24

253 30 0
                                    

"Tepatnya di kelas ITL kehormatan yang di gunain salah satu program yang berlangsung" lanjut Hans membuat Asya menyeringit

"Kenapa harus kelas ITL? Maksud gue bukan ruangan lain?" Ujar Asya heran

"Waktu ujian  kenaikan kelas gue nemuin  pensil 2A di lengkapi mekanis teoritas memori di meja itu, mungkin punya salah satu anak kelas ITL" ujar Hans

"Memori itu mungkin cocok untuk pemetaan peta yang Lo dapetin di perpus" ujar Hans lagi

"Jadi menurut Lo pensil 2A yang Lo maksud berhubungan dengan tujuan kita?" Tanya Asya menyimpulkan dan Hans kali ini mengangguk

"Mungkin itu punya Dario? Dia di sini terlibat setahu gue" ujar Asya membuat Hans bingung

"Dario?" Tanya Hans dan Asya mengangguk

"Sebelum gue ke kamar gue nemuin Dario yang manggil gue pakek batu kecil dan dia bilang tentang Lo yang hilang, dia ngaku ngikutin Lo dan gue di bawa dia untuk nemuin Lo" ujar Asya menceritakan

"dia sempet tanya apa yang gue sembunyiin dari dia dan gue bilang Lo gak harus tahu, singkat cerita di tempat yang dia bilang terakhir ngikutin Lo dia mau bius gue tapi gak bisa karena gue lebih gesit dari tindakan dia" lanjutnya

"Gue tanya buat siapa dia lakuin itu dia gak mau jawab karena katanya gue bakal tahu sendiri, yang jelas gue gak tahu kalau temen selama ini bakal bikin gue kecewa mungkin gitu juga buat Dalbert atau Daneil" lanjut Asya menjelaskan

"Harus lebih hati-hati lagi, bukan cuma satu orang yang berbahaya di sini" ujar Hans dan Asya mengangguk membenarkan ucapan Hans

" Lo masih inget apa kata Bu Nia?" Tanya Hans membuat Asya bingung

Karena tidak ada jawaban Hans melanjutkan
"JANGAN TERTIPU DENGAN HAL KECIl" lanjut Hans

"Tapi gue mikir sebaliknya, jangan menganggap gak penting hal kecil" ujar Hans lalu menarik selimutnya setengah dengan sudah ada laptop di pangkuannya

"Lo tidur duluan mungkin Lo capek" ujar Hans membuat Asya terdiam

"Gue sempet ada penyadap" ujar Asya masih di dengarkan oleh Hans walaupun tidak menoleh pada Asya

"Tapi itu udah gak ada, gue rasa kita harus cek kamar ini" ujar Asya membuat Hans menoleh

"Lo cek satu-satu dan gue lacak gunain penyadap gue sendiri buat nemuin perangkat lain ada di sini atau gak" ujar Hans dan Asya mengangguk lalu mulai mencari

"Atas lemari" ujar Hans dengan sigap Asya langsung berjinjit dan yahh di temukan

"Obrolan kita berarti?" Tanya Asya melotot

"Matiin dulu" instruksi Hans dengan cepat Asya matikan

"Bawa sini" ujar Hans lagi-lagi Asya menuruti

"Gue bakal coba untuk di mana file penyadapan ini dan gue hapus kalau bisa" ujar Hans membuat Asya menghela nafas

"Kehati-hatian kita masih kurang" ujar Asya membuat Hans menyeringit

"Itu buat Lo bukan gue, tujuan dia itu Lo bukan gue" jawab Hans membuat Asya melongo tak percaya!!!!

Ingetin Asya bahwa Hans ini paling egois di antara manusia!!

-----------

    Seorang perempuan berambut sebahu yang sedari tadi buat Asya heran membuat Asya mengikuti hingga di pintu masuk ruangan.Mata Asya yang merasa ada yang salah membuktikan seseorang entah siapa mengamati dirinya sedari lomba.Setelah gilirannya usai, Asya dengan cepat mencari keberadaan dengan jejak jalan yang cepat orang tersebut lakukan. Namun, waktu dan keberuntungan tidak berpihak padanya, ia kalah telak saat mengikuti orang tersebut.

"Siapa yang tadi masuk sini?" Gumam Asya

"Apa orang tadi?" Gimana Asya masih bingung

"Nak cari siapa?" Tepuk seseorang pada Asya membuat Asya kaget dan berbalik

"Astaga" ceplos Asya kaget lalu menghela nafas

"Nyari temen saya pak, saya kira masuk sini habisnya saya cari gak ketemu" beralasan Asya membuat laki-laki penjaga yang lumayan berumur tersebut menyeringit tapi akhirnya mengangguk

"Coba di telfon aja nak" saran Laki-laki paruh tersebut

"Iya makasih" ujar Asya lalu berjalan meninggalkan bapak penjaga tersebut

"Sya" panggil seseorang membuat Asya yang main handphone di lorong mendongak

"Bu Nia nyariin Lo" pesan Dalbert yang udah di depan Asya

"Bu Nia?" Heran Asya dan Dalbert mengangguk

"Di mana?" Tanya Asya

"Di kantor gedung sebelah" ujar Dalbert

"Nanti gue samperin Bu Nia, makasi Bert" ujar Asya menanggapi lalu bergegas pergi meninggalkan Dalbert yang bingung karena raut wajah Asya yang aneh?

"Sya" panggil Dalbert saat Asya udah beberapa meter jauhnya tapi masih terdengar oleh Asya membuat si punya nama menoleh ke belakang dengan mengangkat sebelah alisnya

"Dario suka sama Lo" ujar Dalbert

"Dia gak ikut program hukum karena kalau di lanjutin bakal ke Australia, dia gak mau ninggalin lo Sya" ungkap Dalbert pada Asya yang sudah menoleh padanya

"Kalau Lo sama sekali gak ada perasaan sama Dario, lo masih bisa sahabatan kayak biasanya?" Tanya Dalbert masih tidak ada sahutan

"Kalau sahabat Lo buat kecewa, apa wajib jadi sahabat lagi?" Tanya balik Asya

"Suka jangan jadikan persahabatan retak, tapi kecewa? Yakin Lo masih kayak biasanya kalau Lo di kecewain sama orang yang udah Lo anggap SAHABAT?!" tanya Asya dengan amarahnya

"Gue rasa lo harus tahu lebih  dulu daripada ngomong ke gue langsung, gak ada gunanya Bert" lanjut Asya lalu melanjutkan jalannya meninggalkan Dalbert mencerna perkataannya

"Gak ada yang sempurna, kelemahan gue itu masih sama, yaitu rasa" gumam Asya menggeleng masih berjalan

----------


"Udah selesai Lo lakuin?"






Penguasa Jurusan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang