14. Adzan

1.2K 103 4
                                    

"Ada banyak tangan mungil yang membutuhkan satu uluran tangan dari orang baik. Dan kamu bisa meraih salah satu tangan mungil itu."

-Indah-

Pulang


***

Usai makan siang Jihan memutuskan untuk pulang ke rumah, Jihan pun tidak ingin mengganggu waktu Dimas lebih lama mengingat Dimas yang harus kembali melanjutkan pekerjaan.

"Bener nih gak mau Mas anterin pulang?" ulang dimasa lagi.

Jihan menggelang lalu menyalimi tangan Dimas. "Enggak usah Mas, aku bisa pulang sendiri. Mas juga lagi sibuk kan?" kata Jihan.

Dimas mengantar kepergian Jihan sampai lobby. Mengecup kening Jihan sebelum pergi.

"Beneran gak mau di anter atau di supirin mang Nanang?"

"Enggak usah Mas nanti ngerepotin. Sudah ya, taksinya udah dateng."

Dimas mengangguk sembari melepaskan tangan Jihan dari genggangaman. Memperhatikan Jihan yang sudah masuk ke dalam taksi. Dimas menghapiri taksi tersebut dan berbicara dengan supir taksi.

"Pak, nyetirnya pelan-pelan aja. Anterin istri saya sampai rumah dalam keadaan sehat wa'alfiat."

Supir taksi terkekeh pelan lalu mengangguk, "Siap pak."

Di belakang, di kursi penumpang Jihan mencebikkan bibirnya sebal.

"Mas ih!" rajuk Jihan.

Dimas mengedikkan bahunya acuh.
"Sampai rumah langsung kabari Mas yah, kalau ada apa-apa juga langsung kabari Mas. Oke?"

Jihan mengacungkan ibu jarinya pada Dimas, "Siap pak bos."

Dimas tertawa mendengar ucapan sang istri. Dan ikut melambaikan tangannya mengantar kepergian Jihan. Dimas kembali masuk gedung perusahaan begitu taksi yang ditumpangi oleh Jihan menghilang dari penglihatannya.

"Pak, ke rumah sakit central medika yah." pinta Jihan pada supir taksi.

Supir taksi mengangguk, "Baik bu." ucapnya.

Jihan membuka ponselnya mengirim pesan pada Indah, mengabari kalau dia akan datang menemuinya di rumah sakit. Tak berselang lama Indah membalas pesannya dan Jihan kembali menyimpan ponselnya di dalam tas.

Sampai di depan rumah sakit central medika. Jihan turun dari taksi setelah membayar argonya.

"Terima kasih, pak." ucap Jihan ramah pada sang supir taksi.

"Terima kasih kembali, bu."

Jihan melangkah masuk ke dalam gedung rumah sakit dan langsung menuju ke ruangan Indah. Sampai di depan ruangan Indah, Jihan mengetuk lebih dulu pintunya lalu masuk ke dalam setelah dipersilakan.

"Assalamu'alaikum, Indah." sapa Jihan menghampiri Indah.

Indah bangkit dan tersenyum langsung memeluk Jihan. "Wa'alaikumussalam."

Indah melepaskan pelukannya dan mengajak Jihan untuk duduk.

"Silakan duduk Anna. Aku kira kamu datangnya bakalan lama."

Jihan duduk di sofa berdampingan dengan Indah. "Aku tadi udah di jalan mau kesini." Indah mengangguk mendengarnya.

Indah beranjak menuju meja kerjanya dan kembali dengan sebuah amplop cokelat di tangannya.

PULANG [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang