Vote dulu sebelum baca yuks
Putar medianya biar chilllllz
.
.Waktu sepertinya memang bekerja sama untuk mempertemukan dua gadis berparas cantik ini. Untuk kesekian kalikan mereka bertemu kembali, tentu saja dibenak mereka masing-masing berharap dapat bertemu kembali.
"Kau kelas berapa?" Chaeyoung bertanya penasaran, pasalnya ia baru melihat Lisa dengan seragam sekolahnya datang ke taman ini.
"Sebelas."
Chaeyoung hanya membalasnya dengan mulutnya yang membentuk O. Melipat kedua kakinya, ia kembali berkutat pada buku gambar dipangkuannya.
Lisa memperhatikan dengan seksama tangan Chaeyoung yang lihai menari di atas lembaran kertas putih miliknya.
"Hobbimu menggambar?"
"Mungkin salah satunya? Hobbi utamaku adalah bermain musik dan bernyanyi, kurasa."
Lisa bertepuk tangan, kagum.
"Sejak kapan?"
Chaeyoung menghentikan gerakan tangannya, menoleh pada Lisa sekilas lalu melanjutkan kembali kegiatannya. "Sejak sekolah dasar." Jawabnya kemudian.
Keduanya kembali terdiam. Lisa kembali memusatkan fokusnya pada Chaeyoung.
Tes
"Hujan!" Keduanya berteriak bersamaan.
Chaeyoung buru-buru menutup buku gambarnya, dibantu oleh Lisa megangkat tas milik Chaeyoung yang tergelatak di sampingnya.
Lisa menggengam tangan Chaeyoung, membawanya lari ke tempat perteduhan.
"Syukurlah bukumu tidak sampai basah."
"Terima kasih sudah membantu."
"Tidak masalah."
Baik Lisa maupun Chaeyoung dalam diam sama-sama menatap buliran air yang jatuh. Membiarkan tetesan hujan yang menjatuhi atap mendominasi indra pendengaran mereka.
"Chaeyoung.." Chaeyoung menoleh dan mendapati Lisa yang juga sedang menatapnya.
"Ingin bermain hujan?"
Senyum lebar milik Lisa, membuat Chaeyoung otomatis menganggukkan kepalanya.
Meletakkan tas mereka di sana begitu saja, keduanya lantas berpegang tangan erat.
Mereka berdua tertawa keras tatkala hujaman air mulai mengenai tubuh kurus keduanya. Keduanya bahagia, entah karna hujan atau beban yang mereka bawa kini hilang dibasuh air yang ikut menari bersama mereka.
"Aku ingin mengenalmu lebih jauh." Lisa berteriak ingin mengalahkan suara lebatnya hujan kini semakin deras.
"Tanyakan saja apa yang ingin kau tanyakan." Balas Chaeyoung tak kalah kencangnya. Lantas mereka berdua kembali tertawa berteriak saling bersahutan.
"Apa kau masih sekolah?"
"Ya. Aku sama sepertimu."
Lisa mendekat, mengambil tangan Chaeyoung untuk ia pegang.
"Kau bersekolah di mana?" Kini keduanya saling berpegangan.
"Di rumah."
Dengan saling berpegangan erat, keduanya mulai berputar dengan pelan.
"Kau homeschooling?"
Chaeyoung mengangguk, memejamkan matanya menikmati tetesan demi tetesan yang menghujam tubuhnya.
Lisa tak bertanya lagi, ia seperti menangkap ada kesedihan yang tiba-tiba menguap dari orang di depannya itu.
"Kau ingin melihatku menari?"
"Kau bisa menari?" Ada tatapan kagum dari Chaeyoung melihat Lisa yang kini berdiri tegak.
"Baiklah perlihatkan padaku! Aku juga sudah pusing berputar seperti ini."
Lisa tertawa kecil, ia mengagguk dan menyuruh Chaeyoung agar berdiri tak jauh darinya.
Dengan bertemankan suara hujan sebagai musiknya, Lisa perlahan menggerakkan tubuhnya. Memejamkan mata, Lisa mulai membawa dirinya menyatu dengan hujan.
.
.Jam kerja Jennie telah habis, namun karna hujan yang tiba-tiba datang membuatnya harus tertahan di depan toko orang lain.
Ia lupa kalau sekarang mulai memasuki musim penghujan.
Jennie rasanya ingin berlari saja agar cepat sampai di rumahnya. Lisa pasti sudah menunggunya di rumah sendirian, namun ia sadar tubuhnya tak sekuat orang lain yang bisa tahan lama terkena hujan.
"Bisakah hujan ini berhenti sebentar saja.. jika aku sudah sampai di rumah tak mengapa jika hujan lagi."
Jennie bergumam dengan padangan piasnya. Sepatunya telah basah terkena imbasan air hujan. Teras toko tempat ia berlindung tak terlalu cukup untuk mengahalau angin dan hujan yang cukup kuat.
"Hei Jennie."
Jennie terkejut bukan main ketika melihat atasannya kini tengah berdiri di sampingnya dengan sebuah payung yang berada di genggamannya.
"Mari pulang bersama. Hujannya kelihatan masih lama berhenti."
"U-uuh" Jennie tidak tau harus bereaksi seperti apa. Ini terlalu mengejutkan untuk dirinya.
"Cepatlah. Aku memaksamu."
Jennie diam saja ketika tangan atasannya itu menariknya tak lupa juga melindunginya dengan payungnya.
"Cepat masuk." Jennie lagi-lagi menurut memasuki mobil atasannya yang ternyata berada di jalan di depan toko ia berdiri tadi.
Jisoo ikut masuk bersama Jennie di belakang. Membiarkan supir Jisoo duduk sendiri di depan.
"Alamat rumahmu di mana?" Jisoo bertanya tanpa menoleh karna sibuk mengusap-usap bajunya yang terkena cipratan air hujan tadi.
Setelah menyebutkan alamat lengkapnya, perlahan mobil itu melaju membelah jalanan yang basah.
Jennie dan Jisoo keduanya terdiam. Jisoo juga tidak tau sebenarnya mengapa dirinya begitu memerhatikan Jennie.
Selama ini hidupunya dipenuhi kemewahan tanpa ia minta sejak kecil, Jisoo tak perlu pusing memikirkan biaya apapun dalam hidupnya. Materi hanyalah hal kecil dalam hidupnya.
Sejak bertemu Jennie, hati kecilnya bersimpati. Wajah lusuh Jennie saat itu menggerakkan hatinya, kesedihan yang terpancar dari mata Jennie membuat Jisoo tau ada beban besar yang ditanggung oleh Jennie yang beranjak dewasa saat itu. Hati kecil Jisoo berkata bahwa ia harus menolong gadis kecil lusuh tersebut.
"Nona, terima kasih." Sebuah tepukan halus membuat Jisoo kembali dari lamunannya. Jisoo bahkan sampai tak sadar jika ternyata mereka telah sampai di depan rumah Jennie.
"Ahh. Sebentar." Jisoo buru-buru menahan lengan Jennie yang akan membuka pintu mobilnya.
"Bawalah ini, dan makan bersama adikmu."
Jisoo menyerahkan paperbag yang sedari tergelatak di samping kursi supir.
"Dan ini payung, jangan sampai kau terkena hujan."
Jennie mematung, benar-benar tak habis pikir dengan atasannya tersebut. Menyuruhnya pulang bersama namun ia didiami selama perjalanan dan sekarang tiba-tiba memberinya makanan.
"Terimalah cepat. Aku juga ingin pulang."
Tanpa banyak bertanya Jennie menerima keduanya. Berucapa terima kasih sekali lagi. Sebelum benar-benar keluar dari mobil mewah atasannya tersebut, Jisoo menghentikan kembali gerakannya yang akan membuka pintu mobil.
"Oh ya, tentang acara makan malam itu. Datanglah besok dengan adikmu ke restaurant CStar. Jangan sampai terlambat, gunakan saja pakaian senyamanmu."
.
.Nyongan...
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time
FanfictionMereka bertemu karna takdir. Friendship | Family Seperti biasa, Ngga usah baca kalau ngga mau ngevote, ok? Ok. Ngga deng, becanda.