10. Maybe Tomorrow

1.2K 211 14
                                    

Vote dulu yuks sebelum baca
.
.

Jisoo benar-benar dibuat kalang kabut  oleh Chaeyoung semalaman. Adiknya itu kedinginan belum lagi sesekali Chaeyoung memuntahkan isi perutnya yang hanya sedikit terisi.

Bahkan Chaeyoung menangis, mengeluh kepalanya sangat sakit. Jisoo sangat benci pada dirinya sendiri karna melihat adiknya itu begitu tersiksa tanpa ia bisa mengurangi rasa sakit yang diderita Chaeyoung.

Jika saja bisa, ia ingin menggantikan posisi adiknya itu.

Jisoo juga merasa hatinya tengah iris-iris, ketika pelukan yang selama ini ampuh untuk membuat Chaeyoung merasa nyaman dan aman, hal itu tak bekerja tadi malam.

.
.

Meski belum sembuh total, setidaknya pagi ini keadaan Chaeyoung lebih baik sedikit dari pada saat malam tadi.

Matanya masih sangat berat ketika ia coba paksakan untuk membukanya.

"Kau sudah merasa baikan?" Jisoo datang tepat ketika Chaeyoung mencoba duduk dan bersandar di dashboard ranjangnya.

"Aku rasa." Chaeyouny menjawab dengan suaranya yang serak.

Jisoo mendekat setelah meletakkan nampan yang berisi makanan serta obat untuk adiknya itu di nakas.

"Syukurlah, demam juga sudah lumayan turun."

Chaeyoung mengikuti ke arah lengan kakaknya itu bergerak sampai ke lehernya, dan terkejut ketika mendapati bajunya bukan baju yang ia kenakan terakhir kalinya.

"Bajuku?"

"Kau sempat muntah dan itu menganai bajumu jadi aku menggantinya agar kau lebih nyaman."

Chaeyoung menengang ditempatnya, buru-buru ia mengangkat bajunya, seketika ia mendesah lega ketika pakaian dalamnya masih sama.

"Terima kasih, Unnie. Kau pasti kerepotan merawatku."

"Memang sudah tugasku menjaga dan merawatmu, sekarang makanlah aku sudah membuatkanmu bubur."

Sebelum mengambil makanan yang terletkan di nakas, Jisoo terlebih dahulu membenahi rambut adiknya itu yang sedikit berantakan.

Chaeyoung menghetikan gerakan tangan Jisoo yang akan memasukkan suapan buburnya, ia merasa perutnya sudah tidak sanggup lagi diberi makanan.

"Aku sudah kenyang." Chaeyoung berujar, membuat Jisoo mau tak mau menurti kemauan adiknya itu.

"Kalau begitu makan obatmu, setelahnya kau bisa istirahat lagi." Adiknya itu mengangguk patuh, menelan beberapa butir obat yang memang sudah tersedia.

Setelah Chaeyoung benar-benar menelan obatnya dan berbaring kembali, Jisoo beranjak pergi dari kamar cerah Chaeyoung.

.
.

Jennie bekerja seperti biasanya. Disini ia hanya dapat jatah libur pada hari minggu, yang biasanya ia gunakan menghabiskan waktu dengan Lisa.

Namun hari ini ia tampak begitu gugup.

Di kepalanya terus berputar mengenai makan malam yang dibicarakan oleh Jisoo semalam.

Ia takut akan mengacaunya. Lagi pula dia belum memberi tahu Lisa.

"Jennie-ya ada yang mengganggu pikiranmu?" Irene menyentak kesadaran Jennie, atasannya terlihat begitu khawatir nelihatnya.

"Tidak ada apa-apa, maaf aku tidak fokus." Jennie membungkuk, lalu buru-buru melanjutkan perkerjaannya yang tertunda.

Irene tersenyum tipis melihat tingkah Jennie.

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang