duluan deh, nanti setelah lo baru gue" begitu kalimat yang Seulgi tujukan pada Irene.

Bangsat sekali manusia satu itu.

Irene jelas menolak. Lempeng-lempeng gitu, gue yakin seribu yakin kalau dia lagi sama dag-dig-dug ser nya kayak gue dan Seulgi.

Ya wajar lah. Wong jadi tontonan anak satu sekolah.

Sekali lagi.

Satu sekolah.

Disaat kami saling merayu satu sama lain untuk terlebih dahulu melakukan aksi dipanggung. Tiba-tiba aja suara Ajin menyela. Si kakak sepupu kurang ajar gue itu memberikan penawaran yang katanya bisa mempersingkat waktu.

Yaelah kalau mau mempersingkat mah mending kagak usah sekalian. Repotin gue aja lo jin tomang.

"Udah kalian bertiga aja langsung biar gak makan banyak waktu. Terserah deh mau nyanyi, dance, atau guling-guling doang dipanggung juga gapapa"

Opsi terakhirnya enggak banget.

"Lo berdua bisa nyanyi?" Seulgi menatap harap pada gue dan Irene.

Crazy Over YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang