Bismillah
Koreksi typo
Selamat membaca
***
Hari ini adalah hari perdana Adzan masuk ke sekolah. Sejak subuh hari Jihan sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan kotak bekal, sementara Dimas membantu Adzan bersiap. Hari ini juga hari perdana Dimas kembali masuk kantor setelah cuti selama hampir empat bulan. Selama Dimas tidak masuk kerja semua pekerjaan di ambil alih oleh Sadewa. Dan kemarin karena paksaan Jihan akhirnya Dimas mau kembali bekerja mengakhiri masa cutinya.
"Mas udah siap belum?" tanya Jihan begitu masuk ke dalam kamar Adzan.
Dimas berpaling ke arah suara, "Sebentar lagi sayang." jawab Dimas sambil tangannya sibuk mengancingkan seragam Adzan.
Jihan menggelengkan kepalanya hampir satu jam Dimas membantu Adzan tapi Adzan juga belum siap dan Dimas pun juga demikian, kemajanya tidak terkancing. Jihan hampir menyemburkan tawanya melihat ke arah kaki Dimas yang salah salah memakai kaus kaki, keduanya berbeda warna.
"Ya ampun Mas, kamu sama Adzan bisa telat loh."
"Hari pertama itu harusnya kasih kesan yang baik dong. Masa hari pertama udah telat aja sih."
Jihan berjalan sambil pertopang pinggang dengan sebelah tangannya ke arah Dimas dan Adzan. Jihan mengambil alih Adzan menyuruhnya naik ke atas kursi agar Jihan dapat menjangkaunya karena sudah tidak mungkin untuk Jihan berjongkok karena terhalang oleh perut besarnya.
Jihan dengan telaten dan cepat sudah menyelesaikan masalah yang harusnya di selesaikan oleh Dimas. Setelah menyisir rapi rambut Adzan, Jihan tersenyum menepuk pipinya pelan.
"Jagoan Bunda udah ganteng, siap ke sekolah?"
"Siap Bunda."
"Bagus."
Jihan tersenyum mencium kening Adzan. Selesai dengan Adzan Jihan menuju ranjang mengambil tas Adzan, Jihan lebih dulu memeriksa isi tas Adzan takut jikalau Dimas melupakan sesuatu. Di rasa semua lengkap Jihan menutupnya kembali dan membawa tas tersebut bersamanya.
"Adzan turun duluan yah, langsung sarapan, okey. Bunda bantuin om Dimas dulu."
"Okey, Bunda."
Setelah Adzan keluar, Jihan melangkah mendekat ke arah Dimas yang masih sibuk memasangkan dasinya. Jihan membalikkan tubuh Dimas menghadapnya.
"Kancing bajunya berantakan Mas, sini aku benerin ini dulu. Dasinya di lepas aja."
Jihan melepaskan bulir-bulir kancing kemeja Dimas yang tidak beraturan, lalu setelahnya mengancingkan kembali.
"Mas cuti lagi aja ya, sayang."
Jihan mendelik tajam mendengarnya. "Enggak boleh. Kamu udah lama libur Mas, kalau kantornya bukan milik keluarga Mas, mungkin Mas udah lama di pecat dari sana." kata Jihan.
Dimas memberengut mendengarnya, merundukkan kepalanya agar Jihan dapat memasangkan dasi di lehernya.
"Tapi—,"
"Enggak pakai tapi-tapian Mas."
"Kamu harus giat kerja, cari uang yang banyak."
"Uang Mas udah banyak sayang."
"Banyakin lagi."
Dimas menarik pinggang Jihan agar semakin mendekat padanya walaupun terhalang oleh perut besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANG [SELESAI]
RomanceRomansa Yuk dibaca dulu. Siapa tau jadi suka. Jika berkenan bisa follow akunnya. ***** Dalam kehidupan ada banyak ujian dan rintangan yang akan kita hadapi kelak. Satu ujian terlewati maka akan datang ujian dan rintangan lainnya yang mungkin lebi...