7

610 84 25
                                    

"Miguel Hansfiran" ucap Bu Nia lalu menoleh pada Hans yang berdiri di depan mejanya

"Eskul futsal tapi gak pernah ikut lomba, padahal potensi kamu lumayan, ikut olimpiade akhir akhir ini juga jarang, udah males ngasih wajah buat sekolah kamu?!" Tanya Bu Nia tegas

"Permisi" ucap seseorang sambil mengetuk pintu

"Nahh...masuk nak masuk" ucap Bu Nia dan lemah tersebut mengangguk

"Fiel Rafasya kan?" Tanya Bu Nia memastikan dan asya yang berfirasat buruk akhirnya mengangguk ragu

"Nama panggilan kalian apa?" Tanya Bu Nia pada dua anak remaja di depannya

"Hans" ucap Hans malas

"Asya" ucap asya menghela nafas

"Nah...karena kalian yang ibu pilih, mohon kerja samanya untuk ikut berpartisipasi dalam program Golden Day " ucap Bu Nia menatap kedua  remaja tersebut

"Bu saya gak bisa" ucap asya tegas

"Ada masalah?" Ucap Bu Nia pada asya heran

"Acara keluarga" ucap asya malas dan Bu Nia ketawa

"Kamu kebiasaan bohong? Udah jadi hobi?" Ucap Bu Nia membuat asya memutar bolanya malas

"Nyuruh ikut biar menang kan? Kalo pesertanya sama sekali gak ada niatan gak bakal menang" ucap Hans  melihat guru barunya di depan lalu meninggalkan ruangan

"Permisi" pamit asya lalu ikut keluar ruangan

"Anjir.....gue kalah sama murid?"gumam Bu Nia

-------------


Bruk

"Mata Lo minus yakk bab..."ucapan asya terpotong saat mendongak

"Sorry sya gue gak sengaja serius" ucap Dario dan asya mendengus

"Lain kali hati hati, mata di pakek" ucap asya lalu bergegas pergi namun tangannya di cekal oleh Dario

"Ada masalah apasih sya? Cerita sama gue sini..." Ucap Dario lalu duduk duluan di kursi salah satu depan kelas dan menepuk sisi kursi agar asya duduk

"Golden day" ucap asya dan Dario menyeringit

"Ikut golden day?"tebak Dario membuat asya menoleh

"Di suruh, guenya gak mau" ucap asya dan Dario menghela nafas

"Kata Lo mau jadi Dosen, Dosen itu pengetahuanya harus luas loh sya" bujuk Dario pada asya

"Yaudah, gue gak mau jadi Dosen berarti, masih banyak profesi lain" ucap asya membuat Dario terbelalak

"Gak bisa gitu lah" ucap Dario

"Bisa lah, kan guenya yang punya badan" ucap Asya dan Dario menatapnya malas

"Golden day itu 5 tahun sekali sya, gak semua jagoan jurusan atau kelas gue bisa ikut" ucap Dario masih ingin membujuk Asya

"Lo mau ikut?yaudah...gantiin gue aja" ucap Asya masih keras kepala

"Lo sendiri bilang kalo anak IPS itu peduli, lah Lo? Peduli sama sekolah aja enggak , kalo Lo peduli bakal tuh Lo ikut Golden Day" ucap Dario

"Besok besok gak usah belajar sosiologi atau pelajaran lainnya yang masih menyangkut sosial, soalnya dalam diri Lo gak ada sama sekali kayaknya sosial" ucap Dario mengusap rambut panjang Asya lalu meninggalkan Asya sendirian

Seakan baru ngeh akhirnya Asya berteriak
"DARIO Lo BANGSAT BANGET ANJIP" teriak Asya kasar lalu menoleh ke samping karena merasa di lihat ternyata dia di lihat oleh guru, dengan canggung Asya memilih untuk menyapa guru yang sedang menulis di papan tulis tersebut

"Hai Bu" lambai Asya lalu meninggalkan tempat dengan tampang tanpa dosa

"Please don't break my heart, i'm delecies.."gumam asya menyusuri lorong kelas sambil bergumam bernyanyi

"I'am broken, i'm broken my heart" gumam asya usai di ambang pintu kelas namun tak urung masuk

"Rafasya...kenapa di depan pintu?  Cepat Masuk...."teriak guru di kelas asya membuat asya menoleh

"Asya di panggil sama kepala sekolah buk, dadah Bu...."ucap asya tidak jadi melangkah dan langsung berlari menuju lapangan basket yang membuat ia tidak jadi masuk kelas

"Tumben ada bola siang siang di lapangan?"gumam asya lalu mendekati bola tersebut dengan niatan ingin memainkannya

Poor

"Panas nih tangan" gumam asya bangga dan ingin melempar kembali namun gagal karena suara seseorang mengejutkan

"Etika Lo miris, main bukan apa yang harus Lo mainin" ucap orang tersebut menatap datar asya sekilas lalu mengambil bola tersebut

"Bukan salah gue lah, bolanya sendirian di lapangan, songong Lo" ucap asya tersenyum remeh

"Lebih songongan mana? Sama salah satu jagoan tapi semena mena, sekolah punya bokap Lo?!!" Lirik orang itu sinis

"Mengatakan kejelekan orang itu adalah ketidak mampuan" ucap orang lain tiba tiba menghampiri kedua orang tersebut yang berselisih di lapangan basket

"Ckckck ini yang namanya jagoan jurusan? Cocok emang tampang sok penguasa "ucap Rafkan melihat keduanya

"Urusan kita belum selesai, cupu lapangan" ucap Rafkan menunjuk Hans yang lebih tinggi darinya

Rafkan Prada, ketua futsal yang notabennya musuh bebuyutan Hans, ralat...di kehormatan bukan Rafkan doank yang gak suka sama Hans, melainkan banyak...cuma Rafkan yang punya jabatan sebagai ketua doank yang berani terang terangan ngibarin bendera perang pada Hans.

Sepeninggalan Rafkan

"Gue gak butuh Lo tolongin" ucap asya menatap tajam Hans

"Gausah geer, gue ikut campur karena dia bawa nama jurusan" ucap Hans lalu duduk di Tribun sambil memejamkan mata

"Udah ketebak, gak mungkin Lo bantuin rival" ucap adu membuat Hans membuka matanya menatap asya  malas

"Lo bukan rival gue" tekan Hans lalu bergegas pergi dengan santai

"Gue bukan rival dia?" Gumam asya linglung

"Bangke, gue di mainin, fuck man" ucap asya menatap tajam Hans yang sudah jauh dari pandangan mata dirinya








Penguasa Jurusan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang