1. Pertemuan

5.4K 318 1
                                    

Vote dulu skuy
.
.

Chaeyoung mengikat tali sepatunya dengan kuat. Setelah selesai ia segera mengambil tasnya yang ia letakkan begitu saja di lantai.

"Ingin Unnie antarkan hari ini?" Chaeyoung menoleh pada sumber suara, mendapati Jisoo -kakaknya- yang berdiri di pintu masuk rumah mereka.

"Tidak perlu Unnie, aku bisa naik sepeda kesana. Lagi pula Unnie baru pulang, istirahat saja." Sebuah keajaiban sebenarnya bagi Chaeyoung mendapati kakaknya tersebut sudah berada di rumah sebelum matahari tenggelam.

"Bagaimana jika Unnie jemput?"

"Yaak, aku kan naik sepeda, mau dibuat dimana sepedaku jika Unnie menjemputku?"

"Aku bercanda, kau ini mudah sekali marah-marah padahal masih anak-anak." Jisoo mendekati adiknya itu, tak lupa mencubit gemas pipi adiknya yang berisi itu.

"Baiklah hati-hati di jalan, jangan pulang terlalu lama."

Chaeyoung mengangguk patuh dengan senyum lebarnya. "Aku pergi dulu." Meski tidak setiap hari setidaknya dalam seminggu Chaeyoung pasti akan pergi kesana, entah karna mood yang jelek atau hanya sekedar ingin merasakan hangat matahari dikala sore.

Tidak, sebenarnya karna ia hanya punya sekali seminggu waktu untuk keluar rumah.

Jisoo menunggu sampai Chaeyoung benar-benar hilang dibalik pagar rumahnya. Setelahnya dia masuk untuk merehatkan badannya.

.
.

Lisa tak menanggapi orang-orang yang masih sempat-sempatnya mencemooh dirinya sebelum mereka berlalu dengan kendaraan mewah mereka.

Lisa hanya diam, sudah terbiasa dengan kata-kata pedas dari murid-murid di sekolah tempat ia menimba ilmu sekarang. Hal tersebut adalah makanan sehari-harinya.

Lisa tak ingin ambil hati apa lagi membalas perlakuan mereka, bisa-bisa nanti akan berujung perkelahian dan beasiswanya yang tak penuh itu terancam dicabut jika itu terjadi.

"Hidup memang tak pernah adil Lisa-ya, jadi bertahanlan demi dirimu sendiri dan Jennie Unnie." Gumamnya pelan diiringi langkahnya yang meninggalkan gedung sekolahnya yang mulai sepi.

Melihat cuaca yang cukup cerah, membuat Lisa tersenyum. Hari yang baik adalah hari yang cerah bagi Lisa.

"Aku pulang." Meski jarang mendapat jawaban, Lisa tetap melakukan itu.

Hidup berdua dengan Unnie-nya menurut Lisa tidaklah pernah buruk, justru ia merasa beruntung memiliki kakak yang sangat menyangi dirinya, melakukan apa saja untuk membuat dirinya bahagia. Definisi kakak yang sempurna bagi Lisa.

Maka dari itu Lisa berusaha mungkin untuk selalu mendapatkan beasiswa selama sekolah. Tak ingin Unnie-nya itu memikul beban yang lebih berat.

.
.

Setelah berganti baju, Lisa mengambil kamera pemberian Jennie dihari ulang tahunnya beberapa waktu yang lalu. Jennie tau kemampuan adiknya itu dalam memotret suatu objek yang dimana hasilnya selalu bagus. Maka dari itu Jennie ingin Lisa selalu menyimpan hal-hal yang menurut Lisa perlu diabadikan dalam kameranya.

Karna hari ini cerah dan biasanya lukisan langit dikala senja menyapa selalu indah untuk diabadikan. Lantas gadis yang selalu menutupi keningnya dengan poni itu memutuskan pergi ke taman yang memiliki danau buatan yang cukup luas.

"Seorang gadis dengan latar danau serta dedaunan yang kering disekelilingnya, perpaduan yang sempurna. Maaf jika aku mengambil fotomu diam-diam." Monolog Lisa yang tanpa ragu menekan tombol shutter di kameranya.

Lisa tersenyum puas dengan hasilnya, lantas mulai mencari objek baru lagi yang bisa ia foto.

.
.

Chaeyoung menatap sebuah gambar yang baru saja ia selesaikan. Cukup puas dengan gambarannya kali ini.

"A gift to Jisoo Unnie." Chaeyoung tersenyum simpul, padahal niatnya kemari tadi hanyalah untuk menikmati hangatnya langit sore bukan untuk menggambar.

Tak sadar kegiatan menggambarnya menghabiskan waktu cukup lama sampai hari juga sudah mulai meredup.

Setelah melihat jam di pergelangan tangannya, Chaeyoung memutuskan untuk pulang. Membersihkan celananya dari tanah maupun dedaunan yang kering menempel karna tadi ia hanya asal duduk didekat pinggir danau.

Belum sampai pada tempat ia memarkirkan sepedanya, Chaeyoung menghentikan langkah kakinya ketika melihat seorang anak yang tampak kebingungan seorang diri di tengah keramaian seperti ini.

Chaeyoung iba, bagaimanapun ia tau bagaimana rasanya diposisi anak itu. Segera Chaeyoung menghampiri anak itu.

"Hai adik kecil." Chaeyoung mensejajarkan dirinya dengan anak itu, tersenyum lembut karna tak ingin anak itu ketakutan.

"Gwenchana, Unnie disini untuk menolongmu."

Anak itu justru semakin menunjukkan mimik mukanya yang akan menangis, air matanya bahkan sudah siap untuk terjun.

"Kemarilah, jangan takut. Aku akan membantumu untuk kembali ke ibumu."

"Eomma.." Setelah mengatakan itu justru anak itu menangis kencang, sampai mengundang beberapa pasang mata kearah mereka.

Chaeyoung panik, ia mengira ini akan mudah. Chaeyoung tak pernah sebelumnya untuk menenangkan seseorang terlebih anak kecil sebenarnya, ia hanya berinisiatif tadi.

"Hey, tenanglah. Aku akan membantumu." Sebuah suara yang berasal dari sampingnya membuat Chaeyoung mendesah lega.

.
.

Chaeyoung mengulurkan tangannya pada gadis berponi yang telah membatunya tadi tak lupa dengan senyum cerahnya, "Terima kasih, tanpamu aku tidak tau harus bagaimana tadi."

"Tidak apa, melihat kau panik seperti tadi aku yakin jika kalian tidak saling kenal." Balas perempuan yang memiliki senyuman hangat secerah senja itu, yang segera juga menerima uluran tangan Chaeyoung.

"Aku Chaeyoung. Kau?"

"Aku Lisa."

.
.

Tbc

ARGH CHAESOO TADI GEMESIN BANGET IG LIVENYA

One More TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang